Berbeda

2.1K 430 41
                                    

n.) lo tau lo siapa? lo itu moodbooster bagi kapten, awokwokwk. makasih banyak buat bintang dan komennya, kadang kalo suntuk nugas, kapten suka baca ulang komentar kalian dan well itu bikin seneng dan semangat nugas sambil lanjutin work ini.




Ini sudah dua minggu sejak perayaan ulang tahun sekolah, dan selama itu pula Jaemin berusaha mengambil hati Renjun dengan memperlakukan Renjun layaknya kekasih. Lalu bagaimana dengan Renjun sendiri? Dirinya menikmati segala afeksi yang diberikan oleh Jaemin.

Tidak bohong jika dirinya jatuh hati pada Jaemin sejak lama. Ia benar-benar menjilat ludah sendiri ketika mengatakan bahwa Jaemin adalah laki-laki yang tidak baik dan bisa menyakiti hatimu kapan saja.

Keduanya semakin lengket tetapi tidak kunjung naik tingkat, hingga semua orang yang menyukai Jaemin di tolak dengan alasan yang sama. Konyol!

"Maaf, ya. Sedang memperjuangkan cinta Renjun, belum mendapat kepercayaan penuh. Tolong doakan, hehe." Ujar Jaemin sembari melambaikan tangan dan berlalu.

Seharusnya mereka marah dan menganggap Renjun sebagai saingan terberatnya, tetapi pada dasarnya Jaemin memang selalu menarik semua orang untuk mendukungnya. Entah dirinya berada di pihak lawan maupun kawan, rasanya ingin terus mendukung apa yang sedang Jaemin perjuangkan untuk di raih.

Tidak hanya dirimu, semua orang yang melihat Jaemin dan Renjun bermesraan pun juga merasa bosan. Jaemin selalu bilang bahwa dirinya sedang memperjuangkan Renjun, tetapi mengapa tidak kunjung naik pangkat? Orang aneh!

"Berduaan terus, ketiganya setan." Celetuk Hwall lalu berlari ketika melihat Renjun bersiap untuk marah.

"Kamu setannya, dasar bebegig!" semprot Renjun pada Hwall saat dirinya menikmati makan siang bersama Jaemin di taman.

Jaemin hanya tersenyum sembari menumpu kepalanya pada tangan dan menatap Renjun yang sedang marah-marah, "Diajarin siapa marah seperti itu?"

"Haechan, dia sering ngomong kotor." Celetuk Renjun yang mempertahankan roti kacang hijau di tangannya.

Jaemin tersenyum dan mengusap pinggir bibir Renjun dengan gemas, "Lain kali tidak boleh seperti itu, ok?"

Renjun hanya mengangguk dalam diam, berusaha menahan rasa malu dan panas yang menjalar di pipinya. Masih banyak momen-momen dimana dirinya dan Jaemin menikmati waktu layaknya sepasang kekasih, terkadang mereka sering antar jemput dan membolos bersama. Menikmati malam minggu di kafe maupun taman kota, menemani Jaemin bermain bersama temannya atau sekedar menemani Renjun berlatih band.

"Jalan terus jadian tidak."

"Cepat tembak atau Jaemin kutikung?"

"Aku yang berjuang eh dia yang dipertahanin."

"Menyerah saja kak Renjun, mungkin kakak hanya mainan kak Jaemin."

"Jaemin hanya menjadikan Renjun bahan mainan, tidak lebih."

"Gas atau tikung?"

"Hahaha, mereka tidak akan jadian. Percaya padaku."

"Kuharap Jaemin segera menyadarinya bahwa mereka hanya jalan di tempat."

Dan masih banyak pula komentar-komentar netizen yang maha benar tentang kedua orang yang sedang kasmaran ini. Bagaimana tanggapanmu tentang hubungan tanpa status yang sedang dijalani Renjun dan Jaemin ini?

Hingga suatu hari dimana Renjun tidak pergi ke kantin, Jaemin menunggu hingga bel masuk. Ia sengaja memesankan bakso untuk Renjun, tetapi anak itu tidak kunjung ke kantin. Haechan dan Karina bilang Renjun berada di kelas dan sibuk dengan ponselnya.

Memang pada dasarnya Jaemin tidak mudah percaya jika tidak melihatnya sendiri, ia pergi ke kelas Renjun dengan sekotak susu mangga dan roti kesukaan Renjun. Disana dirinya melihat sendiri bagaimana Renjun bertahan duduk di bangkunya dan tersenyum pada ponselnya.

Ia masuk ke dalam dan meletakkan bawaannya, "Renjun?"

Renjun hanya menjawab dengan deheman tanpa melirik Jaemin. Tentu saja Jaemin terkejut, Renjun tidak pernah begitu sebelumnya. Dirinya hanya memasang senyum sembari melihat Renjun yang senyum-senyum sendiri.

Jaemin berusaha mengintip apa yang membuat Renjun tersenyum seperti itu, tetapi saat hendak melihat dalam ponselnya, Renjun buru-buru menepis Jaemin dan mendorongnya.

"Apaaaaa??" dengan nada manja dan kepalan tangan yang mendorong dada Jaemin, hal itu cukup mudah untuk menghilangkan keraguan sesaatnya.

"Kenapa tidak ke kantin?" tanya Jaemin yang duduk di samping Renjun sembari menggenggam tangan Renjun.

Renjun melepaskan genggaman Jaemin dan kembali bermain ponsel, "Sibuk."

Keduanya bertahan dalam diam, dan ini tidak seperti biasa. Renjun sedang bermain ponselnya kembali dan memasang senyum lebar, sedangkan Jaemin hanya diam sembari mengamati Renjun. Hingga bel masuk berbunyi, Jaemin pergi dari kelas Renjun dengan diam. Hal itu tidak luput dari pandangan Renjun, tetapi ia segera mengendikkan bahu tanda acuh.

Selama perjalanannya menuju kelas, Jaemin mengabaikan semua orang yang menyapanya. Tidak seperti biasanya, hari ini sangat berbeda baginya. Ia terus berfikir, apa kesalahan yang dia perbuat hingga Renjun mengabaikannya?

Ia meremas rambutnya dan menuju ke toilet, membolos satu mata pelajaran saja tidak membuat dirinya bodoh. Otak dan hatinya sedang tidak menyatu, ia tidak mau berakhir mengerjakan tugas matematika sendirian didepan kelas.

Hal ini ternyata terus berlanjut hingga pulang sekolah, semua pesan dari dirinya tidak ada yang dibalas satu pun dari Renjun kecuali tolakan saat ingin menjemput Renjun tadi pagi. Begitu bel pulang sekolah berdentang, Jaemin membawa tasnya dan pergi ke kelas Renjun.

Begitu sampai di kelas Renjun, dirinya tidak bertemu dengan Renjun. Ia bertanya pada Nancy yang kebetulan ada di kelas itu, "Kemana Renjun?"

"Sudah pulang duluan, sepertinya. Aku hanya melihat Haechan, tanpa Renjun. Mungkin saja pulang lebih dulu dari Haechan." Jawab Nancy.

Jaemin hanya mengangguk-angguk, berarti Renjun pulang sendiri. Ia segera berlari menuju parkiran dan mengambil motor beat kesayangannya. Dengan menerobos antrian keluar parkirandan mengabaikan amukan teman-teman dan adik kelasnya, Jaemin memacu gas menuju gerbang utama sekolah.

Senyum terpatri di bibirnya ketika melihat Renjun di pinggir jalan, seperti sedang menunggu jemputan. Dirinya mendekat ke arah Renjun, sebelum mobil hitam berhenti didepan Renjun. Senyum Jaemin pudar ketika melihat siapa sosok yang membukakan pintu untuk Renjun di kursi penumpang, Lee Jeno dari Smanda.

Renjun tampak menikmati perlakuan yang Jeno berikan padanya saat masuk ke dalam mobil, bahkan keduanya terlihat menikmati momen tersebut.

Dirinya tertawa dan menatap sekelilingnya begitu mobil itu berlalu menjauhi sekolah, dirinya hanya bisa menatap dari kejauhan. Ia melamun lalu berpikir, sepertinya memang akan sulit baginya untuk mendapatkan Renjun.

Bertahan atau tinggalkan saja? Rasanya berat jika mengingat semua momen yang mereka lakukan, sepertinya Jaemin kalah dua langkah dari Jeno. Hahaha.

"Saingan kamu berat, tut. Dia beroda empat, kamu hanya beroda dua." Monolog Jaemin sembari mengusap spedometer motor maticnya.

Jaemin memacu motornya pulang ke rumah. Pantas saja pujaan hatinya berbeda, ada yang lebih pantas dan unggul darinya. Lantas, apa yang harus dirinya lakukan? Bertahan atau selesai berjuang? Jaemin lelah, dia butuh istirahat. Semoga saja apa yang dirinya lihat hanyalah mimpi saat tidur siang di mata pelajaran Bahasa Prancis.

MASA SMA - JAEMRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang