Satu... dua... tiga...

64 10 15
                                    

"SAMPAI KETEMU BESOK MISTER!" teriak Rida di sela-sela gurunya itu beranjak meninggalkan kelas.

Mr. Jun menoleh lalu tersenyum hangat. "Besok persiapkan semuanya dengan baik yah. Langsung pulang jangan kemana-mana, biar besok semangat anak-anaknya mister. Oke?"

"Oke mister laksanakan 86!" Kali ini seisi kelas heboh mengangkat kepalan tangannya ke udara--memberi semangat untuk kelas mereka besok.

Sisil melirik pintu kelas, lalu ke teman sekelasnya yang berjalan santai ke arah pintu. Dengan cepat ia berlari menghadang, menelentangkan tangan lebar-lebar.

"Mau kemana hah? Angkat dulu kursi ke atas meja," perintahnya.

"Besok bisa, Sil," balas cewek berambut sebahu.

"SEKARANG GUE BILANG! RIDA ADUIN MEREKA KE MISTER NGGA MAU NGANGKAT MEJA."

Rida menoleh sejenak dari game di hpnya. "Siapa juga yang mau ngangkat meja blo'on."

"Hah? Emang gue bilang apa tadi?" tanyanya pada anak-anak 2Mipa2 yang berhasil ia hadang.

"Meja," jawab mereka kompak dengan tatapan penuh kesabaran.

"Maksud gue kursi, typo dikit elah. BURUAN, YANG KURSINYA MASIH DIBAWAH NGGAK BOLEH PULANG."

Mereka mundur, kembali ke tempat duduk masing-masing untuk mengangkat kursi.

Sisil sebagai ketua kelas harus bertanggung jawab penuh untuk kegiatan ulang tahun sekolah besok. Mereka berinisiatif mendirikan stand gelang kain tenun yang mereka buat sendiri. Jadinya, ia harus benar-benar melihat kondisi kelasnya.

"Nah kalo udah boleh pulang," kata Sisil mempersilahkan.

"Ribet amat," sahut teman sekelas laki-lakinya.

Sisil yang mendengar itu langsung mengangkat tangan hendak menghajar. "Gue tonjok juga lo."

"Mang berani?"

"Udah lah, lo cowok tapi mulut kek cabe-cabean sih? Ketimbang ngangkat kursi satu doang," seru Mayang menyela, tak lupa melototkan mata tajam ke teman sekelas cowoknya.

Lalu ia beralih merangkul Sisil untuk keluar kelas. Begitu juga dengan rombongannya.

"Ngikut nggak, Sil?" tanya Jeli saat sudah di koridor kelas, ia memiringkan kepalanya menunggu jawaban.

"Ke mana?"

"Ke rumah pohon, tempat anak-anak cowok."

Sisil berhenti sejenak lalu tanpa beban berjalan kembali. "Nggak ah."

"Lah? Tumben," sahut Cia yang sudah tersenyum sedari tadi sambil mengetik balasan dari Rio.

"Kata mister kan nggak boleh main, langsung pulang. Pada lupa lo?"

"Rida, bilangin Bagas kita nggak ngumpul dulu," pinta Mayang menoleh ke belakang. Mendapatkan Rida yang tengah sibuk bermain game, Cia  yang berada disampingnya menyenggol lengan Rida untuk menyahut Mayang.

"Ck, iya iya gue denger," balas Rida membenarkan posisi hp yang awalnya miring tertidur sekarang tegak lurus.

"Kok Bagas?" tanya Sisil bingung.

"Emang lo nggak cek hp?" kini Ajeng ikut masuk ke obrolan. Ia memang tipe orang yang tak pede jika bergabung untuk sekedar mengobrol

"Mati nih hp."

"Bagas yang minta dateng ke sana," jelas Mayang masih setia merangkul bahu Sisil.

"Oh yaudah kalo gitu. Rida, gue nebeng yah nggak bawa mobil."

K/ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang