CHAPTER 8 - Konflik

2.1K 186 39
                                    

Sudut pandang Athanasia.

-

"Izekiel?"

Izekiel Alpheus tersenyum hangat sambil memandangku, sorot matanya membuat aku terpaku.

"Tuan putri Athanasia ... bolehkah saya mendekat?"

Aku tidak menyahut, lidahku kelu. Lagi-lagi aku jatuh pada pesona Izekiel yang selalu terlihat bersinar setiap kali aku bertemu dengannya.

Izekiel berjalan mendekatiku, dia membungkuk sambil menyentuh tangan kananku. Dia mengecup tanganku dengan lembut.

Aku menelan ludahku, aku jadi penasaran kenapa dia ada disini.

Izekiel menatapku dengan sorot mata yang menyendu, dia menghela nafas.

"Saya sangat ingin bertemu dengan anda, tuan putri Athanasia. Sudah lama sekali saya tidak bertemu dengan anda."

Aku menelan ludahku, "ah iya, mungkin—"

Tiba-tiba Izekiel semakin mendekat, aku tidak tau harus bagaimana. Tubuhku benar-benar kaku ketika melihatnya sedekat ini.

Raut wajah Izekiel berubah, tangannya terulur lalu merapikan helai rambutku yang berantakan.

"Anda terlihat sangat cantik putri Athanasia ... saya senang karena anda baik-baik saja."

Izekiel mengulum bibirnya, "saat saya mendengar suara ledakan dari perpustakaan pribadi anda, saya benar-benar khawatir."

Aku terdiam, aku bisa melihat sorot mata Izekiel yang terlihat khawatir.

"Karena itu ... saya diam-diam kesini karena ingin bertemu dengan anda, saya merasa takut ada sesuatu yang terjadi pada anda."

Oh Tuhan, apa dia harus menunjukkan ekspresi seperti ini padaku?

Dia jadi terlihat manis ...

Aku berdeham keras, "terimakasih karena sudah peduli denganku Izekiel, tapi kamu tidak perlu khawatir. Aku baik-baik saja karena Lucas meno—"

Saat aku menyebut nama Lucas, aku bisa melihat raut wajah Izekiel berubah. Refleks, aku menelan ludahku.

"Penyihir istana itu ... bersama anda?" Izekiel bertanya.

Aku tersenyum kaku, "iya ... dia selalu bersamaku, dia juga menjagaku dengan baik."

Bahu Izekiel menurun, aku menipiskan bibirku saat melihatnya. Ekspresi yang ia tunjukkan terlihat aneh.

Izekiel menghela nafas, dia menatapku dengan sorot mata ragu.

"Kalau begitu ... apa anda punya hubungan yang spesial dengannya?"

Mendengar itu, aku langsung tertawa renyah. Aku menatap Izekiel dengan tenang sambil meringis pelan.

"Dia sahabatku, mungkin orang-orang akan berpikir jika kami berdua punya hubungan yang spesial. Tapi kami dekat karena kami berteman!"

Astaga apa yang aku katakan padanya, aku merasa ada sesuatu yang aneh saat aku mengatakan ini.

Tapi ini benar kan? Aku dan Lucas—

"Syukurlah," Izekiel menyahut sambil tersenyum lebar. "Saya lega mendengar itu."

Oh Tuhan, apa yang aku bicarakan?

Aku berdeham pelan, aku memainkan kedua jari-jemari tanganku dengan gelisah.

"Tuan putri Athanasia."

Aku terdiam saat Izekiel hendak menyentuhku, seketika aku menahan nafasku saat wajahnya sangat dekat.

Dengan refleks, aku langsung menepis tangannya. Aku termundur kecil.

[1] Athanasia : "Suddenly I Became A Princess"✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang