Koko yang menggandeng Bunbun dengan tangan yang mereka ayun-ayunkan kedepan dan belakang mendadak berhenti. Dirinya tiba-tiba menoleh kebelakang dimana tempat teman-temannya berada.
"Woy! Pada penganten baru apa yah, jalan lama banget."
"Kita kan pada ngiringin elu bege," caci Rian mengatur kamera hp-nya.
"Lah kenapa gua, njir?"
"STOP!" pekik Liona memberi instruksi. Mereka pun berhenti dengan terpaksa, lalu setelahnya menatap cewek itu.
"Nape lu?" sahut Angga mulai berjalan kembali. Baru melangkah sekali lagi, Liona lagi-lagi berteriak.
"Gue bilang kan berhenti, ujang!"
"Ini juga gue dah berhenti, njing."
"Kenapa, Na?" tanya Sisil merapat ke Liona.
"Sil," panggil Liona dengan mata berkilau.
"Iye kenapa sih?" tanya Sisil tak sabar.
"Mau foto di patung squidward," rengek Liona akhirnya.
"Patung squidward?" heran Rian kini fokus dengan Liona. "Mang ada yah?"
"Itu tuh," tunjuk Liona dengan dagu mungilnya.
Mereka semua tak terkecuali menoleh ke sebrang jalan ke arah yang ditunjuk Liona. Sempat hening beberapa detik.
Patung squidward? Maksudnya patung dufan yang ada dihadapan mereka? Masa sih, apa karena hidungnya yang terlihat hampir sama?
"Kasian banget sih gue sama anak rumahan. Dufan dibilang squidward," oceh Angga dengan mimik wajah prihatin, lalu lanjut berjalan.
Bunbun berlari ke Liona dengan kekehan khas anak kecil. "Minggu depan kita ajak kak Liona jalan-jalan lagi yah, kasian tahu."
"Ho'oh setuju gue, siapa tau laut dibilang sungai," ejek Koko agak lantang karena ia yang berada agak jauh dari mereka, tak berniat menghampiri.
Liona awalnya ingin meledak, namun ia hanya merengut sebal. Tak ingin membuat kacau hangout mereka untuk yang pertama kali.
"Yaudah ayo, sekalian mengabadikan momen hari ini."
Sisil dan rombongan mendekat ke patung yang menjadi simbol ciri khas wahana dufan. Mereka berancang-ancang mengambil posisi dengan keributan yang tiada henti.
"Udah-udah dimana aja. Malu diliat orang tuh," ucap Abi yang melihat sekeliling dengan tatapan heran.
"Nggak! Pokoknya gue di tengah. Gue kecil dapet diujung malah nggak kelihatan lah!" amuk Mayang mengaitkan tangannya ke lengan Sisil meminta bantuan. "Mami, adek ditengah, kan?"
"BAGAS, NGGAK KUAT AKU NGURUS MEREKA!" teriak Sisil sudah seperti ibu mereka ang mengadu ke suaminya. Ia mendengus keras, apalagi saat melihat Bagas, Bunbun, dan Abi yang sudah menjauh dari mereka.
"Bodo ah yang," sahut Bagas tak perduli.
Sampai akhirnya terlihat bapak-bapak berpakaian seragam mendekat ke arah mereka.
"Ada apa ini mas-mbak?"
"Ah nggak papa kok pak. Ini pada rebutan mau foto."
"Mohon jangan buat keributan yah, kami tidak ingin membuat pengunjung lain terganggu."
"Iya pak, mohon maaf yah."
"Ya sudah, saya tinggal yah. Lain kali jangan bawa anak kalo mau liburan," pamit bapak itu sambil menatap Sisil dengan kekehan kecilnya dan ia pun segera pergi menjauh.
![](https://img.wattpad.com/cover/214534031-288-k263839.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
K/A
Teen Fiction[BEBAS UNTUK DIBACA - ON GOING] Sama-sama remaja yang tumbuh dengan adanya pendidikan. Perberdaan tempat untuk menempuh pendidikan bukan halangan bagi mereka untuk tetap saling bercanda ria. Tentunya kesembilan belas remaja tersebut, mulai menampakk...