Dari kejauhan Singto melihat kepergian Krist dari balik jendela kaca ruang kerjanya, pria itu terlihat terburu-buru keluar dari gerbang rumah sebelum ada Audi biru yang menjemputnya, Krist tersenyum pada sosok di dalam sana sambil bergegas memasuki kendaraan tadi, hingga kemudian mobil itu melaju pergi meninggalkan jalanan tepat di depan rumah mereka. Singto hanya menatapnya datar, lalu menutup kembali tirai panjang yang menjuntai hampir menyentuh lantai tersebut. Ia mengambil jasnya yang tergeletak dengan rapi pada permukaan tempat tidur dan melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana.
Sedangkan Krist mengamati ponselnya, sembari mengetikkan beberapa kalimat pendek yang akan ia kirimkan untuk Singto, agar dia menghabiskan sarapan yang Krist siapkan untuknya. Krist juga menyiapkan bekal makan siang untuk Singto, karena tahu jika pria itu sering mengabaikan waktu makan siangnya, Krist lupa menuliskan notes karena terburu-buru jadi ia mengirimkan pesan singkat sebagai gantinya. Krist memang sengaja pergi pagi-pagi supaya pria itu tak melihatnya, Krist tak mau menjawab pertanyaan yang dirinya sendiri bingung harus mengatakan sebagai jawaban.
Jemarinya mengusap permukaan perutnya yang sedikit membesar sekarang, karena janin itu tumbuh pada setiap harinya, ia menatap sosok di sampingnya sembari mengulum senyumnya.
"Sudah sarapan?"
"Belum, banyak pasien datang tadi malam, ada kecelakaan beruntun tak jauh dari rumah sakit dan aku hanya meminta ijin sebentar untuk menjemputmu, aku harus kembali secepatnya tapi phi akan kembali nanti sebelum jam makan siang."
Krist menganggukkan kepalanya, sembari meraih sesuatu dari sisinya, "Aku membuat banyak makanan tadi, makan ini. Jangan khawatirkan Seann aku akan menjaganya selama aku cuti kuliah."
"Kau sudah mengatakan hal ini pada pria itu?"
"Tidak. Dia tidak tahu, aku memikirkan ini sendiri dan aku rasa semua aktivitasku akan aku kurangi, jadi aku tidak pernah ke mana pun kecuali ke rumah kalian dan menjaga Seann. Jika aku di rumah, phi Sing akan bertanya-tanya kenapa aku melakukan dari jauh-jauh hari? Aku merasa terlalu lelah dengan berbagai pertanyaan."
"Lakukan semua hal yang menurutmu baik."
Pria itu mengiyakan sebelum mengalihkan pandangannya ke arah jalanan yang perlahan semakin memadat pada pagi hari, padahal cahaya matahari belum menunjukkan secercah sinarnya.
Guncangan ringan dari sosok kecil di sampingnya itu membuat Krist menundukkan kepalanya dan membelai lembut surai kecokelatan keponakannya tersebut, ia menuntun Seann untuk duduk di atas pangkuannya.
"Ada apa? Seann lapar? Haus?"
"Paman, Papa bilang aku akan punya seorang Adik."
"Heumm, kau akan memilikinya," Krist mengulum senyumnya, "Seann suka Adik laki-laki atau perempuan?"
"Laki-laki, nanti Seann akan mengajaknya main mobil-mobilan."
"Apa kau bahagia sekarang, heumm? Bersama Papa dan Daddy?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast [ Krist x Singto ]
FanfictionPernahkah kau tetap tersenyum dan menyembunyikan luka? memasang topeng baik-baik saja, hanya untuk bersama seseorang yang kau cintai? Bagi Krist mungkin ini karena salahnya, ini berawal darinya yang terlalu memaksa dan terobsesi pada seseorang, berh...