lima belas

1.2K 86 6
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

"Lo dihukum apaan tadi?" tanya Afkar mencegat Alaric yang hendak pergi ke parkiran.

"Ngecek angket adek kelas."

"Wah, sori ya, Ric. Gue tadi kabur," ucap Akfar dengan cengiran khasnya.

Alaric menganggukkan kepalanya. "Santai aja," ucap Alaric, "nanti jam delapanan gue ke rumah lo."

Afkar melayangkan hormat kepada Alaric dan merangkul bahu sahabatnya itu. Mereka berdua berjalan bersama menyusuri koridor yang masih ramai menuju parkiran.

"Lo ngerasa nggak sekarang jarang ada kakak kelas yang nantangin lo duel?" tanya Afkar setengah berbisik. Alaric hanya berdeham sebagai respons.

"Kenapa ya, Ric? Masa mereka beneran segan sama lo?"

"Emang ada yang berani sama gue selain Nataya sama lo?" Alaric membalasnya.

Afkar lagi-lagi memperlihatkan deretan gigi putih rapinya pada Alaric. Setiap Afkar seperti itu matanya terlihat menyipit.

Wajah orientalnya sangat menggemaskan, tetapi tidak untuk Alaric. Alaric serasa ingin menabok wajah Afkar jika Afkar cengar-cengir seperti ini.

"Ngomong-ngomong dokter kesayangan lo sibuk amat apa gimana ya hari ini kagak kelihatan?" tanya Afkar.

"Doi lagi sibuk ulangan hari ini."

"Lah lo bilang kemarin dia seharian main sama lo."

"Hubungannya?"

"Hebat banget cewek lo paginya sibuk ulangan malem sebelumnya malah main sama cowok berengsek kayak lo," kata Afkar bercanda.

Alaric terkekeh dan meninju pelan lengan Afkar. "Lo yang berengsek anak orang disia-siain. Gue mana pernah," balasnya.

Afkar berhenti dan menatap Alaric nyalang. Lagi-lagi Alaric menyindirnya. Afkar paling tidak suka disinggung tentang masa lalunya.

"Gelut aja dah ayo daripada lo nyindirin gue," tantang Afkar sembari merenggangkan otot-otot tangannya.

Alaric geleng-geleng kepala, heran. Laki-laki itu memilih mengabaikan Afkar dan pergi mendahuluinya. Alaric sedang tidak mau main-main dengan Afkar. Berantem dengan Afkar tidak seru.

"Woi, Kampret! Ciut juga nyali lo!" ujar Afkar berteriak membuat Alaric menghentikan langkahnya dan membalikkan badan.

Afkar cengo saat melihat jari tengah Alaric tertuju padanya. Afkar semakin cengo ketika Alaric kembali balik badan dan meninggalkannya.

"Alaric setan!" umpat Afkar berlari kecil mengejar Alaric.

•••

Ramai. Itu yang tergambar di kawasan sepi kendaraan yang setiap malam selalu dipenuhi geng-geng motor dan mobil untuk mengadu kecepatan mereka.

Tempat inilah yang nanti akan menjadi saksi kemenangan Alaric untuk kesekian kalinya. Alaric selalu percaya diri jika datang ke tempat ini. Setiap ada adu kecepatan, dialah pemimpinnya. Dia rajanya di sini. Alaric selalu menang, bahkan jarang sekali kalah. Alaric hanya beberapa kali kalah karena kesalahan teknis. Tetapi itu tidak membuat semua orang meremehkan Alaric. Justru semakin segan mengajak Alaric adu kecepatan. Alaric sulit dikalahkan karena skill dewanya sewaktu adu balap motor atau mobil.

"Mana rival?" tanya Alaric membuat Afkar menaikkan sebelah alisnya, tanda ia bertanya dan tidak memgerti maksud pertanyaan Alaric.

ALARIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang