CHAPTER 3 - Zenith

2.9K 242 66
                                    

"Ayah!!"

Aku masuk ke dalam ruang kerja Claude dan langsung memeluknya dengan erat. Bahkan Claude sampai termundur kecil karena kaget dengan pelukanku yang tiba-tiba.

"Athanasia."

Aku tersenyum sambil menatapnya, "ayah sedang apa? Apa aku mengganggu?"

Claude menatapku dengan garis wajahnya yang datar, ciri khas Claude yang sudah aku kenal sejak masih kecil. Rambut pirangnya itu mengkilap terang karena terkena pantulan cahaya matahari.

Tangan Claude melepas tanganku dari pinggangnya, dia tersenyum tipis.

"Aku ingin bicara denganmu."

Aku mengerjapkan mataku dengan bingung, Claude berjalan menuju sofa besar yang ada disebelahku dan duduk disana. Terlihat Claude menoleh sesaat ke arah pintu.

"Felix!"

Felix membuka pintu dengan cepat, dia masuk ke dalam. "Ada apa Yang Mulia?"

"Suruh pelayan siapkan teh dan kue." Claude menyuruh Felix sambil menyilangkan kakinya.

Aku pun duduk dihadapan Claude, aku melihat wajahnya yang terlihat sangat cantik hari ini.

Astaga, bahkan aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari wajah Claude. Dia benar-benar raja yang sempurna.

Claude menatapku, bola mata berwarna biru berlian yang indah itu menatapku dengan lekat.

"Kau benar-benar ingin menari dengan penyihir itu?"

Mendengar itu aku langsung terbatuk kecil, aku terdiam ditempat dengan mata melebar kaget. Aku melihat sorot mata Claude yang sangat tajam.

"Ah, iya ... apa ayah mengizinkan kami?" Aku bertanya dengan nada pelan.

Claude mendengus panjang, dia melipat kedua tangannya.

"Apa kamu segitu inginnya menari dengan penyihir itu? Maksudku, kamu tidak perlu repot-repot untuk berdansa dengannya, Athanasia."

Huh, lagi-lagi sifat Claude yang protektif kembali muncul. Aku jadi repot menghadapi hal ini.

Aku sengaja memanyunkan bibirku, aku memainkan kedua jariku dengan gelisah. Aku melirik Claude dengan sorot mata sedih.

"Kenapa ayah bicara begitu, memang aku tidak boleh menari dengan Lucas?" Aku bertanya dengan nada pelan. "Aku sangat ingin menari bersamanya, ayah."

Tidak ada jawaban dari Claude saat aku bicara begitu padanya, aku diam-diam meliriknya. Bola mata biru yang terlihat seperti berlian itu menatapku dalam diam.

Aku jadi bingung disituasi ini, garis wajah Claude menurun. Aku bisa melihat raut wajahnya yang meneduh.

"Baiklah."

Aku mendongak, mataku melebar kaget saat mendengarnya.

"Lagipula penyihir itu banyak membantu kita," Claude berkata sambil mendengus. "Meskipun aku sangat berat mengatakan ini, aku tidak bisa berbohong jika dia itu cukup berguna."

Astaga ayah, kau bahkan bicara seperti itu tentang Lucas?

Andai ayah tau siapa Lucas sebenarnya, aku jadi penasaran bagaimana reaksinya.

Identitas Lucas sebagai penyihir menara memang hanya aku yang tau, orang-orang berpikir jika Lucas hanyalah penyihir jenius yang menyelamatkan nyawaku saat aku masih kecil.

Jika mereka semua tau, aku penasaran apa reaksi mereka semua.

Claude menatapku lebih dalam, "Athanasia."

[1] Athanasia : "Suddenly I Became A Princess"✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang