Hari sudah mulai larut malam, seperti janjinya Sehun dan anak-anak troublemaker akan menerima tantangan dari anak brigez salah satu musuh bebuyutan troublemaker.
"Bangsat! Ngerjain kita mereka!" ucap Sehun.
Yang benar saja janjinya mereka akan balapan motor pada Pukul 00.00 malam, tapi sekarang jam sudah menunjukkan pukul 02.30 dini hari, tetapi anak brigez malah mengerjainya.
"Besok kita kasih pelajaran, sekarang cabut aja gimana?" ucap Boby.
"Bener nih mending kita ke club," sahut Ciko.
"Oke," ucap Sehun, lalu menancapkan gas pada motornya dan mulai berjalan menyusuri jalanan di Ibu Kota pada malam hari di susul oleh anak-anak troublemaker.
----
Sehabis dari club, Sehun langsung pulang ke rumah. tidak peduli ketika sampai dirumah akan mendapat pukulan dari Ayah nya Leon. Sebenarnya, Sehun melakukan semua ini bukan tanpa sebab, Ia hanya Ingin mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya walaupun Ibu dia sudah meninggal sejak dia lahir.
Sehun dibesarkan oleh Kakek Mahardika. Semenjak kecil Ia tidak pernah mendapatkan kasih sayang. Walaupun hidup serba mewah tapi Sehun tidak pernah merasa bahagia.
Sehun menginjakkan kaki di depan pintu utama belum sempat Ia melangkah tiba-tiba saja sebuah tangan besar memukulnya.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
"ANAK SIALAN! TIDAK TAHU DIR! HANYA BISA MEMALUKAN ORANG TUA SAJA!"
Darah segar keluar begitu banyak dari sudut bibir Sehun akibat pukulan yang sangat keras menghantam."SAYA TIDAK PUNYA ORANG TUA, SIALAN!"
"JAGA UCAPAN KAMU!"
"EMANG BENER KAN?" ucap Sehun lalu bergegas pergi meninggalkan Ayahnya, Leon Mahardika Pratama.
Andai Kamu tidak meninggalkan Saya dan Sehun dulu.Mungkin Sehun tidak Akan seperti ini. Maafkan saya karena tidak becus menjadi seorang Ayah.
----
TOK...TOK...TOK...
"Alena? bangun sayang udah jam berapa ini?" ucap Amira.
"Alena udah bangun kok, Bun," sahut Alena dari dalam kamar.
"Yaudah cepetan ya. Soalnya ada temen kamu nungguin."
Mendengar Itu Alena Membukakan pintu kamarnya, lalu menatap Amira dengan tatapan bingung. " Temen? Siapa?"
"Bunda enggak nanya namanya siapa, tapi dia cowok, ganteng banget mirip artis Korea."
"WHAT?"
"Cepet turun, enggak usah begitu muka kamu tambah jelek."
"Ishh Bunda kalo ngomong."
Setelah kepergian Amira, Alena langsung masuk kekamarnya Agar cepat bersiap-siap. Tak membutuhkan waktu lama Alena sudah siap dengan seragam sekolah.
"YUHUUU ALENA MAU BERANGKAT SEKUL, TEMEN ALENA MANA BUN?"
"Alena anak perempuan enggak baik kaya gitu!" peringat Wanda, Ayah Alena.
"Hehe maaf Ayah," ucap Alena lalu menghampiri Wanda.
"Temen kamu ada didepan sama Bunda, cepet kesana, kasian udah nungguin lama dia."
"Yaudah kalo gitu Ale berangkat dulu ya, Yah. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Alena pun dengan segera menuju kedepan Rumah. "Bunda siapa teme—"
"LO?" ucap Alena tidak percya sedangkan cowok itu tersenyum kepada Alena dengan senyuman yanga amat sangat menyebalkan.
"HAI," sapanya.
Menyebalkan sekali bagaimana bisa dia tau rumah nya.
"Bunda kayanya Alena hari ini enggak bisa berangkat sekolah deh." Alena pun berusaha mencari alasan.
"Kok mendadak?" tanya Bunda bingung.
"Bukannya lo hari ini ada pelajaran Pak Tris ya? Diakan guru paling killer."
Sial, kenapa harus dibahas sih.
"Tuhkan, cepetan sekarang berangkat udah siang," ucap Bunda.
"Ndaa," ucap Alena dengan wajah memelas.
"Alena!" peringat Bunda.
"Kita berangkat dulu ya, Tan," ucap cowok itu lalu bergegas pergi disusul Alena.
Entah apa yang akan dilakukan seniornya ini, Alena rasa hari ini Tuhan sedang tidak memihak padanya.
----
SETELAH BACA JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK OK😗
SEE YA
NEXT PART SELANJUTNYA💕
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR (TERBIT)
General FictionDONT COPY MY STORY🙏 BELUM DI REVISI!! DITERBITKAN OLEH MOCCHACINOPUBLISHER. Sehun Mahardika Pratama. Siapa sih yang tidak kenal dengan dia. Bahkan hampir seluruh seantero sekolah tau. Senior yang selalu bikin masalah setiap harinya tetapi banyak di...