Tittle: Eccedentesiast
Author: CattleyaLian
Cast: Prachaya Ruangroj And Perawat Sangpotirat
Genre: Romance, fluff, angst, drama, comfort
Rated: M
Request reader: rererevita
Warning! Cerita ini mengandung unsur Yaoi / Boyslove / Boyxboy and male pregnancy ( m-preg )*******
Summary:Bagaimana jika kau harus tetap tersenyum walau hatimu sebenarnya ingin menangis? Bagaimana kalau kau memendam segalanya seorang diri, di saat kau mencintai seseorang yang tak pernah sama sekali mencintaimu?
Bagi Krist mungkin ini sedikit balasan apa yang pernah ia lakukan, merebut seseorang yang sebenarnya bukan miliknya. Ia mencintai Singto, ia menginginkan pria itu berada di sisinya, akan tetapi itu justru membuatnya terbelenggu dalam sesuatu yang membuatnya merasa...
Seseorang yang dirinya cintai tak pernah membalas apa yang ia lakukan. Benar. Hanya Krist yang terlalu mencintai di sini, tak memperdulikan perasaan pria itu untuknya, hingga suatu saat ia merasa lelah.
*******
Prolog:Alunan instrumental piano Canon in the major itu menghiasi pendengaran para tamu undangan, mereka duduk berjejer di atas kursi berwarna peach, suasana di dalam sana penuh dengan warna merah serta peach yang menghiasi hampir sudut interior gedung tersebut, banyak rangkaian bunga didekat altar, membius banyak pasang mata untuk menatap lurus kedepan, dimana kini ada seorang mempelai laki-laki yang tengah menunggu mempelai wanitanya untuk menghampirinya.
Sosok pria itu bernama Singto. Pria dengan setelan tuxedo hitam yang membalut tubuh kekarnya dengan sempurna itu menampilkan senyuman terbaiknya untuk menyambut wanita yang sebentar lagi akan menjadi pendamping hidupnya. Ia mengulurkan tangannya dan di sambut hangat oleh wanita itu. Singto menuntunnya untuk pergi ke atas altar bersamanya, ingin mengucapkan janji suci untuk mengikat mereka selamanya.
Awalnya segalanya terlihat lancar, tak ada apapun yang mengganggu acara itu, hanya saja sebelum sang Mempelai wanita ingin mengucapkan bagiannya, pintu ruangan itu terbuka, menampilkan sosok pemuda dengan setelan jas berwarna biru. Pemuda itu adalah adik sang mempelai wanita. Ia berlari naik ke atas altar dan berdiri di tengah-tengah sorotan tajam orang tuanya yang tak habis pikir pada kelakuan putranya tersebut.
"Pernikahan ini tidak bisa dilakukan."
Mendengar hal itu sontak saja semua orang menjadi heran, apalagi kedua orang yang hampir melaksanakan upacara pernikahan tersebut.
"Ini tidak lucu Krist, cepat minta maaf lalu pergi. Keterlaluan sekali kau mau menghancurkan pernikahanku."
Sang Kakak menatap kesal Adiknya seraya mengatakan hal tadi, karena Krist selalu datang dan membawa masalah. Ia membenci pria itu sebab selalu berulah, bahkan tak jarang membuat keluarganya malu, yang Krist bisa hanya menyusahkan, kedua orang tuanya pun tak menyukai Adiknya itu.
"Ini sungguhan, jangan menikah dengan pria itu."
"Kenapa? Apa alasannya?"
Krist mengeluarkan sesuatu dan menunjukkannya pada sang Kakak, "Aku hamil."
"Hah? Jangan bercanda? Lalu meskipun kau hamil, apa hubungannya dengan pernikahanku?"
Tangan Krist menunjuk ke arah pria di samping Kakaknya, "Tentu saja, karena dia Ayah dari Anak yang aku kandung."
"Kau pikir aku percaya padamu?"
"Tanyakan sendiri padanya, pernah atau tidak dia tidur denganku? Jika dia pria sejati dia akan mengakui kesalahannya, kalau tidak ya aku tidak masalah, semua orang di sini bisa melihat pria macam apa yang akan kau nikahi itu."
Krist menampilkan wajah datarnya dan tersenyum miring ke arah pria yang berada disamping Kakaknya, membuat Singto menatapnya dengan tajam, akan tetapi Krist tak memperdulikannya, memasang wajah seolah ia tak melakukan kesalahan apapun.
"Apa yang dia katakan memang benar..," satu tamparan mendarat pada Singto, "tapi tunggu dulu, ini tidak seperti yang kau bayangkan...."
"Tidak seperti yang aku bayangkan? Kau mengkhianatiku dengan adikku sendiri?"
"Tidak. Bukan seperti itu."
"Sudahlah mengaku saja." Krist melipat kedua tangannya di dada, tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.
"Dia menjebakku! Pria licik itu memasukkan sesuatu pada makanan yang kau berikan, kau pikir aku sudi melakukan hal seperti itu dengan seorang pria?"
"Intinya sama saja."
"Aku tidak bermaksud melakukannya, jangan seperti ini."
Wanita itu menyerahkan bunga yang dirinya genggam pada Singto, lalu turun dari atas altar, membuat kedua orang tuanya terkejut melihatnya, wanita itu menangis di bahu Ibunya, membuat suasana menjadi cukup gaduh.
Meskipun pandangan kedua orang tuanya itu menusuk, tetapi itu tak menggetarkan kedua kaki Krist untuk berpijak, ia tetap berdiri di sana tanpa melakukan apapun, akhirnya kedua keluarga itu berunding sampai memutuskan satu kesepakatan, karena nama mereka sudah sama-sama tercoreng hari ini.
Singto menolak. Ia tidak menerima apa yang Ayahnya katakan padanya, bahkan berniat untuk pergi, akan tetapi kemudian ia mau tak mau melakukannya, berdiri di atas altar pernikahan bersama dengan seseorang yang sama sekali tak dirinya harapkan. Sungguh Singto kesal, bahkan muak dengan keadaan ini, ia benar-benar menatap Krist sangat tajam seolah ingin membunuh pria itu.
"Kita lihat saja berapa lama kau akan bertahan."
Krist hanya tersenyum, lalu mengangkat kedua bahunya tak acuh, "Kita lihat pula sampai kapan kau akan terus menolakku?"
Hanya itu yang keluar dari kedua sudut bibir mereka, sebelum mengucapkan janji yang harusnya tak mereka lakukan, karena tak akan pernah bisa memenuhinya.
Bagi Krist hari itu merupakan kesalahan terbesarnya dan jika ia bisa mengulang waktu kembali, ia tak sama sekali ingin bertemu dan mengenal sosok Singto, seorang pria yang hampir membuatnya terlihat buruk karena obsesi yang dirinya miliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast [ Krist x Singto ]
FanfictionPernahkah kau tetap tersenyum dan menyembunyikan luka? memasang topeng baik-baik saja, hanya untuk bersama seseorang yang kau cintai? Bagi Krist mungkin ini karena salahnya, ini berawal darinya yang terlalu memaksa dan terobsesi pada seseorang, berh...