Curhat

14 5 0
                                    


"Gue lihat penampilan lo dari atas sampek bawah tuh kayaknya cocok banget jadi bad girl deh Na."

"Pokoknya just today gue berpenampilan kayak bad girl. Untuk hari besok besoknya gak mau lagi dah gue tiba tiba di cap jadi troublemarkee sekolah."

"Tapi aneh meskipun penampilan lo tadi super bad banget, berantakkan banget. Lo tetep cantik asli An. Biasanya tuh kalo penampilannya bad banget, wajahnya juga bakalan kusem kusem."

"Eh lo punya dasi dua gak?" Tanya Ana mengalihkan pembicaraan.

"Dasi yang ini aja gue nemu di kelas kaka kelas An."

"Anjir lo, gk modal banget."

Setelah Ana merapihkan seragamnya dan rambutnya. Dan kembali lagi seperti Ana yang biasa bedanya dia tidak memakai dasi. Ana langsung keluar dari toilet dan mengacuhkan pertanyaan dari Calrisa.

"An lo denger gak si!!"

"Apa?"

"Tadi yang dateng sama lo itu sodara lo ya? Masa tadi dia ngejelek ngejelekkin lo."

"Bodo amat."

"Cerita sama gue An."

Ana berhenti berjalan di ikuti Clarisa yang berada di samping nya.

Ana pun menceritakan semua tentang Intan dari mulai senang dan berakhir kekecewaan.

"Hah! Beneran? Dulu lo di buat sakit sama dia?"

"Hm. Gua udah gk memperdulikan itu semua."

"Tapi lo gk bisa gitu aja dong Na. Kalo dia ngambil Daffa dari lo gimana?"

"Bodo amat."

-FLASHBACK OFF

"In lo kok bisa berduaan sama aldo. Dan lo do ngapain lo di sini."

"Sorry an gue suka sama Aldo, mungkin Aldo juga suka sama gue."

"Gk mungkin kan do?? Jawab do!!"

"Gu,,gue suka sama Intan,maaf!"

"Alah lo berdua itu sama aja!! Dan lo In! Lo udh ngerebut nyokap bokap gue. Dan sekarang lo rebut Aldo juga dari gue!!"

Ana tak memperdulikan ucapan mereka berdua. Ana berlari di temani rintikkan hujan dan Ana di basahi oleh tetesan tetesan air yang berjatuhan dari langit.

-FLASHBCK ON

"Sumpah ya An, dia jahat banget."

"Hm."

"Tapi hati hati An, bisa juga Intan mau ngerebut Nyokap bokap lo lagi."

"Gk akan gue biarin."

"Bagus."

Ana menghela nafas berat tak ada pilihan yang menurutnya ringan keduanya sama saja. Ana semakin menekuk wajahnya dan terpaksa meninggal kan Clarisa.

"Lo mau ke mana?" Tanya Clarisa

"Lo ke kantin duluan."

"Oh ok." Clarisa pun berjalan meninggalkan Ana.

Ana berjalan tak tentu arah dengan menggerutu tidak jelas hingga langkah kaki Ana membawanya sampai ke rooftrop sekolah dengan pemandangan yang indah.

Ana berdecak kagum melihat bangunan tinggi dari rooftrop sekolahnya dan Ana mencoba berteriak menghilangkan kekesalannya.

"Aaaaaaa."

Teriakan Ana menggema di rooftrop itu hingga mengusik ketenangan seseorang lelaki yang sedang bersantai di sudut rooftrop.

"BERISIK!"

Ana pun menoleh kesamping dan melihat Daffa yang sedang mendengarkan alunan musik yang tengah bersantai.

Daffa mendekati Ana membuat Ana berhalan mundur.

"Ngapain lo di sini!"

Setiap kata yang keluar dari mulut Daffa itu membuat Ana merinding. Bagaimana tidak jika Daffa itu selalu saja bersikap dingin.

"Gu,, gue."

Daffa tersenyum miring melihar Ana. Seperti ketakutan melihat dirinya.

"Lo gagu?"

Ana yang tidak terima di bilang gagu menggeram kesal. Bisa bisanya Daffa mengejek nya tidak biaa bicara.

"Apa lo bilang!? Gue gagu? Enak aja lo bilang kalo gue gagu!"

"Terus lo ngapain ngomongnya gagu begitu!"

Daffa semakin mengejek Ana yang membuat Ana semakin kesal dan geram.

"Karna lo yang selalu bicara dingin kaya es batu, dan lo itu aneh. Kadang kadang ngeselin kadang kadang nyenengin."

Ana menutup mulutnya. Ana keceplosan. Ana melihat ekspresi lelaki itu semakin takut. Lelaki itu menyeringai.

Daffa semakin mendekati Ana membuat Ana berjalan semakin mundur Ana hampir saja terjatuh jika lelaki itu tidak menangkap Ana. Ana jatuh dipelukan Daffa. Ana melihat dari jarak dekat Daffa memang tampan Ana menghirup wangi parfum lelaki itu.

"Udah terpesonanya?"

"Ih siapa yang terpesona sama cowok kaya lo,"

Daffa tersenyum miring melihat ekspresi wajah Ana yang terlihat sedikit merona malu.

"Lo yakin? Kenapa pipi lo merah?"

Ana memegang kedua pipinya yang memerah dan menepuk nepuknya kesal. Ana semakin jengkel. Ana memutuskan pergi begitu saja namun Ana di tahan oleh Daffa.

"Ckk mao ngapain lagi si?"

"Gue nolong lo gk geratis."

"Terus ngapain lo nolongin gue kalo cuman mau imbalannya."

"Besok berangkat bareng gue."

"Hah!"

"Yang gue omongin itu pernyataan bukan pertanyaan." Daffa meninggalkan Ana sendirian di atas rooftop.

AnFaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang