Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hai, kak? Emm— udah lama nunggu ya?"
Mendengar suara cempreng itu, saya langsung memasukan ponsel saya ke dalam saku celana. Tersenyum tipis sembari mengamati penampilan gadis yang saat ini sedang berdiri di depan saya dari bawah sampai atas. Oh, ternyata niat sekali bertemu dengan saya. Ya enggak jelek-jelek amatlah. Hmm lumanyun.
"O-oh hai!" jawab saya yang tiba-tiba menjadi canggung.
"M-mau jalan sekarang atau kapan kak?"
Saya langsung tertawa, "besok aja, setelah gue jadi tinggi juga boleh."
Dapat dipastikan gadis mungil yang tidak terlalu cantik tapi jika dipandangi terus menerus bisa berubah menjadi sangat manis itu tertawa mendengarnya, "ihh! Serius kak Yoongi!" katanya malu-malu.
"Loh tumben manggil Yoongi bukan Yoyon? Tumben malu-malu? Tumben pipinya merah-merah kayak gini?" saya lalu mencubiti pipi meronanya, dia tambah mempoutkan bibirnya dengan gemas.
Lalu setelah saya mencubiti pipinya, dia malah langsung membuang nafas panjangnya, "K-kak jangan cepet-cepet dong gemes sama akunya, aku jadi kekurangan oksigen ka—"
Cup, "berisik banget sih!" hahaha, saya semakin gemas, sumpah. Main kecup pipi merahnya itu untuk pertama kalinya karena bocil di depan saya ini tumben sekali bertingkah malu-malu badut. Ya, untung saja pacar sendiri jadi enggak apa-apa, meskipun juga pacaran baru seumur jagung.
Nah ini. Saya tidak paham. Pusing sekali ketika melihatnya tiba-tiba berteriak lalu berjongkok di depan saya, menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangan, menangis karena alasan yang saya pun tidak tahu pastinya.
Ya, saya juga sadar, saya sekarang sedang mengencani seorang gadis barbar keras kepala namun cengeng setengah mampus, tapi saya kaget juga kalau ternyata cengengnya sampai keterlaluan seperti ini. Masa hanya di cium pipinya aja nangis sih? Kan enggak lucu, ya?
"Cil, kok lo malah nangis, sih? Bukannya harus sujud syukur ya karna kecupan gue tadi langka banget? Enggak sembarangan gue kasih soalnya, kecupan gue itu mahal, kecupan pertama juga kan itu?"
Mendengar ocehan tak berguna saya, Hyeji malah tambah menangis berbahagia. Hahaha, bohong. Dia ini nangis sedih kayaknya karena kecupan pertamanya saya ambil dengan enggak romantis sama sekali. Pasti dia maunya—
"K-kak! Hiksss— i-ini, ini beneran aku enggak lagi mimpi, kan? hiksss—"
Oh, salah paham.
Dia benar-benar bahagia sepertinya sampai enggak bisa membedakan mana mimpi mana nyata.
Saya lalu ikut berjongkok di depannya, berusaha melihat wajahnya yang sedang menangis tersendu-sendu. Ah, sialan. Saya jadi terharu gini lihat wajah polos, imut, mungil tak berdosa seperti pantat bayi ini. Namun, saya malah terheran melihatnya menangis, "kenapa sih lo nangis terus? Emang enggak capek ya matanya? Kalau matanya tiba-tiba copot gimana? Kalau air matanya bikin banjir taman ini gimana?!" dan setelah itu saya mengusap air matanya, tapi apesnya, Hyeji malah nangis tambah kencang lagi, padahal niat saya bagus agar supaya bocah kecil ini tenang. Hah, susah juga ternyata punya pacar anak-anak.
"K-kak— hikss—"
"Iya, apa, hmm? Mau apa? Mau es krim? Balon? Permen?"
Terlihat dia berusaha menghentikan air matanya, dia berdiri— mungkin karena udah kesemutan juga lama-lama berjongkok, lalu dengan polosnya dia berkata seperti ini dengan wajah memelas, "Coba peluk aku dulu yang lama? Yakinin aku kalau ini bukan cuma sebatas mimpi aja, kak."
Jelas saya terbahak dong. Ini modus baru atau bukan sih? Hahaha! Serius, saya jadi semakin gemas dengan sikap kekanak-kanakan yang benar-benar natural polosnya. Kenapa juga harus minta peluk? Padahal biasanya untuk memastikan itu mimpi atau bukan cukup di cubit saja lho.
Saya lalu mengacak rambutnya sambil terkekeh gemas, langsung menarik tubuhnya begitu saja untuk saya kasih free hugs sepuas yang dia mau. Fyi, ini pelukan resmi pertama kami, pelukan yang entah kenapa membuat saya— senang? Aduh, malu saya.
"Gimana sekarang? Enak?" ceplos saya sambil masih acakin rambutnya, dia lalu malah terkekeh sambil nduselin dada saya. Jujur aja, itu geli banget, hih.
"Enak bangetlah!" kata dia dengan lantang, "apalagi sambil dengerin jantung kakak yang berdetak-detak kencang banget gini! Duh, pasti kakak lagi seneng banget kan ketemu sama aku? Kakak cinta banget ya udahan sama ak—"
"Sssstttt— diem atau mau gue cium sampai mampus? Haa?"
Saya kira dia bakalan cerewet lagi. Eh, ternyata dia beneran terdiam membeku seperti es batu.
"Kok diem?"
Lalu Hyeji mendongak sambil manyunin bibirnya, "aku belum mau mati kak— aku masih pengen hidup bersama kakak dan juga anak-anak kita nanti—" katanya udah enggak malu-malu lagi sama saya.
ASKDNSKAJNSHJ!!!!
Saya langsung menyentil dahinya dan melepas pelukannya, gila, ini nggak bisa dibiarin, baru kali ini saya punya pacar yang manis sekaligus bikin geli sendiri gini. Aduh, bikin sesak nafas aja ini bocil. Rasanya pengen saya gendong lalu buang ke laut aja, gemesnya nggak kira-kira.
Pokoknya beginilah kira-kira awal pertemuan kami setelah resmi menjadi sepasang merpati— eh, salah, kekasih maksud saya. Random banget, kan? Enggak jelas? Memang, salahin aja si bocil ratu gombal yang tiap hari ada aja gombalan yang keluar dari mulut manisnya itu. Mana sukanya malu-maluin juga lagi!
Aduh, untung pacar sendiri.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[]
/Selamat berpuasa! Selamat berbuka!💜/
/btw, disini ada yg non army atau biasnya bukan Yoongi tapi baca ff ini? Hahaha, kalau ada boleh sini share kenapa mau baca kak yoyon sama si bocil!/
Btw, aku kalap lagi, aku bikin ff baru, cashnya Jimin.... Yang berminat boleh banget mampir:((((💜