9| With You

4.1K 391 19
                                    

Detakan jam dinding menyelimuti ruangan itu, sesosok pria yang berbaring di atas tempat tidurnya tersebut menggeliat pelan, sebelum membuka kedua kelopak matanya sedikit dan membalikkan tubuhnya ke samping. Ia mengernyit heran begitu melihat sisi sampingnya kosong, pria tadi langsung saja mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan tak menemukan tanda-tanda seseorang yang di carinya berada di sekitar sini.

Sekarang pukul 12 malam dan Krist menghilang?

Singto tak memperdulikannya bahkan kini mengangkat bahunya tak acuh, mencoba untuk melanjutkan tidurnya, akan tetapi beberapa waktu kemudian ia membuka matanya lagi dan Krist masih belum kembali. Tempat itu masih kosong. Singto ingin tetap mengabaikannya, hanya saja tiba-tiba pria itu bangkit dari tempat tidurnya dan mencoba untuk turun ke bawah, ia merasa haus bukan karena mengkhawatirkan Krist.

Meskipun hal yang pertama kali pria itu lakukan ialah menuruni tangga menuju lantai dasar rumahnya dengan perlahan, pandangannya tertuju pada setiap sudut rumahnya, tidak ada siapapun di sana, saat Singto mengintip keluar dari jendela rumahnya pun tak ada siapapun di teras, hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke belakang, ia melihat sesosok pria menggunakan piama biru tengah duduk di atas ayunan dalam diam, pandangannya lurus ke depan, tak ada ekpresi berarti darinya. Singto ingin menghampirinya, hanya saja pria itu mengurungkan niatnya.

Diluar dingin, apalagi dini hari seperti ini untuk apa Krist di sana? Sudah berapa lama? Kenapa juga Singto harus peduli?

Embusan napas berat meluncur keluar dari kedua sudut bibirnya, sebelum mencoba untuk melangkah kakinya pergi akan tetapi suara itu tiba-tiba tertangkap oleh pendengaranya. Kedua kaki Singto mendadak berhenti melangkah, ia terdiam dan membalikan badannya ke belakang melihat Krist yang menatapnya dengan aneh, akhirnya mau tak mau Singto menghampiri pria itu.

"Kenapa kau di sini?"

"Oh, aku hanya tidak bisa tidur," Krist menyunggingkan sedikit senyumnya, "bagaimana denganmu? Apa yang membuatmu terbangun tengah malam dan ke sini?"

Suara itu terdengar rendah dan parau, sorot matanya memancarkan kesedihan, mirip seseorang yang baru saja menghabiskan waktu untuk menangis berjam-jam, bahkan senyum itu terlihat sangat di paksakan.

Singto menggaruk tengkuknya, "Ah, aku haus jadi aku turun untuk minum."

"Harusnya kau pergi ke dapur jika seperti itu, kenapa jauh sekali sampai ke sini?"

"Aku masih mengantuk sepertinya jadi tidak terlalu fokus."

Setelah mengatakan hal itu Singto ingin pergi, akan tetapi anehnya kedua kakinya tak mau beranjak dari sana dan justru membawanya ke mendekat pria itu, mendudukkan diri tepat di samping Krist, sungguh Singto tahu ini sangat terlihat konyol, hanya saja pikirannya terkalahkan oleh sesuatu yang lain.

"Apa yang membuatmu tidak bisa tidur?"

"Tidak ada," Krist memandang Singto sejenak lalu berbicara padanya, "phi bisa aku meminjam bahumu sebentar?"

Ketika Singto tak menjawabnya maka Krist langsung meletakkan kepalanya pada bahu Singto, menyandang diri di sana dengan tenang, pikirannya mendadak kacau, Krist tidak tahu kenapa ia bisa memikirkan apa yang orang lain katakan padanya, kata-kata buruk itu terus terngiang dan tak mau raip dari ingatannya. Sungguh Krist merasa dirinya terlalu menyedihkan, Krist layaknya seorang pengemis selama ini, yang memohon agar Singto bersamanya, apa yang Kakaknya katakan mungkin benar, Krist tak lebih hanya penghancur kebahagiaan orang lain.

Hatinya bergemuruh, tak sanggup untuk menerima kenyataan. Rasanya seperti apa yang ia inginkan tak mungkin terjadi, ia tak pernah tahu bagaimana bisa dirinya hidup seperti ini? Kenapa Krist harus merasakan sesuatu seperti ini, mengapa hidup hanya tidak adil padanya?

Eccedentesiast [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang