Jari tangan itu mengusap surai pria yang tengah berbaring di atas ranjangnya. Dia terlihat damai sembari memejamkan matanya, Krist menyandarkan punggungnya pada tepian tempat tidur, pandangannya tak terlepas dari sosok itu, mengamatinya dari dekat sembari menggenggam tanganya, sebelum tak lama kemudian pria tadi menggeliat pelan dan perlahan membuka setengah matanya yang terlihat sangat sayu.
"Kau sudah bangun? Aku kira kau pingsan, ini sudah lewat dari jam 12 siang dan kau tidak kunjung membuka matamu dari tadi."
Singto hanya memandangnya sejenak dan terlihat bingung, sebelum mengedarkan pandangannya ke arah segala penjuru arahnya, "Aku di rumah?"
"Tentu saja, kau pikir kau ada di mana?"
"Siapa yang mengantarkan aku kembali? Aku tidak merasa jika aku pulang kemarin?"
"Kau menyuruhku untuk ke sana, apa kau ingat? Saat aku tiba kau mabuk, jadi tentu saja aku yang membawamu pulang," Krist mengatakannya dengan intonasi yang cukup tinggi, mengisyaratkan jika dirinya terlihat kesal, "berapa banyak yang kau minum kemarin?"
"Hah? Mabuk apa? Aku hanya minum satu gelas kemarin, setelah itu..," Singto menggelengkan kepalanya, seolah ingin membantah apa yang Krist tanyakan, "aku tidak ingat."
Pria berkulit tan itu membalikkan tubuhnya memunggungi Krist untuk melanjutkan tidurnya, Krist yang melihat itu menggelengkan kepalanya dan menepuk bahu Singto pelan, "Tadi Ayahmu menelepon, dia menanyakanmu kenapa kau tidak pergi ke kantor."
"Lalu kau menjawab apa?"
"Kau sedang sakit," Krist berdecak kesal sembari memasang raut wajah bersalah karena berbohong pada Ayah mertuanya sendiri, meskipun itu tidak sepenuhnya kebohongan karena Singto sekarang memang tidak terlihat baik, "aku tidak punya alasan lain, kau tahu? aku membangunkanmu, tapi kau tidak mau bangun dari tadi, tidak menyahutiku sama sekali, tentu saja aku bingung. Ada apa denganmu?"
"Tidak tahu, kepalaku agak pusing untuk mengingat, yang aku tahu aku hanya menunggumu. Sudah hanya itu."
"Apa kau baik-baik saja?"
"Tidak. Aku merasa lemas."
"Itu karena kau terlalu banyak tidur dan belum makan apapun dari pagi," Krist mengangkat kepala Singto lalu membaringkan pada pahanya sendiri, sebelum memijitnya dengan lembut, "kau merasa pusing? Apa terasa baik ketika aku memijitnya seperti ini?"
"Sedikit."
"Aku akan mengambilkan makanan untukmu, setelah itu kau bisa berendam air hangat."
Singto mengiyakannya, sebelum menambahkan sesuatu, "Bisakah kau menyiapkan pakaianku juga? Sore ini aku harus ke kantor, ada rapat penting yang tidak bisa aku tinggalkan begitu saja, mungkin karena itu Ayahku tadi bertanya."
"Bukankah kau sedang tidak baik?"
"Heumm, tapi ini tanggung jawabku lagipula tidak akan lama."
"Bisakah aku ikut?"
"Kemarin saat aku mengajakmu kau tidak mau ikut."
"Mulai sekarang ke mana pun kau pergi, aku akan selalu mengikutimu."
"Ada apa denganmu? Kau aneh, apa ada yang terjadi?"
Krist menggelengkan kepalanya, ia bangkit dan turun dari tempat tidur, memilih untuk meninggalkan pria yang tengah menatapnya dengan kebingungan itu. Sungguh Singto heran pria tadi biasanya tak pernah menanyakan apapun padanya, hanya saja tadi semenjak dirinya terbangun Krist terus bertanya hal-hal aneh, membuat Singto pusing memikirkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast [ Krist x Singto ]
FanfictionPernahkah kau tetap tersenyum dan menyembunyikan luka? memasang topeng baik-baik saja, hanya untuk bersama seseorang yang kau cintai? Bagi Krist mungkin ini karena salahnya, ini berawal darinya yang terlalu memaksa dan terobsesi pada seseorang, berh...