Miawly duduk di restoran dekat kampus. Dia menyeruput jus jeruknya sambil berbincang dengan kedua temannya. Di sana Miawly sekalian cuci mata memandangi laki-laki rupawan dan bertubuh kekar. Sialnya, bayangan akan wajah dan tubuh Pangeran malah sering muncul. Jadi setiap dia ingin melihat yang rupawan selalu berakhir memikirkan Pangeran.
"Serius, deh, Ann, hidup lo sempurna. Punya suami sesempurna Pangeran. Kita yang cuma lihat foto-foto Instagramnya aja udah kebayang gimana manisnya Pangeran," ucap Cindy dengan nada antusias.
Yang namanya manusia tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam hidup. Sebagian orang hanya melihat keindahan luar tapi tidak tahu bagaimana dalamnya. Buktinya seperti Miawly saja. Mereka mengatakan dirinya beruntung memiliki suami sesempurna Pangeran, tapi tidak pernah tahu kalau tingkah laku Pangeran sangat menyebalkan.
"Andai gue punya suami kayak Pangeran bisa tenteram hidup gue," timpal Alma.
Dalam hati Miawly berkata, tenteram dari mana? Hidup malah penuh emosi. Bisa gila juga kalau nggak kuat!
"Omong-omong, kenapa Pangeran—"
Kalimat Cindy menggantung ketika seorang pelayan menyuguhkan jus stroberi di atas meja. Mereka bertiga kebingungan karena merasa tidak memesan minuman.
"Mbak, ini ada kiriman dari laki-laki berkemeja biru di sana. Katanya untuk Mbak cantik ini," ucap sang pelayan kepada Miawly seraya menunjuk tempat duduk sosok yang dimaksud. "Saya permisi, ya, Mbak."
Miawly berterima kasih kepada sang pelayan sebelum dia melihat ke arah laki-laki yang membelikannya minuman. Laki-laki itu terlihat tersenyum, lantas kembali fokus menyantap makanannya.
"Ya, ampun ... udah kewong tapi tetep dilirik orang. Pake susuk dari mana, sih, Ann?" Alma menatap laki-laki itu penuh kekaguman. Kemudian, dia melihat tulisan yang ditempelkan di badan gelas. "Ada tulisannya, nih, Ann. Coba baca."
Saya rasa kita pernah ketemu dulu. Atau mungkin ini cuma perasaan saya dan kita baru aja ketemu hari ini?
"Hell! Ini tulisannya gemesin banget. Aduh ... tapi kudu inget udah ada Pangeran, Ann." Cindy terpesona bahkan hanya dengan tulisan saja. "Eh, eh, dia ke sini. Plis, plis, dia ganteng banget, dong!"
Miawly mengamati wajah laki-laki itu. Rasa-rasanya familier tapi dia tidak bisa ingat kapan pernah ketemu. Gaya tulisannya pun sepertinya pernah dia lihat tapi di mana? Apa mungkin memang mereka pernah bertemu?
"Hei," sapa laki-laki itu.
Alma berpindah tempat duduk menjadi di sebelah Cindy supaya kalau nanti laki-laki itu duduk supaya di sebelah Miawly.
"Oh, hei. Makasih untuk minumannya," balas Miawly pelan.
"Maaf, ya, kalau saya lancang. Soalnya wajah kamu familier. Semoga kamu suka," ucap laki-laki itu.
Miawly tak menjawab karena dia mengamati laki-laki berwajah rupawan itu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dia seperti mengenal iris cokelat menawan dan senyum ramah itu. Miawly mencoba membangkitkan kembali seluruh memori yang tersimpan. Beberapa menit dia mencoba akhirnya dia menemukan jawaban. Dia memang mengenal laki-laki itu tapi tidak tahu akan bertemu lagi di sini.
"Bawika Renjasakti?"
"Ya, itu saya. Ternyata benar, ya, kita pernah ketemu?"
Miawly mengangguk sambil memasang senyum ramah. Dia tidak mungkin lupa kejadian satu tahun lalu tepatnya di Seoul. Waktu itu Miawly sedang berlibur dengan sepupunya dan beberapa teman sepupunya. Di saat semua sedang berbelanja, Miawly kehilangan arah dan tidak tahu ke mana semuanya pergi. Saat mencoba menghubungi yang lain ponselnya malah mati. Akhirnya dia bertanya pada orang asing—yang mana laki-laki itu adalah Bawika untuk meminjam ponselnya demi menghubungi sepupunya. Dari sanalah dia mengenal Bawika, laki-laki baik hati yang bersedia menemani dan meminjamkan ponsel sampai sepupunya datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, My Prince!
RomanceMiawly yang lelah karena terus terjebak dalam hubungan yang tidak pasti, akhirnya setuju ketika akan dijodohkan pada Pangeran, laki-laki super kaku dan irit bicara, yang berseberangan dengan dirinya. *** Miawly Ann Adibroto, setuju dijodohkan de...
Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi