Bukan Pendaftaran

1.8K 358 100
                                    

Minggu ini sudah memasukki musim penghujan, bahkan di awal minggu pun sudah harus repot dengan payung dan jas hujan untuk berangkat ke sekolah. Masih ada dua bulan lagi sebelum menuju ujian kenaikan kelas dan Jaemin sedang berusaha giat untuk menaikkan nilainya sedikit demi sedikit yang merosot akibat patah hati.

Apa dirinya masih patah hati? Jawabannya tidak. Ceritanya bersama Renjun sudah tertutup rapat sejak bertemu dengan Heejin, si cantik dari sekolah sebelah. Ia tidak menyangka bahwa ada perempuan secantik Heejin dari sekolah sebelah, tahu begitu sudah dari dulu apel.

"HYUNJIN!" teriak Jaemin dari ruang makan, "Cepat dandannya, nasi gorengnya hampir dingin!"

Hyunjin berteriak dari kamarnya dan disusul beberapa debuman yang menandakan bahwa kesibukan Hyunjin yang sedang berdandan dimulai.

"Kamu lihat dasiku?" tanya Hyunjin yang sudah duduk di meja makan.

Jaemin mencibir, "Ko pikir aku ni mamak ko ee?"

Hyunjin hanya memasang cengiran khasnya sembari mengeksekusi nasi goreng miliknya.

"Kamu balik sendiri nanti, ya? motornya kubawa sebentar." Jaemin mengambilkan beberapa lalapan sayur untuk Hyunjin.

"Mau apel?" tanya Hyunjin. Jaemin hanya membalasnya dengan alis tampan nan tebal miliknya itu, "Oke, tapi nanti malam kuajak ambil si titit di bengkel, ya?"

"Sudah bisa diambil?"

"Sudah, mamaku rewel. Kasihan anak tampannya kalau harus jalan kaki kemana-mana." Hyunjin menghabiskan nasi gorengnya dengan tergesa-gesa dan kembali berlari ke kamar untuk mencari dasinya.

Keduanya berangkat sekolah dengan si tutut, motor beat merah milik Jaemin. Berbeda dengan tutut, titit adalah vario hitam milik Hyunjin yang baru saja keluar dari showroom bulan lalu. Walaupun mereka berdua terkenal sebagai idola sekolah, bukan berarti mereka bisa melanggar peraturan kapan saja.

Bagi Jaemin, orang yang menjadi pelanggar peraturan sekolah dan bersikap sok keren sama sekali bukan orang keren yang patut diapresiasi. Itu terlihat menyebalkan dan menggelikan.

Banyak yang memilih Jaemin untuk menjadi duta sekolahnya, akan tetapi dirinya menolak karena merasa belum mampu untuk menjadi siswa yang baik dan benar dalam memberikan contoh. Biarlah dirinya memberikan contoh dengan apa yang bisa dia lakukan tanpa embel-embel duta sekolah.

Setelah memarkirkan tutut dan melipat jas hujan, keduanya berjalan beriringan menuju koridor kelas masing-masing. Sekarang sudah pukul 6.50 tetapi sekolah masih sepi, mungkin karena faktor dari hujan yang membuat para siswa malas berangkat lebih pagi.

Hari ini cukup membosankan karena hujan, waktu berlangsung begitu lama dan rasanya mengantuk. Mari tahan sedikit sampai istirahat kedua hari ini.

"Jaemin? Bisa rapat ekskul nanti siang?" Kak Mark menghadang Jaemin begitu dirinya sampai di kantin.

"Ada acara apa?" keduanya berjalan memasukki kantin dan mengantri di tempat makan siang.

"Evaluasi mingguan seperti biasa- eh kamu bertengkar dengan Renjun?" katakanlah Kak Mark orang yang ketinggalan berita ini itu tentang kedua hubungan Jaemin dan Renjun.

Jaemin hanya menggeleng menanggapinya, "Setelah makan siang aku ke ruang siaran, kak."

Suara Renjun dan Ningning terdengar dari speaker radio yang ada di kantin, sekarang jadwal mereka berdua siaran. Jaemin duduk disamping Karina dan Minju yang sedang menikmati makan siang mereka.

"Sendirian?" tanya Minju.

Jaemin mengangguk, "Hyunjin sedang apel dengan adik kelasnya."

BRAK

Baejin menggebrak meja didepan Jaemin, "Heh, kalian tahu? Aku punya gosip terbaru tentang pak kepala sekolah."

