Jemari seseorang itu saling bertautan dengan tak tenang, raut wajahnya menampilkan ekspresi yang keruh, tubuhnya membeku di tempatnya berada kini, seperti baru saja mengalami saat-saat yang mengerikan. Sorot matanya tampak layu, tak ada secercah harapan yang menghiasinya, tangan sosok tersebut meraih ponsel di dalam sakunya, menarik benda panjang itu perlahan, seolah membawa beban yang begitu berat, ia akhirnya menelepon seseorang. Kalimat pertama yang dirinya katanya tak stabil dan terdengar parau, seperti tengah ada yang menggoyahkan keteguhannya beberapa saat lalu.
"Ma bisa tolong katakan pada Pa jika aku tidak bisa pergi ke kantor hari ini? Aku juga mungkin akan tidak akan pulang lagi hari ini, bisakah Ma menjaga anakku untuk malam ini? Kemungkinan besok aku baru bisa kembali."
"Apa semuanya baik-baik saja?"
"Segalanya baik, sangat baik."
"Lalu kenapa suaramu seperti itu? Ada apa? Terjadi sesuatu yang serius?"
"Sepertinya dia senang mempermainkan aku, saat ini aku tidak tahu harus merasa senang atau justru sebaliknya... A-aku..," suaranya tiba-tiba saja menghilang, Singto memejamkan matanya sebelum mengembuskan napas beratnya, "aku takut terjadi sesuatu padanya, dia baik-baik saja. Sekarang dia sudah bisa membuka matanya, hanya saja aku masih terlalu terkejut untuk beberapa hal, aku akan menjelaskannya ketika aku kembali nanti. Maaf jika aku merepotkan."
Hanya itu yang bisa Singto katakan, ia tak bisa mengurai segala kata yang kini tertuang di dalam benaknya, ia masih belum bisa mencerna keadaan, ia merasa sakit untuk beberapa hal yang sempat terjadi tadi.
Kedua kakinya bangkit dari kursi panjang yang sempat dirinya duduki, sebelum melangkahkan kakinya pergi menuju satu ruangan, tetapi tak memiliki keberanian untuk masuk ke dalam menengok sosok pucat di dalam sana. Ia hanya bisa mengamati pria itu dari luar, rasanya aneh.
Beberapa jam lalu, ia melihat sosok itu terbaring tak berdaya, tak memiliki harapan dan pergi meninggalkannya. Ini membuatnya frustasi dan menggila, tetapi kini ia berada di sana. Seolah baik-baik saja, seakan-akan tak pernah beranjak pergi meninggalkannya. Hidup ini mempermainkannya. Segalanya membuatnya tak bisa berkata-kata.
Terkadang ia berpikir dengan sangat amat keras akhir-akhir ini, mengapa seseorang pria seperti Krist mampu membuat dirinya berada di luar kendali? Kenapa pria itu bisa mengambil alih semua fokusnya? Bagaimana mungkin jika orang itu Krist?
Singto ingin masuk ke dalam, lalu mengatakan banyak hal pada sosok itu, hanya saja ia tak bisa mengatakan pada pria tersebut agar jangan meninggalkannya lagi, memintanya untuk selalu berada di sisinya. Singto tidak bisa melakukannya. Lebih dari semua itu, ia ingin mengucapkan terima kasih padanya, karena sudah bertahan sampai detik ini. Jika Krist benar-benar tak selamat tadi, kalau tadi memang benar saat-saat terakhirnya mungkin ia tak bisa berdiri di sini dengan tegap seperti ini, tak akan pernah mungkin masih bisa menahan perasaannya.
Singto membencinya, ia benci hal yang ada di dalam diri pria itu, ia benci saat Krist membuatnya khawatir, ia benci ketika Krist membuatnya takut, ia membenci pria tersebut sewaktu Krist tak memberikannya harapan untuk tersenyum, ia sangat membencinya kala Krist mengabaikannya. Sungguh Singto tak menyukai hal itu sama sekali.
Tanganya membuka kenop pintu tanpa permisi tetapi dengan sangat hati-hati, ia masuk ke dalam tanpa mengganggu pria yang tengah tertidur tersebut, beberapa waktu lalu ia menjalani beberapa pemeriksaan. Krist tak sadarkan diri dalam waktu yang lama, Singto mengkhawatirkan itu. Takut jika ada efek dari tidur panjangnya, tak ingin sesuatu terjadi padanya.
Mendekat dengan hati-hati yang Singto bisa, berusaha untuk tak menimbulkan suara walaupun sedikit saja. Semua hal kini berkecamuk di dalam benaknya, apakah pria itu akan baik-baik saja? Krist belum sadar sepenuhnya, belum bisa mencerna banyak hal, terlihat linglung untuk beberapa waktu dan sama sekali tak mengenali dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast [ Krist x Singto ]
FanfictionPernahkah kau tetap tersenyum dan menyembunyikan luka? memasang topeng baik-baik saja, hanya untuk bersama seseorang yang kau cintai? Bagi Krist mungkin ini karena salahnya, ini berawal darinya yang terlalu memaksa dan terobsesi pada seseorang, berh...