dua puluh dua

1K 82 5
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

Sebelum pulang ke rumah, Alaric menyempatkan untuk menjenguk Afkar terlebih dahulu. Meskipun Afkar baik-baik saja, Alaric harus tetap peduli pada sahabatnya itu.

Hari ini dia tidak berangkat ke sekolah, entah karena malas atau memang masih lemas gara-gara penyekapan kemarin.

"Kamu kok jam segini udah ke sini?" Mama Afkar membawakan minum untuk Alaric yang sudah berada di kamar Afkar.

"Diskors, Tante. Tiga hari. Jadi bisa ke sini," jawab Alaric dibarengi senyumnya.

"Bego! Lo kenapa bisa diskors?" sahut Afkar tidak tahu-menahu penyebab Alaric diskors.

"Afkar," tegur Mama mengode Afkar agar tidak bertanya macam-macam.

"Nggak pa-pa kok, Tante. Lagian bukan masalah besar buat saya," kata Alaric.

"Gue kemarin gebukin kakel yang songong itu, Kar," katanya pada Afkar.

Afkar sendiri melongo mendengarnya. Sayang sekali Afkar kemarin tidak melihat kakak kelasnya itu berhasil diberi pelajaran oleh Alaric.

"Alaric ... Alaric, anak orang kamu segala gebukin. Ya pantes kalo kamu diskors," timpal Mama Afkar tidak heran lagi.

"Suttt, Mama. Lagi seru nih," sahut Afkar dan Mamanya pun diam—memilih menuruti putranya.

"Terus terus gimana dia pasti babak belur dong. Iya kan? Wah pasti ini mah. Lo kan kalo gebukin orang nggak pernah nanggung-nanggung." Afkar sangat antusias membahasnya.

Alaric menghela napas lesu. "Dia nggak sampe masuk IGD, Kar. Nataya keburu dateng," pungkasnya membuat Afkar memperlihatkan raut muka kecewanya.

"Nggak seru banget dokter kesayangan lo. Aturan dia datengnya kalo itu kakel songong udah nggak napas lagi." Ucapan Afkar sukses membuat Sang Mama menepuk bahu Afkar sedikit kencang.

"Mama sakit ish!" eluh Afkar sembari mengusap bahunya sendiri.

"Kamu kalo ngomong suka ngawur! Nggak baik tau. Anak siapa sih?"

"Anak mama, kan?"

Mama Afkar mendelik tajam membuat nyali Afkar menciut seketika. "Pusiiiiiiiiing Mama ngeladenin kamu. Dahlah Mama pergi aja," kata Mama sebelum meninggalkan kamar Afkar.

"Berarti lo kemarin sehari berantemnya dobel dong?" tanya Afkar dan diangguki oleh Alaric.

"Manteb nggak?" Alaric menaik-turunkan alisnya. Sombong sekali dia.

Afkar berdecih, "Sok lo, Ric."

Alaric terbahak. Tangannya membuka laci teratas nakas Afkar dan mengeluarkan sebungkus rokok dan pematiknya.

"Kalo lo diskors gue besok di sekolah gabut dong, Ric?" celetuk Afkar.

Alaric mengendikkan bahunya tidak peduli dan membakar ujung rokok yang terjepit di sela-sela bibirnya.

"Yang sekarang gue pusingin itu Nataya," ungkap Alaric setelah mengembuskan asap dari rokok yang ia sesap.

"Kenapa?"

"Doi ngambek sama gue. Tadi gue suruh nyamperin ke tempat biasa kita nongkrong eh dia cuma diem aja. Yaudah gue tinggal balik aja daripada makin ngerusak mood dia," ujar Alaric membuat Afkar terkekeh dan ikut membakar sebatang rokok.

"Dia ngambek pasti ada sebabnya."

"Ya kemarin itu sebabnya. Nggak ada yang lain."

"Lo cerita sama dia kalo lo diskors?"

ALARIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang