empat

578 118 12
                                    

Lira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lira.

Jam setengah empat sore gue sudah siap untuk pergi ke suatu tempat. Hari ini hari Sabtu yang itu artinya besok adalah hari Minggu. Gue punya banyak waktu luang besok. Well, sesungguhnya gue punya waktu luang karena gue terbiasa menulis saat malam hingga dini hari. Sepertinya gue harus kembali bercocok tanam dan mengganti tanaman-tanaman yang terlihat layau dan nyaris mati. Padahal gue sudah mencoba mengurusnya dengan baik.

Gue menyilangkan tas selempang di bahu gue sebelum akhirnya mengambil kunci mobil.

"Bego ih, kan mobil gue rusak." Gue menepuk jidat sendiri, menyadari betapa bodohnya gue. Kenapa nggak dari kemarin aja sih bawa mobilnya ke bengkel? Kayak gini kan jadi bingung mau kemana-mana. Ya tau sih ada taksi juga. Gue menarik napas panjang kemudian kembali meletakkan kunci di tempatnya semula.

Belum sempat gue keluar kamar, Nala masuk ke kamar lantas mendekat.

"Mau kemana, Ly?" tanyanya. Sepertinya gue harus benar-benar terbiasa mendengar Nala memanggil gue dengan sebutan Lily.

"Mau pergi."

"Kemana?"

"Tukang jualan tanaman."

"Oh, sendirian?"

"Iya sendirian."

"Mobil lo udah dibenerin emang?"

"Belum."

"Dari seminggu itu belum di benerin?"

"Belum." Jawab gue jujur. Gue agak malas membawanya sampai ke bengkel, padahal sebenarnya bisa telfon mobil derek untuk membawanya ke sana. Mager aja guenya. Halah kebanyakan alasan aja sih. "Lo jam segini udah pulang? Baru jam setengah empat loh."

"Udah selese kerjaannya, mau ngapain lama-lama di kantor."

Gue mengangguk. "Yaudah gue pergi dulu." Kata gue. Jujur ya, agak aneh sih gue jadi suka pamit sama Nala kalo mau pergi-pergi. Padahal selama satu tahun terakhir, baik gue maupun Nala nggak pernah pakai pamit-pamitan segala kalo mau pergi. Gue jadi bingung sendiri, kenapa gue jadi begini.

"Ly." Gue menoleh untuk mendapati Nala yang sekarang sudah berada di anakan tangga menuju ke lantai kamarnya.

"Gue boleh ikut nggak?" kan, sejak kapan juga Nala jadi rajin ngikutin gue. Gue agak ragu sih soalnya gue kalo di toko tanaman agak lama takutnya Nala nggak suka.

"Boleh sih, tapi gue nggak janji bakalan sebentar di sana." Jawab gue akhirnya.

"Nggak apa-apa. Malah bagus. Lo keberatan nggak kalo gue mandi dulu?" tanyanya. Gue menggeleng tanda nggak apa-apa. "Oke bentar ya gue mandi dulu. Gue mandinya nggak lama kok." Gue kembali mengangguk setuju.

Sambil menunggu Nala selesai mandi gue keluar ke taman depan. Niatnya gue mau taman yang lebih bagus gitu ketimbang yang sekarang. sudah satu tahun dan nggak ada perubahan di taman depan rumah gue. Gue butuh suasana baru, siapa tau dengan suasana baru gue juga bisa cepat merampungkan naskah pertama gue setelah vakum beberapa waktu. Gue sedang mencatat tanaman apa saja yang bisa gue tanam di sini.

NalaliraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang