Wattpad Original
Ada 7 bab gratis lagi

Chapter 4

49K 5.2K 332
                                    

Baru saja memasuki mobil BMW keluaran terbaru, Miawly sudah memasang wajah jutek dengan mata menyipit curiga. Gimana tidak curiga kalau dengan tiba-tiba Pangeran menjemputnya di kampus? Miawly mengambil kuliah fashion design dan creation di universitas khusus fashion yang berada di Jakarta Selatan. Setelah 3,5 tahun dia menghabiskan waktunya mengambil jurusan akuntansi dan lulus, akhirnya dia sadar kalau dirinya menginginkan hal lain yaitu belajar fashion—yang mana sekarang sedang dia jalani sejak enam bulan lalu.

"Ada angin apa jemput gue? Kesurupan setan baik?"

Bukannya mendapat jawaban, Miawly malah dicueki Pangeran. Ampun ... Miawly ingin menampar wajah Pangeran sampai lima jarinya berceplak!

"Hellooooow, Freezer! Lo punya mulut, kan? Dilaknat Tuhan lo, ya, nggak gunain mulut buat jawab pertanyaan orang. Ngeselin banget!" dumel Miawly kesal.

"Hm?"

"Ham, hem, ham, hem, mulu! Jangan sok cool, deh. Lo pikir situ oke? NGGAK!"

Miawly mendesah kasar. Setelah pulang kuliah sudah capek terus bertemu Pangeran yang irit ngomong. Lengkap sudah kekesalannya.

"Ya, Tuhan ... kenapa gue mesti nikah sama makhluk macem gini? Dosa apa, sih, gue sampai sial begini?!" gerutu Miawly pelan. Namun, sepelan-pelannya semua kalimat yang keluar dari bibir Miawly, Pangeran dapat mendengarnya karena mobilnya sunyi dan senyap.

"Nih, minum." Pangeran menyodorkan caramel macchiato kesukaan Miawly yang sengaja dibelinya sebelum jemput.

"Apaan, nih? Racun, ya?"

"Minum aja."

Miawly mengambil cup berukuran kecil yang berselimut kertas karton cokelat pada badan cup-nya itu, mengendus aroma wanginya, lalu menyesap isinya.

"Kok tau, sih, gue suka ini? Aduh, ini tuh enak banget," Miawly nyerocos mendadak sembari menyesap beberapa kali minumannya. "Btw, lo suka minum kopi nggak?"

"Nggak."

"Bisa nggak, sih, lo kasih jawaban lebih panjang?"

"Bisa."

Miawly menyerah. Dia menyesal sudah bertanya. Dia tahu sebagian diri Pangeran tercipta dari es batu. Lebih baik dia menikmati caramel macchiato daripada darah tinggi bicara sama suaminya.

"Tadi siang kamu ke rumah sakit Haritama. Untuk apa?" tanya Pangeran setelah suasana hening mulai menyapa.

"Rahasia," jawab Miawly singkat. Iya, dia sengaja biar Pangeran tahu rasanya dikasih jawaban singkat.

"Oh."

Dan Miawly salah. Pangeran memang cuma ingin tahu bukan peduli.

"Kalau nggak mau tau nggak usah nanya-nanya. Buang waktu semenit cuma untuk ngeladenin lo tau!" dengkus Miawly sebal.

"Oke."

Miawly mendesis kasar. "Nggak usah ngomong kalau jawaban lo cuma oke, hm, iya, sama bisa. Anak umur empat tahun pun bisa ngomong begitu."

Pangeran menyodorkan makanan ke depan Miawly. "Makan ini. Jangan marah terus."

"Gimana gue nggak marah? Gue kayak ngomong sama bocah baru bisa belajar ngomong gini!" sembur Miawly kesal. Namun, kue kering di dalam plastik yang disodorkan Pangeran membuatnya luluh. "Thank you kuenya. Jangan ngomong iya doang. Gue nggak mau dengar respons yang kayak gitu."

"Besok kita ke Bali," ucap Pangeran tiba-tiba.

"Bali? Ngapain?"

"Bulan madu."

Hello, My Prince!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang