dua puluh lima

1K 77 4
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

Suara deruman mobil mulai terdengar. Alaric sudah bersiap di garis start untuk beradu kecepatan lagi. Memenuhi tantangan Jodi. Adu kecepatan ini terasa berbeda bagi Alaric. Mungkin ini waktu yang tepat untuk Alaric melampiaskan semua kegelisahannya.

Alaric menginjak pedal gas mobilnya hingga mobil yang ia kendarai berhasil memimpin jalannya balapan ini. Tatapan Alaric lurus ke depan. Tangannya mencengkeram kuat-kuat stir mobilnya.

Alaric harus memenangkan balapan malam ini. Alaric tidak mau cuma-cuma memberikan kemenangan kepada Jodi.

Alaric membanting stirnya ke kanan saat ada belokan. Alaric mengemudikan mobilnya zig-zag agar Jodi tidak bisa menyalipnya.

Senyum setan Alaric terlihat saat melirik mobil Jodi melalui kaca di atasnya. Sebentar lagi Alaric kembali memenangkan adu kecepatan melawan Jodi. Alaric sudah tidak sabar melihat wajah masam Jodi.

"Haha, lo bukan tandingan gue," gumam Alaric kembali menginjak pedal gasnya semakin dalam karena keramaian di garis finish mulai terlihat.

Alaric melirik kaca spionnya, melihat mobil Jodi hendak menyalip mobilnya. Tetapi Alaric tidak akan membiarkan Jodi memenangkan balapan malam ini.

Alaric memukul stir mobilnya saat berhasil melewati garis finish sebelum mobil Jodi. Alaric tertawa puas di dalam mobilnya. Alaric keluar saat kepulan asap mulai memudar dari sekitar mobilnya.

"Party nih pasti," celetuk Ical sembari merangkul Alaric.

"Atur aja," timpal Alaric.

Alaric berdiri menyender di pintu mobilnya. Alaric tidak mau repot-repot jalan mendekat ke arah Jodi.

"Kurang greget tadi. Lo terlalu mendominasi, Ric. Dia nggak lo kasih kesempatan buat nyelip sedikitpun," ujar Trendi.

"Alaric mana mau kalah?" Afkar menyahut membuat Alaric terkekeh pelan.

Mereka menoleh saat terdengar suara deheman Jodi yang mendekat bersama Marko.

"Kalah lagi lo?" sarkas Alaric menatap remeh ke arah Jodi. Alaric menegakkan tubuhnya dan menyimpan kedua tangannya ke dalam saku hoodie-nya.

Jodi berdecih. "Nggak usah basa-basi. Sebutin apa mau lo!"

Alaric menoleh ke arah teman-temannya. "Lo berempat sebutin aja, lo pada mau apa," suruh Alaric membuat mata teman-temannya berbinar.

"Yang gue minta lo, bukan temen-temen lo!" sahut Jodi.

"Lo nanya mau gue? Ya, lo turutin aja nih permintaan temen-temen gue. Lo udah nawarin, Bro. Daripada gue minta harga diri lo di depan banyak orang?" Alaric menyeringai dan mengedarkan pandangannya melihat kesekeliling dirinya yang dipenuhi banyak orang.

Marko yang masih menggunakan tongkatnya menatap sinis ke arah Alaric. Marko berkata, "Manusia kayak lo masih aja hidup di dunia."

Alaric terkekeh pelan mendengarnya. Ia menatap Marko dari atas sampai bawah dengan tatapan menilai. Katanya,  "Manusia kayak gue jauh lebih terhormat masih hidup di dunia ini daripada manusia pengecut kayak lo."

Fuad merasa ada hawa-hawa tidak enak jika pembahasan ini dibiarkan berlarut-larut.

"Kalo lo berdua belum cukup dibikin babak belur sama Alaric, atur waktu aja. Calling gue, Alaric kapan aja siap," ujar Fuad melerai.

Alaric tersenyum puas Fuad mengatakan itu. Daripada emosinya tersulut karena tingkah Jodi dan Marko, Alaric memilih untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Kenapa nggak di sini aja? Takut kalo duel tanpa wacana?" sahut Marko, "kenapa harus atur waktu?"

Alaric mendengar apa yang dikatakan Marko, karena laki-laki itu sengaja mengeraskan volume suaranya dan Alaric tidak sepenuhnya menutup kaca mobilnya.

"Lo masih berani nantangin temen gue? Nggak takut sekarat lagi?" balas Afkar menatap remeh kedua orang di depannya ini.

"Kali ini dia yang gue bikin sekarat!" sergah Jodi melirik Alaric.

Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk membungkam mulut Jodi dan Marko, Alaric kembali keluar dari mobil. Tanpa aba-aba Alaric menendang perut Jodi dan Marko bergantian dengan selisih jeda yang cukup sempit.

"Daripada lo berdua mati di sini, mending pergi!" peringat Ical menunjuk Marko dan Jodi yang mulai bangkit.

"Sebelum gue mati, temen lo bakal mati duluan," ucap Marko pelan sambil menunjuk Alaric.

"Berengsek!" Alaric kembali maju dan meninju rahang Marko tanpa ampun. Alaric ingin sekali mematahkan rahang itu.

Saat Alaric sedang asyik-asyiknya bermain dengan Marko dan Jodi tiba-tiba sirene mobil polisi terdengar semakin dekat. Para pengunjung tempat suram ini berhamburan. Mereka meninggalkan tempat ini agar tidak terciduk polisi.

Afkar, Fuad, Trendi, dan Ical sudah harap-harap cemas karena susah menghentikan Alaric yang sudah kolaps. Mereka berempat kualahan dan menarik paksa Alaric untuk masuk ke dalam mobil kemudian pergi secepat mungkin agar tidak terjaring razia.

"Mati gue!" Afkar berseru saat melihat layar ponselnya. "Njir, Ibu lo ngechat gue, Ric! Katanya bokap lo udah balik. Lo dicariin bokap lo!"

"Ah, cuek aja. Nggak penting," balas Alaric masih ngos-ngosan.

"Jangan cari mati lo! Ini kata nyokap lo, lo ditungguin di depan rumah," ujar Afkar memperlihatkan roomchat-nya bersama Ibu Alaric.

"Ribet banget dia," gumam Alaric tidak mau mempedulikan lebih jauh lagi tentang Ayahnya yang tiba-tiba ada di rumah. Padahal sore tadi baru saja pergi ke luar kota.

"Lo kalo mau mati jangan ngajak-ngajak orang!" seru Ical mendramatisir keadaan karena Alaric membawa mobil sangat kencang.

Bukannya memperlambat laju mobilnya, Alaric semakin menambah kecepatannya dan tertawa setan.

Afkar, Fuad, Trendi, dan Ical menghujami Alaric dengan sumpah serapah yang mereka keluarkan tanpa ada jeda. Mereka masih mau hidup lebih lama lagi. Mereka ingin menikmati masa muda dan tidak mati konyol karena Alaric.

"Atur waktu, kita party atas kemenangan gue malam ini," seru Alaric sembari menekan klakson mobilnya panjang ketika melewati jalanan sepi. Alaric terlihat seperti orang tidak berakal!

To Be Continue

Aric kalo lagi berantem tuh ganteng banget yeorobun, dosa ga haluin anak sendiri kaya gini?

Makasih yang udah baca, kali ini updatenya satu part dulu ya!

Follow IG : Moccachinopublisher & 17disasalma/wattpadisa untuk info novel ALARIC

ALARIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang