dua belas

688 88 4
                                    

  "Bagaimana kalau aku memgajakmu makan malam ?" Kai menawarkan dan mendadak Kyungsoo menyadari bahwa pria itu sudah merencanakannya sejak tadi tapi ingin menggodanya lebih dulu.

  "Baiklah, apa yg kau tawarkan ?" Kyungsoo menyetujui dengan lembut.

  "Steak. Jika kita tidak bisa menemukan steak terbesar di Seoul, berarti tidak akan ada dimana². Aku belum makan siang." Ia mengaku.

  Karena Kai kelaparan, mereka makan malam lebih awal. Kyungsoo duduk bersebrangan dengan pria itu dan mengunyah steaknya tanpa benar² menikmatinya. Benaknya berisi Kai dan semua nuansa ekspresinya, semua kata yg diucapkan pria itu. Kyungsoo terpesona oleh kejadian² itu. Ia tidak percaya sedang makan malam dengan Kai, membicarakan hal² normal, sepertinya kejadian kasar dan membakar dalam dekapan Kai semalam tidak pernah terjadi. Ia sudah ratusan kali makan malam, tapi selalu dengan pria yg tidak pernah mampu mengganggu benteng ketidak peduliannya. Kini ia sangat peduli pada keberadaan Kai. Ia merasa sangat terbuka walau kepekaan dirinya tak terungkap karena ekspresi tenangnya. Syarafnya bergetar dan detak jantungnya berpacu cepat.

  Namun Kyungsoo masih bisa membuat perbincangan normal dan tanpa bisa dihindari perbincangan beralih pada pekerjaan mereka. Atasan Kyungsoo, Suho merupakan wakil direktur senior  yg secara jabatan sudah berada diatas Kai. Tapi sudah bukan rahasia lagi bila Wu Yifan atau Kris sang direktur utama pensiun dini saat anak ketiganya lahir, Suho tidak akan menggantikan posisi Kris. Kai memang masih muda, tapi ia penyusun strategi perusahaan yg brilian dan memahami setiap fase dalam perusahaan. Kyungsoo berfikir Kai sangat cocok untuk posisi dengan otoritas setinggi itu. Pria itu memiliki karakter yg kuat, kapandaian dan kharisma yg diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Bertahun² Kyungsoo mengenal Kai, hanya sekali ia melihat pria itu marah dikantor dan itu membuat semua orang bergegas mencari persembunyian. Kai memiliki emosi, tapi biasanya dikendalikan sekuat besi. Itulah yg sangat mengherankan Kyungsoo, bahwa semalam Kai bisa lepas kendali hanya dengan sedikit provokasi.

  Awalnya Kai sangat kaku, sepertinya ia takut berbicara terlalu banyak pada Kyungsoo. Tapi seiring berjalannya waktu, pria itu mulai bersikap santai. Ia menatap tajam Kyungsoo dengan penuh ketertarikan dan mencondongkan tubuhnya kedepan. Biasanya Kyungsoo tidak memberikan pendapat begitu saja, tapi ia selalu memperhatikan. Dan tahun² yg dilaluinya dengan konsentrasi pada pekerjaan membuatnya mendapat banyak masukan tentang mekanisme tersembunyi politik kantor, Serta kemampuan dan kekurangan orang² yg bekerja bersamanya. Dengan Kai, pertahanan diri itu hilang, terhapus total dari kesadarannya. Ia merespon Kai dalam semua hal, terlalu bahagia bersamanya sehingga lupa untuk melindungi diri. Wajahnya yg biasanya tampak menutup diri menjadi hidup dibawah perhatian pria itu dan mata bulatnya yg redup kini bersinar cerah.

  Percakapan itu terus berlanjut dalam perjalanan pulang dan mereka begitu asyik sehingga saat Kai menghentikan mobil di depan apartemen Kyungsoo, mereka tetap duduk di mobil seperti remaja yg enggan mengakhiri kencan, bukannya masuk dan minum kopi untuk mengakhiri acara malam itu. Wanita itu tampak ringkih dalam cahaya lampu² jalanan, suara pelannya terdengar lembut dalam kegelapan.

  Tiba² Kai meraih dan menggenggam Tangan Kyungsoo "aku menikmati malam ini. Rasanya sudah lama sekali aku tidak berbicara dengan seorang wanita pun sejak Krystal meninggal. Maksudku bukan dalam sex, yg aku maksud, bisa berteman dengan seorang wanita, mengobrol dengannya dan merasa senang dengan bersamanya, bersantai dengannya. Rasanya itu yg paling kurindukan. Malam ini... Berlalu dengan sangat menyenangkan. Terima kasih." Ia menjelaskan dengan tenang.

  Kyungsoo membalik tangannya dalam genggaman itu dan meremas jari Kai dengan lembut. "Itulah gunanya teman.



Tbc

KYUNGSOO'S CHILDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang