Seperti yang sudah dijanjikan Miawly, mereka pergi menonton di bioskop. Pangeran menonton film pilihan Miawly yang bukan 'dia banget'. Bagaimana tidak? Film yang ditontonnya jelas kesukaan Miawly tipikal pecinta roman picisan. Akan tetapi Pangeran tidak ingin berkomentar apalagi mengatakan kalau dia tidak suka. Nonton berdua seperti ini saja dia sudah bersyukur.
"Ternyata filmnya boring. Gue pikir bagus," komentar Miawly.
Pangeran meneleng ke samping, menyadari tiba-tiba Miawly bersandar di pundaknya. Dia ingin tersenyum lebar ketika istrinya bersandar begini. Ya, ampun ... bucinnya sudah tahap kronis.
"Kamu mau keluar aja dari sini?" Pangeran mengusulkan ide yang lebih baik. Toh, dia setuju dengan yang dikatakan istrinya. "Atau, mau nunggu sampai selesai?"
"Gue mau tonton dulu film jelek ini berakhirnya gimana," jawabnya.
"Ya udah, kalau gitu."
Pangeran mengikuti keinginan Miawly, membiarkan istrinya bersandar dan mengunyah popcorn asin. Ingin rasanya dia menggenggam tangan Miawly tapi takut perempuan itu marah. Suasana hati Miawly naik turun. Bisa baik, bisa galak, ya, begitulah.
Tiba-tiba ponsel Pangeran bergetar. Dia merogoh ponselnya dari saku celana, lantas mengangkat panggilan masuk. Dia menutup sedikit mulutnya supaya suaranya tidak mengganggu ketenangan penonton lain.
"Halo? Kenapa, Cor?"
"..."
"Oke, oke, gue balik, deh. Tunggu, ya."
"..."
Pangeran menutup sambungan, sementara Miawly yang memperhatikan Pangeran mengangkat telepon sejak tadi langsung menatap heran.
"Siapa?" tanya Miawly. Suaranya terkesan seperti istri yang posesif.
"Corysha. Mobilnya mogok di dekat rumah kita. Mau pulang nggak? Kasian dia nungguin di jalanan sendirian," jelas Pangeran.
"Dia nggak punya pacar? Kenapa telepon lo?"
"Ya, kan, kebetulan mogoknya deket rumah kita. Kalau memang nggak mau pulang, kamu tunggu di sini dulu. Saya balik—"
"Ya udah, gue ikut. Lagi pula filmnya sampah mending balik aja," potong Miawly cepat.
Akhirnya, mereka berdua memutuskan keluar dari teater. Karena rumah mereka dekat dengan mal, maka hanya butuh waktu sepuluh menit saja untuk sampai ke rumah. Namun, Mereka justru tidak langsung pulang karena mendatangi tempat Corysha menunggu di dalam mobil yang mogok.
Pangeran segera turun dari mobil menghampiri mobil Corysha yang ada di depannya. Dari dalam mobil Miawly mengamati kedekatan Pangeran dengan Corysha.
"Gila, sih, ya, mukanya Corysha cantik banget. Jadi siapa coba yang mau nolak bantuin dia?" gumam Miawly bermonolog sendiri.
Dan lagi Miawly kembali bermonolog sendiri mengomentari perempuan yang baru saja keluar dari mobilnya. "Rasanya nggak adil banget. Perempuan secantik itu otaknya encer, badannya langsing dan tinggi, terus dadanya gede. Apa, sih, yang kurang? Heran. Ini nggak adilnya kebanyakan."
Selama mengamati Miawly melihat Pangeran tertawa dan menyodorkan jaket bomber-nya untuk dipakai Corysha. Entah kenapa ada rasa cemburu yang datang menyapa.
"Idih ... dia nggak pernah kasih gue jaketnya bahkan tadi di bioskop aja nggak gitu. Masa lebih milih nutupin badan orang lain dibanding gue," gerutu Miawly agak jengkel.
Miawly menutup mulutnya rapat-rapat begitu menyadari Pangeran dan Corysha berjalan mendekat. Begitu keduanya sudah masuk ke mobil, Miawly mulai memaksakan senyum palsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, My Prince!
RomanceMiawly yang lelah karena terus terjebak dalam hubungan yang tidak pasti, akhirnya setuju ketika akan dijodohkan pada Pangeran, laki-laki super kaku dan irit bicara, yang berseberangan dengan dirinya. *** Miawly Ann Adibroto, setuju dijodohkan de...
Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi