sembilan belas

610 79 7
                                    

"Tidak, kau tak pernah melakukan sesuata yg memalukan seperti mabuk," akhirnya Kai menjawab pertanyaannya. "Kau sekretaris yg sempurna. Bahkan kau berhasil menaklukkan Chanyeol."

"Chanyeol memang baik,"sahut Kyungsoo, mengedarkan pandangan mencari tubuh tinggi pria itu hingga mata Kai yg meredup luput dari
matanya. "Aku menyukai Suho sebagai atasan ku, tapi kuakui
aku lebih suka bekerja untuk Chanyeol. Chanyeol tidak pernah membosankan."

Menyebut nama Chanyeol dalam pembicaraan ini adalah kesalahan. Kai bergerak secara naluriah, menempatkan dirinya di hadapan Kyungsoo untuk
menghalangi pandangan wanita itu yg mencari² Chanyeol.

"Kau keberatan jika aku mampir malam ini?" Ada ketergesaan dalam suara Kai hingga terdengar lebih mirip perintah daripada pertanyaan dan Kyungsoo meliriknya dengan was².

"Kalau kau mau. Lagi pula, aku tidak mau lebih lama lagi di sini. Kau sudah makan atau hanya ini yang kau makan?" Dengan lambaian tangannya Kyungsoo menunjukkan jajaran saus, makanan ringan dan sayuran penuh warna tapi tidak menggiurkan yg diserbunya malam itu.

Kai memiliki nafsu makan yg sehat. "Aku lapar sekali, Kau mau ikut makan malam?" ia mengakui.

"Tidak, sebaiknya aku di rumah saja," kata Kyungsoo setelah berfikir sebentar. "Aku masih punya ikan tuna. kau mau sandwich tuna ?"

"Aku mau menukar semua makanan kelinci ini dengan sepotong sandwich tuna. " Suasana hatiKai membaik dan ia pun tersenyum pada Kyungsoo.
Wanita itu membalas senyumnya. Sekarang Kai tampak lebih santai bersama Kyungsoo dibandingkan
dulu dan Kyungsoo menyukai perhatian yang ia berikan. Mungkin Kai mulai menganggapnya lebih
dari sekadar teman. harapan itu membuat mata Kyungsoo lebih berbinar-binar dan sinar wajahnya dapat dilihat semua pria di ruangan itu.

Tiba-tiba Chanyeol sudah berada di samping Kai. Ia tersenyum lembut ketika melihat Kyungsoo.

"Seharusnya kau berada di sisiku." katanya ringan, sambil memberi komentar betapa sesuainya warna aprikot baju yang dipakai Kyungsoo dengan
warna raut wajahnya. "Aku benar-benar tidak dapat
melakukan apa-apa tanpa dirimu. Jika selama beberapa hari terakhir ini kau tidak memberi petunjuk, aku pasti tampak benar-benar bodoh."

Chanyeol mengulurkan tangannya ke arah Kyungsoo,tapi Kai menghalangi pria itu dengan tangannya. Ada sesuatu yang keras dan menakutkan di wajahnya yg gelap ketika memandang Chanyeol.

"Kau sudah kuperingatkan,  Jangan jamah Kyungsoo." geramnya lembut.

"Kai !" Kyungsoo berteriak, perasaan gugup menyelimutinya.
Bisa-bisanya Kai bersikap seperti ini dalam sebuah acara bisnis.

"Dia belum memakai cincin pemberianmu," sahut Chanyeol tenang, tak bergerak sedikit pun. "Kau harus menerima risikonya."

Wajah Kyungsoo pucat pasi, pembicaraan ringan telah berubah menjadi ajang pameran agresi pria yg tak terkendali. la menjauh. "Hentikan !" perintahnya, suaranya begitu gemetar sehingga nyaris berbisik. "Dan jangan berkata apa-apa lagi!"

Cuping hidung Kai bergerak², kemudian ia bergerak dengan cepat. Tangannya yang kekar
melingkari pinggang Kyungsoo yang langsing. "Kyungsoo akan kuantar pulang," katanya. Jarinya menekan kulit Kyungsoo yang lembut. Suaranya terdengar cukup keras sehingga beberapa orang menoleh ke arah
mereka. "Dia tidak enak badan. Beri kami jalan. Chan, sampai jumpa di kantor."

Kyungsoo menyadari wajahnya cukup pucat untuk mempercayai bualan Kai dan pria itu nyaris menyeret tubuhnya keluar dari ruangan itu sebelum ada
yang mendekat. Tangan yang melingkari pinggang itu mengangkatnya, bahkan nyaris menggendongnya.

"Kai hentikan !" protes Kyungsoo, sambil berusaha melepaskan diri dan berusaha berjalan sendiri.

Umpatan Kai nyaris tak terdengar di sela² nafasnya dan ia melonggarkan pegangan pada Kyungsoo. Ia membungkuk untuk menyelipkan tangannya di bawah lutut Kyungsoo dan menggendongnya. Nafas Kyungsoo terengah-engah karena gerakan mendadak itu membuat kepalanya berputar, ia berpegangan pada bahu Kai. Lift itu berada di ujung koridor dan mereka berpapasan dengan pria
berjas putih yang memandang dengan penuh minat.

"Kau memalukan," bisik Kyungsoo. "Ada apa denganmu ?" la begitu terkejut sehingga tak mampu marah, tapi ia merasa seperti meraba dalam kabut tebal karena sama sekali tidak mengerti alasan Kai.

Kai menekan tombol turun dengan sikunya, lalu menundukkan kepalanya dan mencium Kyungsoo dengan penuh kemesraan sehingga Kyungsoo meringkuk pasrah dalam pelukannya. Bibir Kyungsoo membuka menerima. la tak peduli meskipun seandainya mereka berdiri di tengah jalan raya. Semua pikiran
warasnya terbang, digantikan dengan perasaan membara yg disebabkan ciuman itu. Bunyi denting elektrik menandakan kedatangan lift.

Dengan masıh menggendong Kyungsoo, Kai melangkah masuk. Penumpang liftnya cuma mereka berdua dan Kyungsoo memandang Kai dengan bingung. Ekspresi pria itu terlihat jelas di bawah
terangnya lampu, tapi Kyungsoo belum bisa mengartikan.

"Kau bisa menurunkan aku sekarang Atau kau berniat menggendongku melewati lobi?" tegurnyadengan lembut.

"Ini Seoul, Tidak ada yang terkejut dengan perlakuanku padamu." Tapi akhirnya ia menurunkan Kyungsoo meskipun dengan tangan tetap melingkar di pinggang.

"Apa-apaan itu tadi ?" tanya Kyungsoo setelah pintu
lift membuka dan mereka memasuki lobi bernuansa
Sangat modern yang didominasi kaca dan tanaman.

tbc

lanjut lg besok 😁
ga jd masukin 🔞🔞

KYUNGSOO'S CHILDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang