Berhasil atau Gagal?

105 42 24
                                    

Haii cerita ini bakal nemenin kalian yang diem dirumah sambil main hape mulu HAHAHA.
Happy Reading❤️
~

Kini mereka semua berpencar mencari tempat bersembunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini mereka semua berpencar mencari tempat bersembunyi. Bagas sendiri sudah bersiap diatas dengan segala hidangan yang telah ia buat dengan bantuan Rio dan Koko.

Cia tampak terlihat kesal saat Bagas sudah berada diatas. "Gas ikut dong. Mau cumi itu juga."

"Cumi atau dufan?"

Pasrah. Cia mengikhlaskan Cumi itu agar ia bisa pergi ke dufan bersama keluarga barunya ini.

Jeli, Viie, Mayang, Liona, Koko, dan Rio besiap-siap di bangunan sebelah rumah pohon yang biasanya digunakan untuk bermain game. Mayang terlihat kalem mengintip dari jendela bangunan. Sedangkan Jeli nampak gusar sambil memegang mik di tangan kirinya, sudah tak sabar untuk membuat kehebohan. Selebihnya diam menunggu, kecuali Liona tak kalah gusarnya daripada Jeli.

Liona mengibaskan tanganya. "Udah belum sih? Gerah banget disini."

Di belakang rumah pohon terdapat sawah milik warga yang siap untuk panen. Angga, Ano, Rian, Zidan, Cia, Ajeng, dan tak lupa Bunbun bersembunyi di balik padi-padi yang menjulang cukup tinggi. Rian mengatur kemare yang digunakannya selalu saat ngevlog kegiatan apapun itu, contohnya seperti saat ini. Dan Angga mengenggam erat balon-balon yang berusaha diambil oleh Bunbun. "Bang satu aja ih," pinta si kecil menarik-narik kaos Angga.

Di hadapan mereka terlihat Abi, Haris, Hamka, Rida dan Renata bersusah payah menjaga lilin yang nyala di kue ulang tahun Sisil agar tidak padam tertiup angin.

Renata seperti merasa ada yang janggal. Melirik kue itu dengan sedikit kesal. "Bego, Sisil kan belum dateng kenapa harus dinyalain sekarang. Matiin aja dulu."

Rida menganggukan kepala menyetujui dan bersiap meniup lilin.

"Eh ntar dulu. Niupnya sama-sama dong, itung-itung merayakan kita sebagai keluarga baru."

"Dangkal juga pikiran lo ternyata, bukan kriteria gue," sindir Renata tak perduli.

"Kriteria? Maksudnya gimana?" Benar-benar tipikal cowok yang tidak mengerti suasana alias tidak peka.

"Ayo buruan kalo mau niup bareng-bareng," desak Rida sudah tak tahan menopang beratnya kue. Rida menyodorkan kue ke hadapan Abi yang untungnya langsung diterima cowok itu.

"Lo kan cowok, masa gue yang bawa segede gini."

Hamka yang merasa tak dianggap lalu mendengus kesal. "Ralat, gue juga cowok kali."

Abi terlihat tak tertarik dengan apa yang dilakukan mereka. Pandanganya lurus kedepan berjaga-jaga kalau Sisil akan datang.

"Lo tiup juga dong Bi," pinta Hamka mendorong pelan kepala Abi agar mendekat ke kue.

"Kenapa harus dorong kepala gue sih? Gue bisa sendiri."

"Eh nggak usah dimatiin, tuh mobil Sisil," kata Renata memberi tahu. Kompak mereka menjauh dari hadapan kue, mengurungkan niat untuk meniup lilin bersama-sama.

K/ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang