Jaemin tertawa mendengar kisah cintanya sendiri, kini dirinya berfokus pada hidup dan keseharian yang dijalani. Apa menurutmu dia akan mengajukan surat pengunduran diri dari ekstrakulikuler yang sama dengan Renjun? Oh jelas tidak, hanya pengecut yang melakukan tindakan seperti itu setelah ditolak oleh gebetan.
Kini Jaemin berada di ruang siaran sendirian dan membawakan materi yang cukup menyinggung Renjun, tentang seseorang yang memberikan harapan palsu kepada orang yang sedang berjuang. Tentu saja bukan tanpa arti dirinya membawakan materi itu melainkan untuk membalas rasa sakit serta memberitahu semua orang agar tidak ada pengalaman seperti dirinya.
"Oke, untuk siang ini cukup sampai disini. Selamat siang dan selamat menikmati makan siangnya, Dj manis pamit undur diri!" Jaemin memutar lagu terakhir sebagai penutupan sebelum membereskan alat-alat radio.
Semua orang di meja kantin bersama Renjun sedikit masam mendengar materi dari Jaemin, rasanya seperti sedang balas dendam kepada pemuda mungil yang sibuk menyantap makan siangnya. Entah apa yang dipikirkan Renjun, dia hanya melanjutkan makan siangnya tanpa merasa risih sama sekali.
"Apa?" tanya Renjun ketika semua teman-temannya menatap dirinya.
Karina menggeleng, "Habiskan saja."
Jaemin tiba di kantin setelah selesai siaran, dirinya berlari ke meja teman-temannya yang sedang menunggu. Dengan senyum sumringah, Jaemin membagikan amplop yang diyakini berisi uang.
"Hahahaha, apa idola sekolah kita sudah mendapatkan pasangan baru yang lebih bahenol?" ucap Baejin yang sengaja dikeraskan agar Renjun dan teman-temannya mendengar.
Hyunjin menggebrak meja, "Mana mungkin, dia homo."
"HAHAHAHAHAHA!!" sontak semuanya tertawa lepas karena Hyunjin mencoba untuk memeluk Jaemin dan menciumnya.
Semua pandangan itu tak luput dari Karina, perempuan itu melirik Renjun dan kembali menyantap makan siangnya.
"Kenapa?" tanya Haechan tiba-tiba pada Karina yang hanya dijawab dengan raut wajah kebingungan, "Kenapa melirik Renjun dengan senyum seperti itu?"
Karina menaikkan alis kirinya, "Tidak ada apa-apa. Aku hanya turut bersuka cita karena seseorang sedang berbahagia."
Renjun menghentikkan makan siangnya, "Apa itu aku?" Bukannya menjawab, Karina kembali berfokus pada makan siangnya.
Jaemin membagikan amplop berisi uang dari orang tuanya yang kebetulan baru saja mendapat banyak rejeki. Dirinya duduk setelah mengantri untuk makan siang, tidak buruk.
"Kak, bagaimana kamu bisa memiliki uang sebanyak ini?" tanya Jisung penasaran.
Jaemin menjawab setelah sesapannya pada kuah sayur, "Kamu hanya perlu menjadi anak tunggal."
Jangan heran, itu hanya Jaemin.
Pulang sekolah saatnya hangout bersama teman-teman, Jaemin sudah menyiapkan si tutut kesayangannya. Kali ini mereka sudah bosan bermain di mall, taman kota menjadi tujuan mereka untuk menghabiskan sorenya.
Ada beberapa anak smp yang sedang bermain bola basket, mereka pun turut bergabung didalamnya. Persaingan semakin sengit kala mereka saling menyusul skor, begitu pula di bangku penonton. Semakin sore semakin banyak penontonnya.
"Ayooo kak!"
"Teruskan!"
"Kak tembak kak tembak!"
"Over langsung!"
"Tim putih!!!"
"Ayo anak-anak serang si badan raksasa!"
Jaemin meraih bola yang dioper dari Baejin dan melakukan lay up disisi lawan– "AAAAA!!" semua perempuan berteriak ketika melihat baju seragamnya tersingkap.
Pertandingan sore ini dimenangkan oleh anak-anak smp, tim Jaemin kalah karena Hyunjin terjatuh akibat tali sepatunya. Tidak masalah bagi mereka yang menikmati pertandingan, anak-anak smp itu pun menikmati eskrim yang dibelikan Jaemin sebagai hadiah pemenang.
"Kak?" panggil seseorang pada Jaemin yang baru saja duduk, "Aku gambar kakak."
Perempuan itu menyerahkan kertas berisi sketsa saat Jaemin melakukan lay up tadi, "Ahh... terima kasih, Hee.. Jin?" Jaemin melirik name tag perempuan itu untuk memastikannya.
Heejin mengangguk, Jaemin tersenyum lalu menyerahkan eskrim jatahnya pada Heejin sebagai tanda terima kasih karena telah menggambarnya. Perempuan itu duduk disamping Jaemin dan menikmati eskrim yang diberikan. Mereka bercengkrama untuk menghabiskan sore hari.
"Nama kakak?" tanya Heejin lirih, tetapi masih bisa didengar.
"Jaemin, Na Jaemin. Dari sma 1." Jawab Jaemin dengan senyum manis andalannya.
Heejin terpukau dengan wajah tampan Jaemin yang terkena pantulan sinar matahari senja, benar-benar meneduhkan hati dan pikiran.
Jaemin menatap Heejin kembali saat dirasa perempuan itu terus menatapnya dari samping, "Ada yang aneh?"
Heejin menggeleng, "Kakak seperti senja, sangat menenangkan."
"CIEEEEEE!"
"UHUHUY!"
"BALIK KANAN MAJU BUBAR KITA!" Semua teman-teman Jaemin bubar mengikuti arahan dari Baejin, meninggalkan Heejin dan Jaemin yang tersipu malu dibawah sorotan senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASA SMA - JAEMREN
FanfictionTitik koordinat kami bertemu pada tahun 2017, hingga membentang menuju koordinat lain pada tahun 2020. Warn f u : stfu if y'r a homophobic