Gosong

149 52 44
                                    

Bagas memasuki dapur untuk menyusul teman-temannya yang sudah sibuk dengan adonan masing-masing. Hari ini sudah menjadi jadwal mereka untuk berkutik di dapur boga sekolahnya.

Smk Permata Indah. Salah satu sekolah yang mampu meluluskan muridnya dengan kompetensi keahlian masing-masing yang siap terjun ke lapangan kerja. Smk Matadah--begitulah masyarakat menyebutkannya--mempunyai beberapa jurusan salah satunya Boga, teruntuk mereka yang gemar memasak.

"Gas," panggil Haris sedikit melirik temannya yang belum mulai melakukan sesuatu.

Bagas yang merasa dipanggil hanya berdeham ria sambil menggunakan celemek hitam yang bertuliskan namanya, Bagas Kara.

"Lo kenapa belom mulai?"

"Bingung gue mau masak apa," jawab Bagas sekenanya.

Habibie--sering dipanggil Abi--yang mendengar itu, lantas melemparkan buku resepnya pada Bagas. "Coba-coba dulu yang ada di sana."

Entah angin dari mana, kedua cowok sinting itupun masuk tanpa salam seperti biasa.

"HAI KAWAN KAWAN. NAME SAYE UPIN DAN INI ADIK SAYE UPIL." Koko menjitak kepala Angga tak tanggung-tanggung. Kesal dirinya disamakan dengan upil. "Ulang nggak lo! Yang bener ih, gue aduin Bunbun yah!"

"Hihi jangan marah," melas Angga dengan gerakan seperti Mail di kartun Upin&Ipin.

"Cepetan ulang."

"HAI NAME SAYE UPIN DAN INI ADIK SAYA IPIN INI KISAH KAMI BERDUA."

"Ngga waras, udah kena corona," celetuk Ano.

"Is is is tak patut. Mana tuh katanye teman seperjuangan? Kenape tak nunggu kite." Koko berjalan ke arah rak bahan masakan sekolah. Mengambil bahan-bahan yang ia perlukan untuk memasak.

"Lo kira main kejer-kejeran pakek segala nungguin."

"Ah elo panci ireng, gue ngga mau temenan sama elo yah," ucap Koko memperagakan tangannya membentuk love yang terpisah alias retak.

"Buju buneng! Emang siape kate elu temen gue."

"Fucekkk!" Koko mengacungkan jari tengahnya.

Kiano mendecih. "Cuih, norak."

"Ano oh Ano kenape engkau begitu."

Dengan semangat Angga melanjutkan. "Macem mane aku tak begitu aku ditolak doi. AKU DITOLAK DOI."

"Diem nggak lo hah!" Ano kesal dan keluar dari dapur sengaja menginjak kaki Koko yang terbalut oleh sepatu.

"ANOOO DUGONG! KAKI GUE SAKIT GOBLO!"

"POKOKNYA BUAT KALIAN SEMUA YANG NYAKITIN AKU. FUCEKKKK!" Lagi, Koko mengacungkan jarinya namun kali ini jari manis.

"Banyakin istigfar. Astag--"

"Tolong kuping gue panas. Riooo! Yoo! Kuping gue panas, Zidan nih mau ngerukiyah gueee!"

Zidan mendengus kesal, Koko selalu memotong pembicaraannya.

"Makanya mulut lo diem dekil!" Rio memilih fokus kembali pada bolu yang sedang ia hias. Hampir selesai setelah satu jam lamanya berkutik di sana.

Haris yang ingin menyeruak masuk ke keributan mereka lantas bertanya. "Emang dari mana lo berdua?"

"Cari degem dong!" Angga berucap lalu melangkahkan kakinya keluar dari dapur. Padahal tadi ia baru saja masuk dengan Koko entah habis dari mana.

Setelah lumayan jauh dari dapur, Angga berbelok arah menuju dapur lagi ingat terlupa akan sesuatu.

K/ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang