"Liona! Kalo makan jangan ngelamun ih, pamali tahu," peringat Elsa pada anaknya yang duduk di meja makan sedang mangacak-acak sarapan paginya.
"Iya mi," balas Liona tanpa menatap ibunya.
Brama sedikit mendekat ke istrinya, membisikkan sesuatu pertanyaan. "Kenapa dia mi?"
"Nggak tau, aneh emang anaknya. Dari semalam diem aja."
Setelah mendengar penjelasan Elsa, Brama menjauhkan tubuhnya dari hadapan istrinya. Matanya memperhatikan Liona yang hanya menunduk sambil mengacak-acak nasi goreng tanpa menyuapkan sesendok nasi saja kemulutnya.
"Kamu kenapa?"
Liona mengangkat wajahnya, menguap sebelum menjawab pertanyaan Brama. "Emang Liona kenapa pi?"
"Ya nggak tahu papi, makanya papi nanya kamu. Gimana sih," gerutu Brama saat mendengar jawaban Liona.
"Liona nggak papa deh pi."
Liona memainkan hp-nya malas sambil terus memaksakan menyuap sedikit nasi ke mulutnya. Dirinya seakan lemas sepanjang hari. Apalagi kini ia melihat story video Jeli yang bernyanyi-nyanyi heboh seperti biasa di dalam mobil.
"Seru banget," gumam Liona.
Brama sudah menyelesaikan sarapan paginya. Dirinya ingin beranjak dari meja makan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Namun pergerakan Brama terhenti tiba-tiba saat mendengar teriakan nyaring dari arah luar rumahnya.
"LIONA MAIN YUK!" jerit Ano tak segan-segan berteriak dengan suara cemprengnya. Tak takut jika warga komplek perumahan Liona mengutuk pemuda itu.
"KORAN-KORAN. KORANNYA BUK PAK," sambung Angga yang membuat Sisil menjitak kepalanya.
"Anak mami nggak boleh kocak," tukas Sisil.
"Emang tadi si Angga kocak Mi?" tanya Mayang bingung.
"Kagak sih hehe."
Bunbun lebih maju kedepan pagar rumah Liona, menyempilkan tubuhnya diantara anak-anak cewek. "TAHU BULAT TAHU BULAT... DIGORENG DADAKAN TIGA DUA RIBU... GURIH GURIH COY."
"Dih bocah ikut teriak-teriak," ejek Ano yang membuat Bunbun murka dan menginjak kakinya sengaja. "Bodoamat, suka-suka Bunbun. Wleee," balas Bunbun menjulurkan lidahnya lalu pergi menjauh kembali ke tempatnya tadi.
"Assalamualikum," ucap Ajeng dan Zidan berbarengan.
Lantas mereka semua melirik satu sama lain. Memandang Zidan dan Ajeng berbarengan.
Rio yang merasakan bahwa Zidan tak nyaman dengan keadaan canggung ini berucap membuat mereka mengumpat bersamaan.
"Walaikumsalam," jawab Rio membalas salam kedua orang itu.
"Ya ya ya," gumam Renata.
"Masa sih Liona nggak ada. Tapi mobilnya ada tuh," kata Cia sambil merogoh tasnya mengambil hp mencoba menghubungi Liona.
Didalam, Liona tak sadar tersenyum senang. Itu suara teman-temannya yang somplak.
"Siapa tuh?" tanya Brama duduk kembali di kursinya.
"Temen-temen Liona dong pi." Brama maupun Elsa melihat perubahan raut anaknya, melirik satu sama lain lalu tersenyum--ikut senang.
"Cerah banget tuh muka perasaan tadi asem yah, pi."
"Hehe. Udah ah Liona kedepan yah pi, mi."
"Iya sana."
Gadis itu buru-buru menuruni anak tangga untuk mencapai ke gerbang rumahnya. Liona heran kenapa teman-temannya bersuara besar semua. Sampai terdengar ke lantai 2 rumahnya. Bahkan si kecil Bunbun juga ikut berteriak memangggilnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
K/A
Teen Fiction[BEBAS UNTUK DIBACA - ON GOING] Sama-sama remaja yang tumbuh dengan adanya pendidikan. Perberdaan tempat untuk menempuh pendidikan bukan halangan bagi mereka untuk tetap saling bercanda ria. Tentunya kesembilan belas remaja tersebut, mulai menampakk...