Sudut pandang Athanasia.
-
Aku menatap Lily (Lilian) yang ada didepan kamarku. Ibu asuhku itu mencium keningku dengan lembut sambil tersenyum hangat.
"Selamat malam tuan putri, saya senang karena hubungan tuan putri dengan Yang Mulia sudah membaik seperti dulu."
Ada maksudnya kenapa Lily bicara begitu, ayah memang sempat amnesia karena menolongku yang hampir sekarat karena Mana-ku yang meluap-luap. Bahkan aku dan ayah sempat menghadapi konflik besar yang mungkin tidak ada ujungnya.
Tapi aku bersyukur karena Lucas kembali dan mengembalikan ingatan ayahku, dia benar-benar penyelamat hidupku. Bahkan berkali-kali dia selalu menolongku.
Hidupku benar-benar bergantung dengan Lucas.
"Aku juga senang kok Lily, terimakasih ya karena selalu didekatku." Aku berbicara dengan tulus.
Lily menarik nafasnya, raut wajahnya terlihat sangat lega. Sepertinya dia begini karena melihat hubunganku dengan ayah yang sudah kembali akrab seperti dulu.
Sekali lagi aku tegaskan jika ini semua terjadi berkat Lucas.
"Baiklah, saya pergi dulu. Selamat tidur ya tuan putri."
"Selamat tidur juga Lily, mimpi indah."
Kemudian aku menutup pintu kamar sambil menghela nafas panjang, aku berjalan mendekati kasurku dan naik ke atasnya.
Aku berbaring sambil merentangkan tanganku, aku juga tersenyum kecil karena merasa sangat senang hari ini.
Ngomong-ngomong, aku jadi kepikiran soal Lucas. Apa dia berhasil membujuk ayah? Lagipula aku belum melihat dia sejak sore.
Terakhir kali aku melihatnya saat tadi siang, aku juga yang mengantarnya bertemu dengan ayah. Tapi aku belum juga bertemu dengannya.
Apa yang sedang dia lakukan ya sekarang?
"Sampai segitunya kau memikirkan aku?"
Aku menoleh cepat, suara familiar itu membuat perasaan didadaku melega. Aku bangun dari posisi tidurku dan melihatnya menyender di railing balkon.
Akhirnya aku turun dari kasur, aku berjalan mendekatinya. Bola matanya yang berwarna merah seperti batu Ruby itu mengkilap karena cahaya bulan.
"Kamu sudah minta izin pada ayah?" Aku bertanya dengan penasaran, aku ikut menyender disebelahnya.
Lucas mengangguk, dia menatapku.
"Lalu apa jawaban ayah?" Aku bertanya lagi. "Dia tidak mengizinkanmu ya?"
Lucas tersenyum tipis, dia menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas.
"Dia mengizinkan aku."
Aku terkejut saat mendengarnya, perlahan aku tersenyum senang dan langsung menyentuh kedua tangan Lucas.
"Sungguh? Ayah mengizinkanmu?!" Aku bertanya dengan tidak percaya.
Lucas tidak menjawab, dia hanya menatap tanganku yang masih setia memegang tangannya. Bahkan sorot mata Lucas membuat aku tersadar dengan gerakan refleks yang aku lakukan padanya.
Aku terdiam kaku ditempat.
"Ah, maaf—"
Aku hendak melepas tanganku, namun Lucas langsung menangkap tanganku dengan cepat dan menggenggamnya.
Sebenarnya aku agak terkejut saat melihat hal itu, dia tidak berkata apapun dan hanya menggenggam tanganku dengan erat. Aku tidak bisa menebaknya.
Aku merasa nyaman, genggaman penyihir itu terasa hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Athanasia : "Suddenly I Became A Princess"✔
Fanfic[WMMAP & SIBAP Fanfiction] - Apakah hidup seorang putri semudah yang orang-orang pikir? Meskipun apa yang aku hadapi itu sulit, setidaknya ada penyihir bodoh yang selalu menemani aku setiap harinya. Yap, aku merasa hidupku bergantung terus padanya. ...