UR59 || PILIHAN

851 65 14
                                    


HAPPY READING💙

Setiap penjuru ibu kota Jakarta telah dikunjungi oleh Soldpas, namun hasil dari dia mencari Mita nihil, tidak membuahkan hasil sama sekali.

Awan pun sudah menjadi gelap, yang membuat mereka kambali Warnang.

Renaldi menghela napasnya, dia baru saja turun dari motor miliknya begitu pun dengan yang lain.

Renaldi menatap anggota Soldpas yang terlihat sangat lelah. "AMBIL AJAH MAKAN SAMA MINUM SEMAU KALIAN, GUE YANG BAYAR!" teriak Renaldi yang dibalas dengan sorak ria dari mereka.

Setelah mengatakan hal tersebut Renaldi masuk ke dalam warung, dia membuka ponselnya berharap Mita mengirimnya pesan. Tetapi itu sangat mustahil dilakukan oleh para kaum hawa.

Mengapa mustahil? Siapa yang tidak sakit hati ketika kekasihnya ternyata sudah dijodohkan?

Renaldi dapat mengerti jika alasannya seperti itu, namun apa salahnya dia yang ingin mendapat kabar dari Mita? Setatusnya pun mereka masih berpacaran, dan Renaldi pun ada niatan menjelaskan ini semua.

Ini tidak sepenuhnya salah Renaldi, bahkan lebih tepatnya ini bukan salah Renaldi bukan? Perjodohan pun bukan keinginannya.

Raka yang baru saja mengambil dua minuman kaleng berwarna biru muda itu memukul bahu Renaldi pelan. "Jangan terlalu dipikirin, nih minum. Tenang lo yang bayar ko."

Renaldi menoleh melihat dan setelah melihat orang yang memberi nya minuman itu berdecih pelan, dia menerima minuman tersebut tanpa sepatah dua patah kata.

"Makasih Aldi," sindir Raka yang pergi begitu saja.

Suara tawa terdengar cukup keras ketika menyaksikan raut wajah Raka yang tak enak diperilakukan seperti itu oleh Renaldi, siapa lagi jika bukan suara milik Rendi yang tidak pernah ada saringannya.

"Keselan," cibir Arsen yang tadi menyaksikan hal tersebut.

Sorotan mata tajam Raka menusuk manik milik Arsen. "Bacot! Berisik!" ketusnya, lalu pergi begitu saja.

Sendi yang sejak ikut memperhatikan Raka itu pun bertanya, "MAU KEMANA LO? BAPERAN AMAT!"

"MAU KE KAMAR MANDI, MAU IKUT?" ucap Raka sinis membuat Sendi bergidik ngeri.

Suara tawa menggelegar disetiap penjuru Warnang, pastinya suara Reder dan Jaka sangat kencang diantar semuanya.

Dengan ide usil Rendi dia memasukan gorengan yang baru saja dia ambil ke dalam mulut Reder, begitu juga dengan Arsen dia memasukan roti yang tadi dia makan ke dalam mulut Jaka.

Jangan ditanya kemana Andra dan Alvian, mereka hanya menyaksian sambil mengelengkan kepala mereka pelan ketika menyaksikan hal aneh yang dilakukan teman-temannya.

Tiba-tiba Renaldi beranjak dari duduknya, dia berjalan ke arah pak Nanang dan memberikan beberapa lembar uang berwarna merah. "Pak ini bayar semuanya, kalau mereka masih mau makan kasih ajah pak. Itung ajah jumlahnya besok kalau kurang saya bayar lagi."

"Duh Di, atuh ini mah lebih dari cukup." Pak Nanang menghitung uang tersebut yang ternyata terdapat sepuluh lembar uang berwarna merah. "Ini teh kebanyakan di, nih segini ajah cukup," ucap Pak Nanang sambil mengembalikan separuh dari uang tersebut.

Senyum tipis tercetak dengan baik di permukaan wajah Renaldi, memang uang itu uang tabungannya tapi baginya dia lebih beruntung dari keluarga pak Nanang yang sekarang sedang membutuhkan uang. Dia sangat tahu jika Pak Nanang sedang membutuhkan uang karena anaknya sedang dirawat disalah satu rumah sakit. "Gapapa ambil ajah," kata Renaldi sambil membalikan tubuhnya.

Salah satu tangan Renaldi mengangkat, lalu mengatakan, "gue balik dulu."

