31

58 22 16
                                    

"Kejer woy," pinta Koko tegas lalu berlari menyusul gadis itu.

"Pulang yuk, mami gue juga udah nelpon. Paling nyuruh pulang," ajak Liona dengan menggandeng Viie. Mereka berjalan meninggalkan yang lain.

"Dahlah males, yok pulang-pulang," ucap Ano juga meninggalkan tempat itu.

Mereka mengikuti Koko dan Renata yang berada cukup jauh di depannya. Hari ini mereka hanya menaiki kora-kora gila itu. Entah kenapa semua jadi hancur seperti ini.

Emang yah kalo cewek pms itu bahaya banget.

Rida menyuruh teman-temannya untuk berhenti. Matanya menangkap sosok Koko yang berusaha menahan gadis itu.

"Kenapa lagi sih dia?" tanya Rio kesal.

"Gini nih kalo Renata udah pms," keluh Liona mengeleng-gelengkan kepala.

Wajah merah Renata sudah jelas menahan amarah. Dirinya benar-benar mendengar ocehan dua cewek di sampingnya tadi. Tapi sekarang, ia beralih ke hadapan mereka, menghalang jalannya lalu berkacak pinggang.

"Mbak mulutnya belum pernah saya jepret pakek karet yah? Kenapa kalo teman saya penyanyi hah?!"

"Ih kenapa sih dia?" tanya cewek berambut pirang itu ke teman di sebelahnya.

Renata melihat kantong plastik putih yang dipegang cewek itu . Berisikan gorengan dan beberapa cabe rawit di dalamnya.

Ia dengan cepat merogoh kantong itu dan mengambil dua cabe rawit. Viie yang menutupi wajahnya dengan masker melotot kaget saat Renata secara paksa menyuapi dua cewek itu dengan cabe rawit.

"Sayang kalo dibuang, cabe rawit dimakan juga dong."

"Lo juga nih!" umpatnya lanjut menyodorkan lagi ke cewek satunya.

Abi berlari mendekat begitu juga Viie, Jeli, Liona, Rida, Rio, Ano, Cia, Sisil, Bagas, Haris, Ajeng, Angga, Rian, Zidan, Mayang dan Hamka. Mereka semua berlari dengan takut-takut. Jangan sampai keributan berhasil dibuat Renata. Bahaya!

"Heh gila yah lo!" teriak cewek itu mengelap bibirnya yang terasa panas.

"MULUT SAMPAH LO ITU YANG GILA!" balas Renata hendak maju menjambak rambut pirang itu.

"Ren udah-udah. Banyak yang nontonin njir," ucap Koko menghalang Renata dengan memeluknya. Namun entah kenapa Renata terasa sangat kuat membuat Koko melepaskan cekalannya pada tubuh itu.

"Anjir tangan gue panas lo remes-remes," ringis Koko mengelus-ngelus tanganya. Koko berusaha maju lagi karena Renata yang berhasil menjambak rambut cewek itu.

"LEPAS, SAKIT. BENER-BENER GILA YAH LO!" Cewek itu pun membalas menjambak rambut Renata, namun ia merasa jambakan Renata terasa lebih kuat.

Koko, Abi, dan Rio maju menangkap Renata untuk melepaskan jambakannya. Cewek itu pun dibantu oleh temannya, ia melotot ke Renata tak terima melihat temannya kesakitan.

Renata membalas pelototan itu. "Kenapa?! Mau gue jambak juga lo?!"

"Bel, yuk pergi. Banyak orang gila disini," ajak cewek itu menuntun temannya yang meringis sakit di kepalanya.

"LO YANG GILA! NGATAIN TEMEN GUE! SINI MAJU LO, BELOM JUGA GUE BUNUH YAH ANYING!" teriak Renata sambil melepaskan tangan Koko dan Abi.

Saat dua cewek yang jadi korban amukan Renata sudah pergi. Barulah, Viie dan yang lain mendekat.

"Ren, kenapa sih?" tanya Viie yang sudah menahan air matanya. Viie tahu, itu pasti karenanya.

Namun, Renata tidak menjawab pertanyaan Viie melainkan melotot ke arah teman cowoknya yang menghalangi Renata tadi.

Koko, Abi, dan Rio menaikan alisnya kompak. Perlahan merasa takut juga saat Renata melotot seperti ini.

"LO KENAPA JUGA NGEHALANGIN GUE?! LO MAU PIKACU DIKATA-KATAIN. TEMEN APA BUKAN LO SEMUA HAH?!"

Mereka bertiga tertegun dan mundur perlahan. Renata menghentakkan kakinya lalu pergi menuju parkiran.

"Yah udahan, padahal aku suka pertarungan," keluh Ano berhasil membuat mereka mendengus kasar.

"Sinting," maki Jeli.

"Maaf mas mbak, bubar yah ini bukan tontonan. Kami mohon jangan ada media video yah," ucap Abi memohon sambil menyatukan tangannya tanda meminta maaf.

Pengunjung lain akhirnya kembali ke aktivitas awal mereka. Kini, tinggalah mereka yang merasa canggung akibat kejadian tadi.

"Gue susul Renata, takut ada apa-apa," pamit Koko lalu bergegas lari.

"Renata serem juga yah," ucap Rian mengelus dadanya.

"Tiada duanya dengan singa," lanjut Angga berusaha tenang. Bagaimana bisa dia tenang melihat temannya menjambak dua orang dengan brutal?

"Lain kali kalo akhir bulan gini jangan ngeluar sama Renata. Bener-bener bahaya tu orang kalo pms," jelas Rida lalu berlanjut jalan ke depan menuju gerbang keluar.

Mereka mengikuti Rida yang berjalan mendahului. Sisil menatap Viie yang menunduk entah memikirkan apa. "Nggak papa Viie, ada gue sama yang lain. Yuk."

"Duluan aja Sil, gue mau ngiket tali sepatu dulu," balasnya tetap menunduk, tak lama ia jongkok membenarkan tali sepatunya.

Sisil mengangguk. Tak terasa air bening jatuh dari matanya, membasahi masker yang menutupi wajah cantik Viie.

Viie melihat uluran tangan dari seseorang. Ia mendongak sambil mengelap wajahnya yang basah.

Viie menerima uluran tangan cowok itu. Namun Viie cukup terkejut saat tangan telunjuk cowok yang ada di depannya memaksakan untuk mengangkat wajahnya.

"Ayo jalan, jangan nunduk. Lihat kedepan," ajaknya.

Viie hanya mengangguk mengiyakan.

~

a/n :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

a/n :

Rada-rada takut juga gue nulis part ini. Serem bayangin teteh Rena.

K/ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang