Jisung: Aku tunggu.
20:50.Tunggu aja. Sampek Neneknya Chenle jadi miskin.
Maaf, aku sedang tidak waras.
Sudah hampir sepuluh menit aku bergulat dengan kasur Kak Jeno, yang tadinya rapih kini menjadi tidak seperti semula lagi karena ulahku, aku kesal dengan diriku sendiri sebab aku tidak bisa mencari sebuah solusi dengan benar.
Dan apa yang dilakukan kakakku sekarang? Tertidur dengan dengkuran yang halus di meja belajarnya.
Kacau.
Aku sudah benar-benar prustasi dengan semuanya, aku tidak tahu harus melakukan apa sekarang. Rintikan hujan mulai terdengar di telingaku dengan cepat berlari menuju jendela melihat Jisung yang masih setia di sana atau tidak.
Oh?
Syukurlah dia sudah tidak ada di gerbang rumahku, hujan mengguyur dengan deras membuatku tiba-tiba merasa tidak enak kepada Jisung, ada sedikit rasa lega dan sepenuhnya rasa kecewa terhadap diriku sendiri.
“Dek?” Itu suara ayah. Dia belum tahu keberadaan ku yang sedang di kamar milik Kak Jeno.
Aku melengos pasrah lalu keluar dari kamar Kak Jeno, dan ayah sedikit terkejut akan kehadiranku.
Ohya, kamar kami ini saling berhadapan.
“Kenapa, yah?” ucapku seraya menutup pintu kamar Kak Jeno.
Dia melirikku lalu ayahku mengedarkan pandangannya ke bawah sana. Aku bingung sekaligus tidak paham, otakku sedang sulit sekarang jika diajak untuk kerjasama.
“Temen kamu nungguin, masak gak disuruh masuk sih,” ucapnya.
Sontak aku terkejut akan pernyataannya, malam-malam begini siapa yang berani ke rumahku, selain Ji — sung.
“?!”
“Samperin dulu aja dek, mumpung kakakmu lagi tidur.”
Okey, otakku menyuruhku untuk diam ditempat dan mencari alasan lain. Namun, hatiku menyuruhku untuk turun ke bawah sana, menemui Jisung yang kasihan jika harus menerus menungguku. Jika Kak Jeno bangun bagaimana?
Tamat sudah cerita ini.
“Yaudah, adek turun dulu,” ujarku. Ayah mengangguk pelan dan aku langsung melengos darinya.
Untung saja aku dan ayahku adalah best friend. Jika tidak? Dia akan seperti Kak Jeno yang selalu melarang ku untuk bertemu Jisung. Entah apa alasannya.
Aku menuruni tangga selangkah demi langkah, menggigit bibir bawahku aku sangat canggung untuk bertemu Jisung. Dia sedang berada di ruang tamu bersama bunda, sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu yang aku tidak tahu apa topiknya, Jisung melihatku di tengah anak tangga. Aku hanya bisa menatapnya dengan tatapan kosong.
Tentu saja aku merasa bersalah karena tidak mengikuti perintahnya tadi.
Dan aku tidak tahu jika dia bisa masuk ke dalam rumah dengan cara apa.
“Kok kamu lama sih, dek? Ini temannya udah mau hujan-hujanan demi kamu loh,” ujar bundaku.
Hei? Aku tidak sama sekali memintanya untuk melakukan hal ini. Aku juga sangat tidak percaya akan kenyataan yang bundaku ucapkan.
“Iya bun, tadi akunya ngeremin anak ayam dulu,” ucapku asal. Entahlah aku juga tidak tahu mengapa aku bisa berprilaku seperti ini dihadapan Jisung.
“Kamu ini, untung aja bunda keluar cek gerbang terus nemuin dia, ya bunda tanya katanya dia teman kamu terus bunda langsung suruh dia masuk karena cuaca mendung banget.”
KAMU SEDANG MEMBACA
after meet you [ selesai ]
Любовные романы[ revisi ] ❛❛Setelah dua tahun berlalu, aku pikir semua kenangan dapat ikut pergi. Namun, ekspektasiku salah besar.❞ Jiyoung tidak menduga jika pertemuannya kembali dapat membuat suatu hal yang tidak mungkin terwujud. Pasangan yang telah berakhir du...