tiga

3.7K 245 15
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

"Sekalinya pengecut, tetap pengecut!"

Alaric tidak tinggal diam mendengar celaan itu. Alaric mengepalkan tangan kanannya dan melayangkan bogeman mentah ke arah perut salah Marko.

Alaric menyeringai kecil ketika melihat lawannya tersungkur ke tanah. Alaric berjongkok di samping Marko.

"Lo mendekat, temen lo gue habisin!" ancam Alaric menghentikan pergerakan Jodi.

"Lo berdua yang pengecut. Gue tantang duel kenapa bawa pasukan sebanyak kemarin?" tanya Alaric dengan nada meremehkan.

"Lo kerahin semua pasukan lo, kenapa kami berdua enggak?" balas Marko.

Alaric mengerutkan keningnya, ia tidak paham maksud balasan itu apa. Karena sama sekali Alaric tidak menyuruh teman-temannya ikut tawuran kemarin. Alaric juga terkejut kemarin mendapat info teman-temannya sudah terjun ikut tawuran. Alaric telat datang karena Alaric tidak tahu perihal tawuran itu. Alaric hanya tau kalau dirinya akan duel dengan orang yang tersungkur di sampingnya ini.

"Diem kan lo. Hah, pengecut."

Mendengar kata itu membuat emosi Alaric kembali terpancing. Laki-laki itu bersiap untuk menghajar Marko lagi, namun terurungkan ketika Arita tiba-tiba berada di sampingnya dan menahan lengannya.

"Ayo kita pulang, Bang!" ajak Arita tidak terbantahkan. Perempuan itu menatap kedua orang yang tadi menyenggolnya dengan tatapan menghunus. "Kalian berdua bukan tandingan Abang gue!" sentak Arita kemudian menarik Alaric pergi. Alaric hanya pasrah saja mengikuti langkah kaki sang adik.

"Abang kan udah bilang kamu tunggu aja di mobil, Ta!"

Arita terkejut mendengar suara tinggi Alaric. Arita menghempaskan lengan Alaric dan menatap abangnya itu tidak percaya.

"Emosi boleh, Bang, tapi jangan kelewat batas!" Arita tidak suka dengan sikap abangnha yang terlalu tempramen.

Arita menghentikan taksi yang lewat depan area rumah makan. Perempuan itu tidak menghiraukan panggilan Alaric, membuat Alaric semakin kesal.

Alaric mengerang pelan dan mengacak rambutnya kasar. Alaric masuk ke dalam mobilnya dan mulai meninggalkan area rumah makan. Alaric akan pergi ke rumah Afkar untuk mencari tahu sebenernya apa yang terjadi kemarin sebelum tawuran.

Selama di basecamp kemarin tidak ada satu pun yang menyenggol masalah tawuran. Itu karena Alaric serta teman-temannya berulang kali ikut tawuran, dan Alaric tidak curiga sedikitpun mengapa tawuran itu tiba-tiba terjadi. Pikiran Alaric blank seharian kemarin.

"Bukain gerbang!" suruh Alaric setelah Afkar menerima panggilan teleponnya. Tanpa menunggu jawaban Afkar, Alaric sudah memutus sambungan telepon itu.

Setelah memarkirkan mobilnya di samping motor besar Afkar, Alaric langsung ke luar dari mobil. Alaric tidak mau basa-basi, ia langsung melempar pertanyaan untuk Afkar yang terlihat kebingungan.

"Tawuran kemarin karena apa?" tanya Alaric serius meminta penjelasan.

Afkar mengerutkan keningnya semakin bingung mendengar pertanyaan Alaric.

"Kenapa lo baru nanya sekarang? Kemarin di basecamp lo cuma diem aja," balas Afkar seadanya.

Alaric berdecak pelan. "Gue baru ngeh tadi pas Marko sama Jodi nyamperin gue," kata Alaric.

"Marko sama Jodi?" Alaric menganggukkan kepalanya.

"Cari mati tuh orang," gumam Afkar. "Terus gimana lo sama dia nggak berantem kan?" lanjutnya bertanya mengalihkan perhatian Alaric dari pertanyaannya tadi.

ALARIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang