Aroma khas makanan yang terasa manis itu tertangkap oleh indra penciumannya, sesosok pria yang tengah tidur nyaman di atas sofa dengan selimut yang menutupi tubuhnya tersebut menggeliat pelan dan perlahan membuka kedua kelopak matanya, ia terheran begitu tak sengaja melihat sepasang kaki meja tak jauh dari tempatnya berada dan sewaktu ia memosisikan diri untuk duduk, ada hal aneh yang terjadi padanya. Sejak kapan ada meja putih kokoh itu di ruangan ini? Bahkan di atasnya sudah tersaji sarapan yang membuat Krist merasa lapar ketika melihatnya.
"Kenapa terus memandanginya seperti itu?" Krist menengokkan kepalanya dan memandang sosok pria yang kini tengah berpakaian rapi, "sarapan itu untukmu, jangan lupa untuk memakannya."
"Kau akan pergi bekerja?"
"Heumm, mungkin."
"Mungkin?"
Singto hanya mengulumkan senyumnya, "Aku harus pergi, tapi jika itu terjadi maka tidak ada yang menjagamu dirumah, Ma baru bisa ke sini di sore hari jadi aku pikir aku tidak akan pergi sampai ada orang yang bisa membantuku untuk menjagamu."
Krist terdiam mendengarnya, "Tidak perlu memikirkan aku, pergilah. Aku bisa menjaga diri dengan baik."
"Kau yakin?"
"Aku bisa meminta phi Saint untuk menemaniku."
"Baiklah, jika seperti itu. Tapi kau harus memberikan kabar padaku, saat merasa sakit hubungi aku."
Pria itu mengganggukkan kepalanya, sembari menatap sekeliling, "Di mana Antares?"
"Bermain di bawah bersama perawatnya," Singto menghampiri Krist, "kau mau menghampirinya?"
Krist mengatakan iya, hingga Singto langsung menunjuk makanan yang ada di atas meja, "Makan dan habiskan, setelah itu kita temui dia."
"Sekarang?"
Singto mengganggukkan kepalanya, ia melipat kedua tangannya pada dada, sebelum mendudukkan dirinya tepat di samping Krist seperti ingin memastikan pria tersebut makan dengan cara yang benar dan mau tak mau Krist menurutinya karena tak punya pilihan lain.
Ia sedikit menundukkan kepalanya karena merasa tak nyaman dengan cara Singto memandangnya, "Aku akan mandi dulu, setelah itu baru makan, aku akan memanggilmu nanti saat aku selesai."
"Aku akan membantumu."
"Membantu apa?" Krist merasa agak ngeri dengan perkataan Singto barusan, "aku bisa sendiri."
"Aku tahu, tapi aku akan tetap membantu."
Diraihnya lengan Krist sebelum menuntunnya ke arah kamar mereka, Singto mendudukkan Krist di atas tempat tidur, sebelum mengambil pakaian ganti dan menyiapkan air hangat untuk pria tersebut, setelah itu ia menuntun Krist ke arah kamar mandi, kedua kakinya berhenti setelah dua langkah dari dalam, ia menepuk kepala Krist ringan.
"Aku akan menunggu di luar, jika sudah selesai panggil aku."
Krist mengganggukkan kepalanya, ia melihat pintu kamar mandinya tertutup kini menyisakan dirinya sendiri pada tempat tersebut, pandangan matanya melihat ke arah bathtub yang sudah terisi dengan air hangat. Sejak kapan Singto mempunyai sikap yang seperti ini?
Apakah ada yang salah dengan ingatannya?
Bukankah Singto sangat membencinya? Kenapa pria itu mendadak menjadi baik? Apakah ia kasihan pada Krist? Apa ia terlihat menyedihkan dan tak berguna? Krist tak tahu mengapa pemikiran buruk itu masuk ke dalam benaknya tanpa permisi, hanya saja yang ia rasakan Singto berubah menjadi aneh dan itu membuatnya takut.
Jemarinya melepaskan satu persatu kancing pakaian yang dirinya kenakan, lalu meletakkannya pada keranjang pakaian kotor sebelum melangkahkan kakinya ke dalam bathtub merendam dirinya dengan air hangat, sembari terus memandang ke arah pintu, seolah masih memikirkan hal aneh yang terjadi padanya kini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast [ Krist x Singto ]
FanficPernahkah kau tetap tersenyum dan menyembunyikan luka? memasang topeng baik-baik saja, hanya untuk bersama seseorang yang kau cintai? Bagi Krist mungkin ini karena salahnya, ini berawal darinya yang terlalu memaksa dan terobsesi pada seseorang, berh...