tiga puluh dua

2K 149 67
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

Follow IG @moccachinopublisher
Biar ga ketinggalan info PO ALARIC, siapin tabungan juga!

Soalnya bakal beda banget versi wattpad sama novelnya.

•••

"Lo nggak kapok hah?!" Alaric meremas kerah kemeja sekolah kakak kelas yang waktu itu membuatnya diskors.

"Kapok gara-gara lo?" Kakak kelas itu menantang.

Napas Alaric semakin memburu. Kepalan tangannya sukses membuat lawannya itu tersungkur ke lantai dingin koridor menuju kantin. Emosi Alaric sedang tidak stabil setelah kemarin putus dengan Nataya, dan hari ini Alaric punya samsak bernyawa.

"Pantes aja lo ditinggal cewek lo. Mana ada yang mau punya cowok tempramen kayak lo!" hardik Kakak kelas itu disisa tenaganya.

"Berengsek!" Alaric mendangnya kuat hingga Kakak kelasnya itu terbatuk.

"Jangan pernah munculin muka lo di depan gue lagi! Sampah!" bentak Alaric kemudian berlalu pergi dari kerumunan yang tercipta karena dirinya sendiri.

Alaric berhenti saat melihat Nataya lewat di depannya. Matanya bertemu dengan mata Nataya untuk beberapa saat. Tetapi perempuan itu tidak menampilkan ekspresi apa-apa dan semakin melangkah dengan cepat. Perempuan itu sudah tidak peduli dengan Alaric dan lukanya lagi.

Alaric mengacak rambutnya kasar dan menghantamkan kepalan tangannya ke dinding dengan keras hingga buku-buku jarinya mulai mengeluarkan bercak darah.

"Kenapa lo?" Afkar mendekat dengan senyum mengejek. "Baru kerasa sekarang nyeselnya?"

Alaric berbalik dan menonjok rahang keras Afkar membuat Afkar sedikit terhuyung ke belakang.

Afkar tertawa sumbang dan memegangi rahangnya. "Lo pikirin deh baik-baik sebelum Nataya lupa sama lo," ucapnya kemudian pergi meninggalkan Alaric menjadi pusat perhatian.

Alaric mengerang pelan dan berjalan cepat menuju parkiran. Alaric sudah tidak mood untuk melanjutkan mata pelajaran berikutnya.

Lagi-lagi Alaric bertemu Nataya. Alaric berhenti, memperhatikan Nataya yang sedang mengobrol dengan Fuad, Trendi, dan Ical. Alaric menatap mereka nyalang, terlebih saat Nataya menoleh dan menatapnya tanpa minat. Alaric mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, giginya bergemeletuk.

Sayup-sayup Alaric mendengar jika Nataya tidak peduli lagi dengannya. Nataya sudah melupakannya.

"Seharusnya dari dulu gue putus sama dia," gumam Alaric emosi.

•••

Kamar Alaric yang tadinya sepi menjadi gaduh gara-gara Alaric membanting semua barang-barang yang ada. Alaric membuang kotak berisi barang-barang pemberian Nataya ke luar paviliun.

Alaric benar-benar terlihat menyedihkan. Lagipula untuk apa Alaric gusar seperti ini setelah putus dengan Nataya? Bukankah ini yang Alaric mau? Nataya putus dengannya dan mencari laki-laki yang jauh lebih baik darinya.

"ALARIC!"

Suara teriakan Ayahnya itu menginterupsi indera pendengarannya. Alaric mendesah pelan dan keluar dari kamar. Alaric menghampiri Ayahnya yang berdiri di depan paviliun sambil mengangkat kotak yang Alaric buang.

"Begini cara kamu menghargai pemberian orang?" tanya Ayah marah.

Ayah tidak pernah mengajarkan hal buruk pada Alaric, terlebih menyangkut barang pemberian orang.

ALARIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang