UR45 || TAK TERTOLONG

1.3K 85 39
                                    


HAPPY READING💙


Setelah menelpon Kevin. tatapan Mita Kosong pikirannya sekerang berputar dari awal dia masuk, hingga dia berteman dengan Jihan.

Rafa yang melihat cairan bening mengalir dari pelupuk mata Mita menatapnya iba, jangan tanya Mila dan Rifal kemana sekerang, mereka saat ini ke ruangan Dokter Hans untuk membicarakan kepulangan Mita.

Mita meminta segera pulang, dia mengatakan jika Transplantasi di lakukan ketika dia naik kelas saja.

Awalnya semuanya tidak setuju, mengingat Mita yang sering drop. Tetapi, mereka pun tidak bisa berbuat apa-apa jika itu keinginan Mita.

Bukan Mila dan Rifal tidak ingin Putrinya sembuh, mereka sangat menginginkan sekali melihat Mita yang seperti dulu—yang tidak menahan sakit.

Rafa menyekat air mata Mita, "Jihan bakalan sedih, kalau lo nya nangis begini."

"Bang." Air mata Mita makin deras, yang membuat Rafa langsung menarik Mita dalam peluknya. "Ini salah gue bang, salah gue," lanjut Mita sambil memukul-mukul dada bidang Rafa.

Jihan tiada karenanya, andai saja dia menyadari sejak awal ini tidak akan terjadi Pikir Mita.

Air mata Mita membasahi baju Rafa, Rafa berusaha terus menenangkan Mita dengan cara mengelus-elus rambut Mita.

"Udah berhenti Dek, kalau lo terus begini yang ada lo buat Jihan sedih juga."

***

Lima hari yang lalu, tepatnya satu hari setelah Jihan tertembak oleh Keyla. Jihan tidak tertolong ketika di perjalanan hendak ke rumah sakit, Zahra dan Nazwa mendapatkan kabar tersebut dari Angga teman sekelas Jihan dan Sekaligus Anggota Soldpas.

Sekarang mereka sedang berada di pemakaman, tempat tinggal terakhir untuk Jihan. Tidak hanya mereka yang hadir, melainkan teman-teman Renaldi pun hadir, namun tidak dengan Renaldinya.

Kevin pun ikut hadir, lelaki itu menatap nanar gundukan tanah yang ada di depannya. Ada rasa bersalah dan menyesal di lubuk hati paling dalam secara bersamaan, tapi apakah ini salahnya? Pikir Kevin.

Kevin seperti ini karena prinsipnya, bukan so iya apa lagi so suci. Dia sudah cukup mencoreng nama keluarga, dia tidak ingin menambah lagi dengan berbuat Zina.

Suara isak tangis terdengar dari teman-teman sekolahnya, Kevin melirik Zahra dan Nazwa tetapi dengan cepat dia mengalihkannya.

Setelah Acara selesai Kevin menghampiri Jingga—Mamah Jihan—-yang masih bertekuk lutut di samping batu nisan yang tertulis nama Jihan, "Tante."

Jingga tidak menghiraukan ucapan Kevin, dia masih terus terisak.

Sedangkan yang lain, hanya memperhatikan perilaku Kevin kepada Jingga.

"Tante, saya Kevin."

Perkataan Kevin langsung membuat Jingga menatap tajam, karenanya dia kehilangan anak satu-satunya. Dia tidak memiliki siapa-siapa saat ini, Papah Jihan sudah tiada, dan sekarang Jihan pun ikut pergi ucap Jingga dalam hati.

"Ngapain kamu ke sini?" Tanya Jingga sinis.

"Maaf jika penolakan dan kedekatan saya dengan Mita membuat Jihan seperti ini," ucapan itu begitu saja lolos, dia tidak peduli beberapa pasang yang melihatnya. "Saya hanya menetapkan prinsip saya, untuk tidak menjerumuskan orang tua saya."

UNTUK RENALDI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang