Athanasia dan Claude masuk ke dalam ruang perjamuan, Athanasia sedikit gugup karena ada banyak sekali tamu yang duduk disini.
Bangsawan dari kerajaan-kerajaan lain yang datang kemari terlihat sangat anggun.
"Selamat ulang tahun tuan putri Athanasia." ucap Pangeran Yurs sambil tersenyum.
Athanasia ikut tersenyum, dia menipiskan bibirnya.
"Ah, terimakasih ... tuan—"
"Yurs," pria berambut perak itu memotong ucapan Athanasia, sorot matanya meneduh. "Panggil nama saja."
Duke Elavaine berdeham pelan, dia tersenyum kaku sambil menginjak kaki Pangeran Yurs yang saat ini disebelahnya.
"Maaf atas ketidaksopanan beliau, Yang Mulia."
Claude menghela nafas panjang, raut wajahnya terlihat tenang.
"Jangan khawatir, aku sudah terbiasa dengannya."
Pangeran Yurs tersenyum lebar, dia kembali duduk sambil mengangkat dagunya dengan penuh kemenangan.
Viscount Halbius memijit pelipisnya, dia agak sedikit menunduk karena malu dengan tingkah Pangeran Yurs.
Memang orang itu selalu bersikap seenaknya, beliau memang tidak pernah takut dengan sosok Claude.
Dasar!
Marquis Fin menikmati secangkir teh, dia melirik Athanasia.
"Ngomong-ngomong ... saya ingin bicara sebentar dengan tuan putri Athanasia." ucap pria itu sambil bangkit berdiri.
Claude duduk sambil menatap Marquis Fin.
"Soal apa?" tanya Claude dengan nada dingin.
Marquis Fin tersenyum tipis, "sepertinya ini akan menjadi rahasia antara saya dan tuan putri Athanasia, jadi saya tidak bisa memberitahu anda."
Athanasia mengerjapkan matanya, dia melirik Marquis Fin mengulurkan tangannya didepan Athanasia.
"Mari tuan putri."
Mau tak mau Athanasia menerima uluran tangan Marquis Fin, dia keluar dari ruang perjamuan lalu berjalan ke tempat yang lebih sepi.
Marquis Fin menatap Athanasia, beliau menghela nafas.
"Tuan putri, saya ingin memberitahu sesuatu kepada anda." pria itu bicara dengan nada serius.
Dahi Athanasia mengerut, "maksud anda?"
Marquis Fin mengeluarkan sesuatu, dia memperlihatkan sebuah kalung permata berwarna putih.
"Saya tau insiden yang terjadi di perpustakaan pribadi anda beberapa hari yang lalu," ucap Marquis Fin.
"Sebelum itu terjadi, hal serupa juga terjadi di kerajaan saya."
Mata Athanasia melebar, dia terkejut saat mendengarnya.
"Apa?"
Marquis Fin menipiskan bibirnya, dia menghela nafas panjang.
"Kalung ini buktinya," lanjut Marquis Fin. "Awalnya kalung ini punya sihir hitam, untungnya ada seorang penyihir datang ke kerajaan kami."
"Tunggu sebentar, penyihir?" tanya Athanasia agak kaget.
Marquis Fin mengangguk, "iya penyihir, dia juga terlihat sangat berbakat."
"Apa yang anda maksud itu Lucas?"
"Sayangnya bukan, penyihir itu berbeda dengan Lucas."
Athanasia terdiam, dia berpikir sesaat sambil menarik nafas dalam-dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Athanasia : "Suddenly I Became A Princess"✔
Fanfic[WMMAP & SIBAP Fanfiction] - Apakah hidup seorang putri semudah yang orang-orang pikir? Meskipun apa yang aku hadapi itu sulit, setidaknya ada penyihir bodoh yang selalu menemani aku setiap harinya. Yap, aku merasa hidupku bergantung terus padanya. ...