Di salah satu rumah sakit, tepatnya di daerah Bandung di salah satu ruangan VVIP Mita berbaring.

Memang saat itu Mita lebih dahulu dibawa ke salah satu rumah sakit yang berada di Jakarta, namun paginya Kevin dan juga Rafa langsung meminta Mita pindah rumah sakit ke daerah Bandung.

Sedangkan kedua orang tua Mita tidak
Mengetahui kronologi sebenarnya, mereka hanya menuruti kemauan Mita, Rafa dan juga Kevin. Mereka tidak hanya meminta Mita pindah rumah sakit, namun mereka pun meminta untuk kedua orang tuanya tidak memberi tahu siapapun di mana Mita berada.

Tentang Sahsa, Rafa mengabarinya keberadaan Mita dan di mana mereka sekarang. Sahsa tidak bisa ikut menemani Mita karena dia sedang fokus pada latihan baletnya, yang beberapa hari lagi akan tampil disebuah acara yang sangat penting untuk kedepannya.

Mita menatap Rafa dan juga Kevin bergantian dengan wajah yang mengesan mengemaskan. "Bang!  balik ke Jakarta yu, bosen gue."

Rafa yang mendengar itu hanya memutar bola matanya jengah. "Sembuh dulu."

"Gue mau sekolah besok pokoknya," kukuh Mita.

Satu tatapan tajam menatap Mita, yang langsung dia meminjamkan matanya dan menghela napasnya pelan. "Sekolah atau kemping?"

Perkataan Kevin membuatnya menaikan salah satu alisnya, dia tidak paham apa yang dimaksud oleh Kevin. Apa katanya? Sekolah atau kemping?  "Gimana-gimana? Gaada paham pahamnya gue!"

Rafa yang mendengar itu pun ingin sekali melempar adiknya ke sungai Amazon, otak Kevin yang terlalu pinter, apa otak Mita yang terlalu gesrek? Sampai - sampai tak mengerti apa yang Kevin katakan.

"Lo besok pengen sekolah kan?" Jeda yang mendapatkan anggukan dari Mita. "Kalau besok lo sekolah, nanti lusa lo gausah ikut Kemping. Begitu juga sebaliknya," jelas Rafa.

Kekehan kecil keluar begitu saja dari bibir Kevin. "Jadi milih mana?" tanyanya sambil menaik turunkan alis milik ya.

Mita memutar bola matanya, dia pun mendengus kesal. Penawaran macam apa ini?? Tidak ada kah jawaban pilih keduanya? "Pilih dua duanya, bisa?"

Rafa yang sejak tadi sudah berada di samping Mita, langsung menonyor Mita dengan kesal. Entah abis makan apa dia diacara Renaldi, setelah kejadian pingsan setelah acara Renaldi otaknya sedikit bermasalah menurutnya.

"Aduh, sakit monyong!" Pekiknya tak terima diperlakukan seperti itu oleh Rafa, andai saja ada kedua orang tuanya sudah dipastikan Mita yang akan menang.

Seperti kucing dan tikus itu kah seperti mereka, perbedaannya mereka lebih asik.

Mita tersenyum tak enak dan mengatakan, "salah mulu heran, kenapa si cewek selalu salah?"

"Mana ada pernyataan begitu, yang ada cewek selalu benar!" Seru Kevin yang didukung oleh Rafa.

"Ini jadinya lo mau sekolah atau kemping, anjir?" kesal Rafa yang melihat adiknya itu tertawa melihat dirinya kesal.

"Gue kan udah bilang dua duanya!"

"No have akhlak! Suru satu malahan pengen dua duanya," sinis Kevin yang berhasil
Membuat Mita tertawa karena tatapannya yang menurut Mita sangat tidak cocok dengan Kevin.

Ditempat Renaldi, dia baru saja sampai di perkarangan rumahnya. Dia baru saja memarkirkan motornya, setelah memarkirkan motornya dia turun dari motor dan berjalan ke dalam rumah.

Pandangan pertamanya adalah melihat Helmi yang sedang menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Renaldi yang awalnya berniat ingin mengabaikan kerajaan Helmi itu terhentin ketika mendengar. "Renaldi, ada yang ingin saya bicarakan dengan kamu."


THANK YOU FOR READING💙

DON'T FORGET VOMENT+FOLLOW

SEE U NEXT CHAPTER💙

UNTUK RENALDI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang