"ANA.. bangun nak, udah ada Daffa di bawah nungguin kamu." Raani mengguncang tubuh anaknya beberapa kali. Ya Ana sudah boleh masuk sekolah.
Ana akhirnya membuka matanya sedikit lalu menguap. "Jam berapa sih mah?"
"Masih jam setengah enam si." Jawab Rani ragu
"Hah? Setengah enam? Kok dia udah dateng?"
"Mama juga gak tau. Mama tanyain si jawabnya karena pengen ketemu kamu. Soalnya dia pacar kamu."
Mata Ana melebar, mulut hendak membuka untuk membalas namun Rani lebih dulu buka suara.
"Jadi kamu beneran ya pacaran sama Daffa? Ya gappa si, ganteng kok. Kamu beruntung punya pacar kaya dia."
"Mamah apaan si."
"Lo yang apaan. Belum mandi." Sindir Daffa kesal yang tiba tiba sudah ada di belakang Rani.
"Lo gak lihat ya? Sekarang masih jam setengah enam. Lo tuh yang apaan. Pagi pagi banget dateng ke rumah gue." Cibir Ana
"Heh udah udah. Kalian ini pacaran masih aja bertengkar." Lerai Rani "Ya sudah. Ana sekarang kamu mandi."
Ana pun mengerucutkan bibirnya kesal dan menatap Daffa Dangan tajam kemudian berjalan ke kamar mandi.
Sedangkan Daffa, dia menunggu di sofa tamu sambil menonton televisi ditemani Rani dan Irfan.
"Sejak kapan kamu pacaran sama Ana?" Tanya Irfan
"Yang waktu itu Ana di rumah sakit om." Jawab Daffa seramah mungkin.
"Kami berdua titip Ana sama kamu ya. Jaga dia baik baik. Buat dia sebahagia mungkin." Pinta Irfan sangat tulus.
"Iya om. Pasti."
"Sifat kamu itu sama persisi kayak sifat suami tante dulu." Rani melirik ke arah Irfan sambil terkekeh.
"Oh iya tante?" Sepertinya Daffa tertarik pada topik ini.
"Iya, suami tante dulu berandalan kayak kamu." Rani keceplosan sehingga Irfan menyikut lengan nya, baru ia sadar.
"Tante kok tau kalo saya--."
"Gue yang kasih tau." Tiba tiba suara yang cukup lantang mengintrupsi ke telinga mereka bertiga yang sedang berbicara bincang di ruang tamu.
Ana berlari kecil menuju ruang tamu dan duduk di sofa yang berhadapan dengan Daffa.
"Ayo kita sarapan dulu." Ajak Rani yanh sudah berdiri dan di susuli suaminya.
"Ana, ayo! Daffa? Kamu belum sarapan kan? Ayo kalo gitu sarapan bareng kita." Ajak Rani lagi ketika melihat kedua remaja itu hanya saling berpandangan.
"Iya tante." Daffa mengangguk lalu berdiri dan menarik pergelangan tangan Ana untuk berjalan menuju ruang makan.
***Daffa dan Ana sudah sampai di parkiran sekolah. Sudah diduga oleh mereka berdua, sebagian murid SMA Garuda 1 manggerumbuli mereka.
"Eh ka Ana udah sembuh."
"Pj pj."
"Semoga langgeng amin."
"Nah iya, semoga langgeng. Gak ada lagi yang namanya PHO."
"Gue yakin bakal langgeng kalo lo ngasih gue pj Daf. Heheh."Daffa yang sudah risih dengan teriakan meminta pajak jadian kepadanya dan Ana. Daffa segera menarik pergelangan tangan Ana untuk meninggalkan parkiran sekolah.
Ketika sudah berada di kelas. Mereka berdua saling bertatapan karena pintu kelas tertutup. Dengan ragu Daffa berjalan pelan membuka pintunya dengan Ana di belakangnya. Saat sudah benar benar masuk kelas mata Daffa dan Ana melotot.
"Pj pj pj pj pj pj." Ucap seisi kelas.
***Kringgg
Bel pulang pun berbunyi. Membubarkan semua sisawa SMA Garuda 1"Cepet naik!"
"Sabar."
Ana menaiki motor ninja Daffa.
Daffa melaju dengan kecepatan sedang.
Ana bingung mengapa jalannya melewatkan rumah nya?"Lo mau bawa gue ke mana!"
"Gue mau nyulik lo!" Ledek Daffa
"Hah! Gk gk. Turunin gue di sini."
"Gak akan." Daffa semakin kencang membawa motornya. Dan sampai di rumah sederhana tak terlalu mewah.
"Rumah lo?"
"Hm. Ayo turun."
Ana pun turun dan masih bingung mengapa ia di bawa ke rumah Daffa.
"Assalamualaikum, Mah."
"Waalaikumsalam. Eh anak mamah udah pulang. Loh ini siapa?"
Daffa mencium punggung tangan Devi di ikuti Ana.
"Kenalin mah. Calon bini. Hihihi." Ledek Daffa
"Oh kamu pacarnya Daffa ya."
"Salam tante. Aku Liana Salsabilla. Panggil aja Ana." Ana hanya mengangguk senang.
"Iya sayang. Saya Devi Mamahnya Daffa. Oh iya manggilnya Mamah aja biar makin deket."
"Iya tan. Eh mah."
"Heheh. Kamu itu lucu banget. Gk salah Daffa milih kamu."
"Anak siapa dulu doang." Lanjut Daffa.
"Yaudah mamah udah masak banyak. Yuk makan bareng."
Ana hanya mengguk. Daffa dan Ana mengikuti Devi dari belalang.
"Oh iya Mah, papah nya Daffa mana ya?"
Devi menghela nafas pelan. Daffa hanya menunduk pasrah.
"Papa nya Daffa sudah tiada sejak Daffa berumur 5 tahun." Ucap Devi pelan
"Oh maaf mah."
"Iya gkpapah."
Mereka berbincang bincang dengan ceria. Waktu demi waktu mereka habiskan bersama. Sekarang sudah waktunya Ana pulang. Karna sekarang sudah sekitar jam 20:14.
"Udah malam mah. Ana pulang dulu ya."
"Iya hati hati ya sayang."
"Iya mah."
"Mah aku nganterin Ana dulu ya."
"Iya sayang." Mereka berdua mencium tangan Devi bergiliran. Dan menuju ke parkiran Depan.
Mereka berdua saling diam di sepanjang jalan. Tanpa mereka sadari. Mereka sudah sampai di depan rumah Ana.
"Gue masuk ya."
"Iya lah sono. Masuk tinggal masuk."
Ana terlihat kesal. Dan berbalik dan ingin meninggalkan Daffa. Sebelum Ana berjalan. Tanggan Ana sudah di tarik oleh Daffa.
"Canda sayang. Good night."
Cup
Satu sentuhan membuat pipi Ana memerah. Ia menutupi pipinya dan dengan cepat iya mengucapkan "To sayang." Dengan malu Ana segera berlari memasuki rumahnya.
Daffa hanya terkekeh geli milihat tinggah pacarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AnFa
Romance"Lo!" "Lo!" Ucapnya bersamaan Namanya Liana Salsabilla Panggil saja Ana,cewe cantik yang cuek dan banyak di sukai para cogan-cogan (cwo ganteng). "Ngapain lo di sini!" Tegas Ana "Heh! Asal lo tau ini tempat bukan punya nenek moyang lo jadi gue berh...