.
.
'Keturunannya.. Elision dan Elisian? Bukankah itu.. keturunan bangsa El murni?'
'Mungkinkah.. Hyades? Tapi...'
.
"Tapi kenapa? Apa hubungannya dengan bangsa El?" Sideris mengingat-ingat ucapannya sendiri beberapa hari lalu. Ia menatap ke langit-langit kamar sementara kedua tangannya terlipat di atas bantal untuk menyangga kepalanya agar sedikit lebih tinggi.
Entah kenapa Hyades dan Coastal benar-benar membuatnya kesal. Ia berharap mendapat hiburan sebentar dan meyakinkan dirinya sendiri agar segera bercerita soal apa yang ia kerjakan dan soal apa yang ada di benaknya belakangan ini. Namun sia-sia, rasa lelah fisik dan psikis memaksa kedua temannya keluar. Ia sedang berusaha menjadi lebih tenang lagi untuk menghadapi semua ketidakjelasan ini.
Sideris lelah, dan dua temannya itu tidak mengerti. Bayangkan saja, mengerjakan berlembar-lembar halaman buku tebal tak biasa di tambah tugas sekolah tentu saja membuat waktu istirahatnya berkurang lebih banyak. Apakah mereka pikir ia akan terus-terusan diam dan merahasiakan ini? Tentu saja tidak. Ia juga ingin berbagi beban, terlebih tekanan pekerjaan dari profesor Shaw yang entah apa tujuannya membuat ia pusing sendiri.
"Elision dan Elisian. Umm.. Jika mengingat ucapan senior itu, apakah 'musuh keturunannya' yang di maksud adalah bangsa El murni? Tapi kenapa? Bukankah banyak sekali keturunan bangsa El murni di semesta ini? Kenapa harus Hyades?" Sideris beranjak dari ranjangnya lalu melangkah ke arah meja meraih catatannya yang di simpan rapi di laci tersembunyi.
Ia menatap lekat membolak-balikkan lembar-lembar kertas yang berisi tulisannya sendiri. "Tidak mungkin kalau ini berkaitan dengan.." matanya membulat sempurna. ".. dewa?"
Sideris menelan liurnya kasar. "Apakah seseorang yang memiliki keturunan dewa adalah musuh dari pemimpin.." Sedetik kemudian kepalanya menggeleng. "Tidak. Hyades bukanlah keturunan dewa."
"Tapi seluruh bangsa Eos tetap menaruh perhatian pada Hyades bahwa kelahirannya semacam.. 'bencana' untuk mereka."
Sideris meraih buku tugas rangkuman dari Sejarah Ilmu Hitam yang dulu dipinjamnya di perpustakaan.
'Kau harus banyak membaca buku tentang legenda para dewa.'
Ucapan Coastal saat di perpustakaan membuatnya teringat sejenak. "Apa benar aku harus membacanya? Tapi.. kenapa dan untuk apa?" ia kembali menatap sampul buku di depannya lalu membuka lembaran demi lembaran berharap mendapatkan sesuatu. "Kalau tidak salah, aku juga merangkum salah satu materi tentang sebuah cerita yang merujuk pada hal tersebut."
Sideris semakin mendekatkan bukunya ke arah pencahayaan. "Daidalos, seorang arsitek, seniman, pengrajin, dan pematung ternama yang suka membanggakan ciptaannya dan tidak suka disaingi. Suatu hari, saudarinya meminta Daidalos agar mengajari putranya yang bernama Perdix, yaitu keponakannya dalam hal seni mekanik." ia terdiam sejenak lalu melanjutkan, "Perdix tumbuh tak kalah hebat dari gurunya sendiri yaitu Daidalos, bahkan ia mampu menciptakan gergaji dan kompas. Hal itu membuat Daidalos ingin menyingkirkan keponakannya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nebula {Carpathians : Magic Labyrinth} [SUDAH TERBIT]
Fantasy⏳ Book 2 [end] Kembali dengan 7 pangeran Elemen yang berperang demi kehidupan semesta yang damai. Bermodalkan kebersamaan dan kepercayaan, mereka membuat strategi besar untuk mengalahkan musuh yang merindukan keabadian dan juga kebangkitan tuannya...