Dia Tak Sempurna, Hidupnya Pun Tak Mewah. Dia Hanya Lelaki Biasa, Sederhana, Dan Mandiri. Semua yang ada padanya menarik perhatianku.
Sebuah Kenyataan Mengubah Jalan Kisah Kami. Dia Berubah, Tak Lagi Sama.
Aku Merindukannya.
***
"Kasih tau salah aku...
Setiap matahari terbit, adalah kesempatan bagi kita untuk bangkit dan mencerahkan hati seseorang
____________________
Kriiiing krriiiing
Bunyi alarm mengusik tidur seorang gadis dalam kehangatan selimutnya. Matanya mengerjap menyesuaikan cahaya yang diterima retinanya. Ia segera bangkit dan dengan malas melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Pasalnya saat ini masih pukul 4 pagi dan Ia diharuskan bangun dari mimpi indahnya.
Sesuai rencana yang ditetapkan seorang cowok yang akan menjemputnya pukul 4:30 WIB, Ia sudah selesai bersiap. Hanya menunggu cowok itu yang entah mau diajak kemana dirinya sepagi ini.
Ting
Bunyi dering ponsel menandakan pesan masuk, Ia pun merogoh ponselnya dari sling bagnya.
Kak Fariz: May, gue didepan rumah lo.
Maysha keluar dari kamarnya, melangkahkan kaki kekamar sebelah.
"Bang, gue jalan sama temen gue ya" Teriaknya, meski Ia yakin Abangnya itu tak akan mendengarnya karena abangnya pasti masih tidur.
Maysha pun menuruni tangga, berjalan keluar rumah. Setelah meminta satpam untuk membuka gerbang otomatis rumahnya, Maysha pun menghampiri lelaki berhoodie hitam yang sudah nangkring diatas motor sportnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mau kemana sih kak, pagi banget gini loh?" Cerocosnya langsung begitu berdiri dihadapan Fariz.
"Aelah May, sapa dulu kek, Ucapin selamat pagi kek. Ini mah langsung nyerocos" keluh Fariz menekuk mukanya.
"Selamat pagi kak Fariz yang mukanya manis" ucap Maysha dengan wajah yang dibuat seimut mungkin. Fariz tersenyum lebar.
"Elo cewek ke dua ribu lima ratus enam puluh dua yang bilang gue manis" ujar Fariz bangga dengan cengirannya.
"Dih PD. Ini kita mau kemana kak?" tanya Maysha lagi tak kunjung mendapat jawaban.
"Udah deh jangan banyak tanyak, ikut aja" Fariz menyerahkan Helmnya. Maysha menurut, menerima helm itu dan memakainya.
"Siap?" Tanya Fariz yang dianggukin Maysha. Lalu melajukan motornya menembus angin pagi yang dingin.
Maysha memperhatikan jalan yang mereka lewati. Sebelumnya Ia tak pernah melewati tempat ini. Disamping kanan dan kiri dipenuhi hamparan sawah hijau. Di Ibu Kota sudah sangat jarang adanya sawah, malah lebih banyak bangunan-bangunan rumah dan gedung menjulang tinggi yang memenuhi kota.
Hingga motor berhenti didepan posko yang terdapat beberapa sepeda. Maysha turun dari motor diikuti Fariz. Lalu Fariz menghampiri bapak penjaga posko. Berbincang sedikit kemudian menghampiri Maysha dengan menuntun sebuah sepeda.