Tolong jangan terkejut dengan Baejin yang super duper aktif dengan berita terbaru yang beredar disekolah, dirinya dan Haechan adalah pelopor gosip terpercaya SMA 1. Jika ada berita yang menyebar, maka bertanyalah kepada mereka berdua tentang kebenaran gosip tersebut.

"Berhenti menggosipi kepala sekolah, nanti kamu diskorsing, lho." Tegur Karina.

Jaemin hanya tertawa melihat tingkah teman-temannya itu sembari menikmati makan siangnya, setelah makan siangnya selesai dirinya bergegas menuju ruang siaran agar tidak terlalu lama ditunggu saat rapat.

Semua anggota ekstra hadir dan rapatnya dimulai, rapat evaluasi biasa diadakan Kak Mark untuk menilai kinerja para anggota ekstra agar tetap berjalan sesuai visi dan misinya.

"Dua bulan lagi sudah kenaikan kelas, dan kelas tiga sudah saatnya untuk melepas jabatan. Sekalian saja kita membahas siapa yang akan menjadi ketua ekskul broadcaster setelah diriku." Kak Mark menatap para anggotanya satu per satu.

Winter mengangkat tangannya, "Sepertinya Kak Jaemin cocok menjadi pengganti."

Semuanya menatap Jaemin, "Kenapa aku? Tentukan saja dengan voting rahasia."

"Ide bagus."

Mark membagikan potongan kertas dan memulai voting untuk ketua ekstra ini. Ningning membantu mengumpulkan semua kertasnya dan mengumumkan hasil voting satu per satu. Perolehan suara Jaemin adalah yang paling tertinggi, disusul dengan Renjun.

"Kalau begitu sudah ditentukan, Jaemin ketua dan Renjun wakilnya." Tepuk tangan kaku mengiringi kedua nama yang Kak Mark sebutkan.

Pasalnya sebagian besar anggota ekstra ini tahu bahwa hubungan Jaemin dan Renjun tidak seharmonis dahulu, takut jika nantinya mempengaruhi kinerja keduanya dalam ekstrakulikuler ini.

Sekolah usai pukul empat sore, disambut dengan gerimis kecil dan angin dingin. Jaemin mengencangkan jaketnya dan membawa si tutut keluar parkiran. Jadwalnya sore ini adalah menjemput Heejin. Pemandangan Jeno menjemput kekasihnya sudah bukan halangan lagi bagi dirinya. Crush cantiknya sedang menunggu di sekolah.

Heejin adalah salah satu anggota cheersleader di sekolahnya, Jaemin mendapat ijin untuk masuk dan menuju ke lapangan sekolah Heejin. Dirinya melihat perempuan itu sedang berlatih beberapa koreografi.

Jaemin duduk disalah satu tribun dengan sebotol air mineral, ia menunggu Heejin selesai latihan. Tidak lama untuk menunggu karena memang tim cheers sudah berlatih sedari tadi. Semua teman-teman Heejin bersorak begitu melihat Jaemin mendekat dan memberinya air mineral.

Perempuan itu hanya menunduk sembari tersenyum untuk menyembunyikan rasa malunya, "Ayo? Mau pulang?" tawar Jaemin.

Keduanya sudah mengenal satu sama lain sejak dua minggu lalu, dan masa pendekatan Jaemin lancar sekali mengingat Heejin juga jomblo. Saat mampir ke taman kota, Jaemin sudah membulatkan tekad dan niatnya.

Berbekal bunga dan ice cream, Jaemin berlutut didepan Heejin, "Jadi pacarku mau tidak?"

Jaemin memang tidak bisa romantis, ya.

Heejin mengangguk dan menerima bunga serta ice creamnya dengan malu-malu, dirinya menunduk untuk menyembunyikan rasa senangnya. Berbeda dengan Jaemin yang sudah berteriak-teriak layaknya orang kesurupan karena pernyataan cintanya diterima.

Semua hal itu tidak luput dari pandangan seseorang dari jauh sana yang juga sedang berkencan, Renjun merasa sesak pada bagian dadanya ketika melihat Jaemin dan Heejin berpacaran. Ada sedikit rasa bersalah dan menyesal karena tidak bisa mendapatkan posisi Heejin untuknya.

"Ayo pulang." Pinta Renjun pada Jeno yang baru saja datang dengan segenggam arumanis.



n.) kapten's

lah? mereka kok jadian? 

MASA SMA - JAEMRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang