05. Hard To Love

1.5K 188 21
                                    

"Kita pernah bersama. Dan aku merindukan hal itu." -J

Makan malam bersama keluarga adalah hal yang sangat menyenangkan bisa berbagi cerita dan pengalaman sesama. Sesekali aku juga ikut serta dalam meramaikan makan malam hari ini.

Selepas semuanya sudah selesai, aku membantu Bunda untuk mencuci piring piring kotor. Ayah dan kak Jeno sedang asik menonton tv diruang tengah mereka terlihat sangat bahagia dan aku juga bisa merasakan kebahagiaan mereka. Kini semuanya sudah kembali kecuali masa laluku.

Aku merindukan Jisung...

"Dek?"

"Dek, itu airnya,"

Aku terkejut saat menyadari tangan Bunda mematikan air keran yang lupa ku matikan, ia menatapku dengan tanda tanya diwajahnya.

"Kamu ada masalah?" dia menatapku dengan penuh arti.

Aku menggeleng pelan lalu tersenyum kearah Bundaku. "Ini udah selesai Bun, Adek masuk dulu."

Lalu aku berjalan menuju kamarku dengan tatapan kosong entahlah aku memang sedang tidak fokus dalam satu hal, banyak sekali masalah-masalah yang berkumpul di satu kepalaku.

Tanpa ku sadari ternyata kak Jeno sudah memerhatikan ku sejak tadi, ia mengikuti ku hingga kakiku berpijak di pintu kamar.

Aku membalikkan tubuhku.

"Ngapain sih, kak?" ucapku.

Ia nampak menggaruk tengkuk lehernya yang tidak mungkin gatal, lalu sedetik kemudian raut wajahnya dibuat menjadi lebih menakutkan. Tidak, mungkin kali ini ia sedang memasang wajah yang serius, aku tidak bisa membedakan dua hal tersebut karena menurutku raut wajah kak Jeno sama saja jika sedang marah maupun serius.

Sama-sama menyeramkan.

"Kakak mau ngomong."

"Ini kan, lagi ngomong." ledekku.

Nampak putaran bola matanya malas, lalu ia melesat begitu saja masuk ke dalam kamarku lebih tepatnya menuju balkon kamarku, memandang langit gelap yang di terangi bulan dan bintang-bintang aku ikut serta mengikuti arahnya lalu memejamkan mata membiarkan angin malam menusuk kulitku.

"Kamu kecewa kan, sama sikap Kakak?" ucapnya tiba-tiba.

Suasananya kembali hening seketika lalu ku tatap wajahnya yang begitu terlihat serius dan seperti sedang menunggu jawabanku. Aku mengedarkan pandanganku melihat langit ku rasa itu hal yang lebih baik dilihat daripada wajahnya yang begitu menyebalkan.

"Kakak tau, tapi ini yang terbaik."

"Kakak harap kamu paham."

Selepas itu dia pergi beranjak dari kamarku.

Satu tetes air mataku turun entah karena apa akupun tidak tahu sama sekali. Aku memang kecewa akan sikap seorang Kakak yang selalu memaksa adiknya dengan alasan yang tidak masuk akal.

Bagaimana mau masuk akalnya jika begini saja diriku sudah tidak kuat menghadapinya.

Sore tadi Kakakku datang saat aku dan Jisung sedang berdebat kecil masalah tabrakan dada dan dahi yang tidak di sengaja, Kakakku langsung menarik lenganku tetapi tidak terdapat keterpaksaan sama sekali, aku dapat melihat raut wajahnya yang tidak suka lalu tidak sengaja aku melihat wajah Jisung yang tidak tahu bagaimana harus di jelaskan.

after meet you [ selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang