Dari balik jendela yang sedikit bercelah sesosok pria memandang beberapa orang yang kini tengah sibuk memasukkan beberapa barang ke dalam mobil. Krist hanya bisa mengamatinya dalam kebungkaman, tak berniat untuk menanyakan atau mengucapkan beberapa hal, walaupun rasanya ia tak ingin ini terjadi.
Apakah ini akhir dari segalanya?
Setelah Krist berpikir lagi, bagaimana bisa ini menjadi akhir? Padahal mereka berdua bahkan belum sempat mengawali apapun. Hubungan apa yang ada di sekitar ia dan Singto? Hanya pernikahan di atas kertas, tidak ada makna apapun di baliknya. Bukankah Krist yang menginginkannya? Tetapi mengapa ia yang justru merasa sakit?
Ada perasaan tak rela yang Krist tak bisa gambarkan, ia sudah bertahan sejauh ini, berusaha agar pria itu melihat ke arahnya, tetapi setelah sekian lama ia mencoba, Krist justru merasa Singto semakin menjauh, bukannya mendekat padanya. Mereka sangat bertolak belakang dan tak mungkin bisa menyatu.
Sudah sangat lama ia terbelenggu dalam sesuatu yang tak pasti seperti ini, Krist tak ingin menunggu pria itu lagi, tak mau bertahan dengan kondisi seperti ini, keadaan yang membuat mereka merasa sakit jika terus bersama satu sama lainnya. Semakin ia mencoba untuk mempertahankan segalanya, banyak hal buruk yang justru mendatanginya tanpa henti, mendorongnya untuk berpikir menyudahi segalanya. Berpisah dari sosok itu, pria yang sama sekali tak pernah mengharapkan kehadirannya.
Krist memandang layar ponselnya yang menyala, ada satu panggilan telepon tertuju padanya, akan tetapi Krist mengabaikannya, ia tahu siapa yang mencoba untuk menghubunginya, siapa lagi jika bukan sosok Singto?
Apa yang ingin pria itu bicarakan padanya? Bukankah tidak ada hal yang perlu di bahas oleh mereka berdua? Mereka akan berpisah jadi lebih baik Singto tak mencoba untuk menghubunginya, tak perlu bersikap baik padanya, karena dari awal Singto tak pernah sekalipun melakukan hal itu pada Krist. Lebih baik mereka menjaga jarak, itu akan menjaga hatinya jatuh lebih dalam pada rasa sakit.
Walaupun bukan berarti Singto tak pernah bersikap baik padanya, tetapi rasanya itu terlalu menyakitkan, Krist tak mau pria tersebut mengasihaninya, ia bisa bertahan tanpanya. Krist bisa hidup tanpa seorang Singto, memangnya Singto siapa? Seberapa penting peran pria itu dalam kehidupan Krist?
Lama bergelut dengan pemikiran muramnya, Krist melangkahkan kakinya masuk, tak menatap ke arah luar rumahnya lagi kini, membiarkan segalanya yang akan terjadi, ia tak ingin memperbaiki keadaan yang ada. Biarkanlah seperti ini daripada harus saling menyakiti satu sama lain, bukan?
Untuk apa bersama jika tak pernah memahami arti kebahagiaan yang sesungguhnya.
Sementara di tempat lain, pria berkulit tan yang tadi sempat mencoba untuk menghubunginya hanya memandang ke arah panggilan teleponnya yang terabaikan itu dengan mengembuskan napas beratnya, Krist mengabaikannya.
Apa memang benar tidak ada harapan untuk mereka lagi sekarang?
Tidak seperti sebelumnya, Singto bahkan tak bisa menahan Krist, tidak mampu untuk membuat pria tersebut memikirkan ulang hal ini. Memang apa yang pria itu harapkan dari seseorang sepertinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast [ Krist x Singto ]
FanfictionPernahkah kau tetap tersenyum dan menyembunyikan luka? memasang topeng baik-baik saja, hanya untuk bersama seseorang yang kau cintai? Bagi Krist mungkin ini karena salahnya, ini berawal darinya yang terlalu memaksa dan terobsesi pada seseorang, berh...