delapan

1.7K 116 20
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

"Pelan-pelan sakit," rintih Alaric ketika Nataya membantunya untuk mengganti perban di lengan kirinya. Untung saja di basecamp ini ada P3K, meskipun tidak lengkap.

"Tadi aku udah minta kamu nggak balik lagi ke sana. Kenapa kamu nggak penuhin sih? Aku larang kamu ngelakuin itu juga buat kepentingan kamu, Aric, bukan buat aku," balas Nataya dengan mata yang berkaca-kaca.

Nataya tadi terkejut mendapat pesan dari Alaric. Tanpa pikir panjang juga tadi Nataya segera datang ke basecamp ini. Nataya sudah mengira hal ini akan terjadi. Alaric memang keras kepala.

Alaric memejamkan matanya. Tubuhnya semakin terasa remuk karena baku hantam tadi.

"Kamu ngeyel banget sih, Ric, kalo dibilangin," heran Nataya sembari mengusap air matanya yang tiba-tiba jatuh. Nataya mengambil kapas steril yang baru dan menuangkan obat merah ke atas kapas itu.

Nataya dengan telaten mengobati luka-luka baru di wajah Alaric. Sesekali Alaric meringis perih saat Nataya menempelkan kapas dengan obat merah itu ke hidungnya yang sedikit robek.

Setelah selesai mengobati luka-luka baru yang didapat Alaric, Nataya mengemasi kembali P3K yang dia gunakan dan menyimpannya ke tempat semula.

Alaric memperhatikan setiap gerak-gerik Nataya yang terlihat sangat mencemaskan dirinya. Alaric tersenyum tipis dan menarik Nataya ke dalam dekapannya.

"Nggak usah khawatir, Nat. Hal kayak gini kan udah biasa buat aku," ucap Alaric mencoba mengayemkan hati Nataya.

Alaric mengusap punggung Nataya lembut dan menumpukan dagunya di atas kepala Nataya.

Nataya sendiri masih diam di dalam pelukan Alaric. Perempuan itu tidak membalas sama sekali.

"Jangan sakitin diri kamu kayak gini, Ric," pinta Nataya pada akhirnya.

Alaric menggelengkan kepalanya. "Kalo cuma dengan cara ini aku bisa bahagia gimana?" tanyanya dengan nada lirih.

Nataya yang mendengar pertanyaan itu malah kembali meneteskan air matanya. Nataya tahu maksud Alaric. Nataya ikut merasakan apa yang Alaric rasakan.

Sejak kecil Nataya sudah mengetahui banyak hal tentang Alaric. Nataya tahu Alaric seperti ini karena apa. Nataya juga tidak menampik jika ia juga menyayangkan cara Alaric memberontak. Dengan cara seperti ini, Alaric bisa menyakiti dirinya sendiri bahkan orang lain.

"Plis, Aric, udah ya. Apa kamu nggak capek kayak gini terus?"

Alaric menggelengkan kepalanya. Alaric merenggangkan pelukannya dan menghapus air mata Nataya yang masih rembes.

"Ini hidup aku, Nat. Mau kayak gimana pun hidup yang aku jalani, itu urusan aku."

"Terus kamu anggep aku apa? Setiap aku kasih tau kamu nggak pernah terima. Aku diem, aku bebasin kamu ngapain aja di luar sana tapi itu malah bahayain diri kamu sendiri. Aku nggak bisa lihat kamu semenyedihkan ini terus-terusan, Aric. Aku sayang kamu, aku nggak mau kamu kenapa-napa," ucap Nataya tulus dari lubuk hatinya yang terdalam.

Perempuan itu merundukkan kepalanya dalam. Bahunya bergetar dan air matanya kembali mengalir deras.

Alaric malah dibuat bungkan dengan ucapan Nataya. Sungguh, Alaric merasa sangat beruntung memiliki Nataya yang selalu menyayanginya dengan tulus.

"Aku sahabat kamu dari kecil, aku tau kamu. Sekarang ... sekarang kamu pacar aku, aku sayang, bahkan cinta sama kamu. Coba bayangin kamu sekarang di posisi aku. Gimana rasanya lihat orang yang kamu sayang kondisinya kayak gini?" pungkas Nataya dengan emosi rendahnya.

ALARIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang