Rida berlari-lari kecil menuju bangunan yang ditempati Viie, Jeli, Mayang, Liona, Koko dan juga Rio.
Kenapa tampak seperti tidak ada keributan didalam?
Rida akhirnya membuka pelan dua pintu yang terlihat seperti gerbang rumah mewah. Pintu yang terbuka itu sedikit menimbulkan suara akibat gesekan dari pintu ke lantai.
"AHHH MAMA!" teriak Rida sedikit mundur akibat terkejut. Ya, mereka menatap horor Rida seakan mau menerkam cewek itu hidup-hidup.
Rian yang sergap dengan kameranya berlari mendekat. "Gaes kita lihat nih yah apa yang terjadi, eh neng ada apaan? Kasih tau Bang Rian. Biar Abang gibes orangnya."
"Ada guguk."
"Guguk? Mana coba liat."
Rian menyembulkan kepalanya, menyapa mereka ramah tanpa ekspresi terkejut seperti Rida tadi.
"Inimah bukan guguk tapi ...."
"Tapi paan Yan?"
"Anjyeng hahaha. Say hai dulu sama penonton gue, ayo!" Liona menurunkan kamera Rian yang hendak merekam wajahnya.
"Awas apa ah! Kamera lo mau gue sleding ... oh atau elo-nya?"
"Kalem neng kalem." Liona menepis tangan Rian yang hendak mengelus bahunya, berniat menenangkan amukan gadis didepannya.
"Kalem gimana maksud lo? Kalem diem lama-lama disini hah!"
"Oh, urusan Rida itu mah. Yuk gaes kita menjauh," oceh Rian di depan kamera.
"Ya maaf sih. Mana gue tau, kan gue juga nggak dapet instruksi dari Bagas. Kalo mau marah, marahin aja noh Bagas." Jeli berdecih melihat Rida meminta maaf dengan menyatukan telunjuk kanan dan kiri. Seperti anak kecil yang menggemaskan.
"Lo tau gue nggak suka panas Da!"
"Gue udah sabar banget ya--" ucapan Viie terpotong oleh Koko yang maju mendekat ke Rida.
"Udah ngga papa Da. Gue ganteng jadi ngga bisa marah, yuk keluar." Koko menggandeng tangan Rida menuntun keluar dari bangunan itu.
"Gue sleding juga lo," pekik Liona kesal.
"Udah sono lanjut nyanyi lo berdua," peringat Rio pada Viie dan Jeli. Ia pun melangkah keluar meninggal mereka yang tercengang. Tak lama Liona menyahut dan mengejar Rio, meninggalkan bangunan itu juga.
"Goriorio ikutan!"
"Goriorio? Kayak pernah denger."
"Eh? Iya juga yah, kok gue baru sadar."
"Tanya mulut lo kenapa manggil gue begitu."
Liona berjalan mendahului Rio, menghadangnya untuk berhenti. "Gue lihat di hp Cia. Nama lo dikontaknya Goriorio."
Liona seolah tak menunggu respon cowok itu. Ia malah mulai mengipas-ngipaskan tangannya ke muka. "Bikin tempat nongkrong gini bisa. Masa ngga sekalian dipasang Ac."
"Buat ginian juga patungan. Lagian, udara alami lebih bagus. Sehat dan ... hemat."
"Gue kan sekarang temen lo semua. Jadi bagian Ac gue deh, gampang lah cuman seuprit."
"Sombong kuburannya sempit." Rio meninggalkan Liona dan ikut duduk disamping Angga yang asik makan .
Liona juga ikut duduk di alasan karpet piknik. Mengambil garpu untuk panekuk yang menggiurkan di depan mata.
"Raju Ratu mana?"
"Noh diatas enak-enakan," tunjuk Mayang dengan dagunya. Jelas saja mereka yang dibawah melihat iri sekaligus kesal kepada dua orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
K/A
Teen Fiction[BEBAS UNTUK DIBACA - ON GOING] Sama-sama remaja yang tumbuh dengan adanya pendidikan. Perberdaan tempat untuk menempuh pendidikan bukan halangan bagi mereka untuk tetap saling bercanda ria. Tentunya kesembilan belas remaja tersebut, mulai menampakk...