dua puluh tujuh

1.2K 74 5
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

"Ngapain sih lo?" Afkar kesal sendiri melihat Alaric melampiaskan kemarahannya di basecamp.

Afkar masih biasa tadi saat Alaric menghancurkan samsak yang ada di basecamp. Tetapi melihat Alaric berulang kali menghantamkan kepalan tangannya ke dinding membuat Afkar ikut merasakan nyeri.

"Woi! Udah bego!" teriak Afkar namun Alaric tidak peduli.

"Perasaan tadi di rumah, lo masih oke-oke aja. Eh sampe sini lo kek orang kesetanan!"

Alaric menyunggingkan senyum miringnya dan berhenti menyakiti dirinya sendiri. Alaric duduk berhadapan dengan Afkar yang masih memakai seragam sekolah.

"Lo bolos?" tanya Alaric mengalihkan topik.

"Nggak usah cari-cari bahan buat ngalihin topik." Afkar menyahut.

"Lo kenapa minta gue dateng ke rumah lo tadi? Kenapa juga lo bawa koper gede kayak gitu?" cecar Afkar sembari menunjuk koper yang berjarak tidak jauh darinya menggunakan dagunya.

"Gue diusir," ujar Alaric cepat membuat Afkar melongo tidak percaya.

"Nggak usah becanda! Lo diusir apa lo sendiri yang mau pergi?"

"Gue diusir, Kar. Itu rumah bokap gue, bukan rumah gue. Gue cuma numpang."

Afkar hanya diam mendengarnya, tidak mau lebih dalam lagi mengetahui masalah Alaric. Afkar takut jika bertanya lagi, Alaric tersinggung.

Afkar meringis pelan melihat punggung tangan Alaric terus mengeluarkan darah segar.

"Gue telponin dokter kesayangan?" tawar Afkar.

Alaric menggelengkan kepala. "Nggak usah. Dia harus sekolah, nggak boleh bolos."

"Lah lo bikin gue bolos, Ric!"

"Lo sama dia beda. Bolos buat lo hal biasa, buat dia luar biasa," timpal Alaric pelan sembari memperhatikan kedua punggung tangannya. Sakit di punggung tangannya tidak sebanding dengan sakit di hatinya.

Afkar terkekeh sumbang. "Pilih kasih lo!"

"Geli, Kar," sahut Alaric sembari menyenderkan tubuhnya ke sofa.

"Gue mau tinggal di sini," ujar Alaric menyapukan pandangannya ke seluruh penujuru ruang tengah basecamp milik anak-anak SMA Teratai.

"Yakin lo mau tinggal di sini? Lo nggak keganggu? Anak-anak kan sering ke sini, Ric. Lebih kalo dua puluhan orang mah. Lo betah gitu rame-rame di sini?"

Alaric menganggukkan kepalanya. Mau tidak mau ia harus betah di sini. Alaric tidak mungkin ke rumah kakek dan neneknya.

"Di rumah gue aja. Bokap sama nyokap gue pasti seneng lo tinggal bareng mereka," ujar Afkar.

Baik hati sekali Afkar, ya nggak temen-temen?

"Nggak. Nanti gue ngerepotin."

"Lo kek sama siapa aja," balas Afkar diakhiri kekehan khasnya. "Rumah gue aja lah ayo?" ajak Afkar.

"Nggak."

"Gue nggak yakin lo betah di sini kalo banyak orang yang ganggu waktu tidur lo, Ric," ucap Afkar menyindir.

"Hah, lo kira gue mau hibernasi di sini?" kelakar Alaric.

"Lo kan kalo tidur kebo banget."

"Diem lo berisik. Mati aja sono!"

ALARIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang