kenalan dulu biar sayang

2K 141 27
                                    

Naladhipa Legawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naladhipa Legawa.

"Iya minggu depan gue ada rapat sama klien untuk desain rumah di Perumahan Puri Emas, kan?"

"Oke, siapin aja bahannya seperti yang kemarin kita diskusikan."

"Iya."

"Iya gampang, nanti gue mampir sekalian untuk lihat contoh-contoh barangnya."

"Oke, thank you ya."

Gue mematikan telfon dengan salah satu teman kerja gue yang ada di lantai 14, sedangkan ruangan gue ada di lantai 12. Gue melirik jam di tengan yang sudah menunjukkan pukul delapan malam kemudian refleks gue menghela napas panjang. Seharusnya gue udah pulang dari dua jam yang lalu tapi karena ada banyak pekerjaan yang harus gue urus makanya gue nggak bisa tinggalin begitu saja.

Lagian pulang juga nggak ada yang nungguin, kan?

Jam dua belas malam gue sampai di rumah dan mendapati sebuah mobil jazz berwarna biru sudah terparkir rapi di garasi. Gue langsung memarkirkan mobil di sebelah mobil biru itu lantas gue keluar dengan membawa tas kerja yang berisi laptop dan beberapa berkas yang perlu dipelajari. Lampu rumah yang didominasi warna putih itu sudah gelap. Hanya lampu taman depan yang menyala juga bagian teras.

Gue mengeluarkan kunci yang ada di saku jas dalam gue. Setahun tinggal bareng gue udah tau kalo lampu udah pada mati itu artinya dia udah tidur. Dan sesuai kesepakatan bersama, masing-masing dari kita bakalan bawa kunci rumah biar kalo pulang malem nggak perlu ngerepotin orang lain. Lagian bawa kunci satu kan nggak berat, makanya gue setuju. Udah biasa juga buka pintu sendiri.

Klik.

Gue menarik handel pintu dan mendapati ruang tamu kosong blong nggak ada orang. Yaiyalah, kan dia udah tidur. Gue kembali mengunci pintu utama sebelum melangkahkan kaki menuju lantai dua dimana kamar gue dan dia ada di sana.

Gue membuka kamar yang memang nggak dikunci. Gue pelan-pelan masuk, kamar kita cukup gelap tapi gue masih mampu menangkap siluetnya yang tengah tertidur tanpa selimut itu. Gue menarik napas pendek lalu melanjutkan langkah gue untuk menuju ranjang gue yang ada di atas.

Iya.

Gue udah menikah.

Udah punya istri.

Katanya sih gitu kalo menurut data kependudukan dan dari KUA. Gue udah nikah sama cewek yang baru satu minggu gue kenal dan kemudian jadilah gue dan dia nikah tanpa ada yang namanya cinta. Sama sekali nggak ada satu perasaanpun gue untuk dia. Ya gimana dong? Gue kan udah punya pacar dan sori ya gue nggak akan ninggalin pacar gue. Gila aja kali gue ninggalin dia gitu aja. Lagian cewek yang sekarang tidur di bagian bawah itu nggak keberatan dengan gue yang masih hubungan sama pacar gue. Yaudah. Beres, kan? Nggak ada masalah. Harusnya sih gitu.

Gue dan dia memang satu kamar, tapi kita berdua beda ranjang. Kamar itu cukup besar dan sengaja gue bikin dua lantai berbeda untuk setiap ranjang. Biar gue nyaman dan dia juga nyaman. Orang tua gue nggak pernah jenguk rumah ini, yang ada gue dan dia yang selalu sowan ke rumah orang tua. Dia udah nggak ada orang tua, Papanya meninggal waktu usia pernikahan gue dan dia satu minggu sedangkan ibunya sudah meninggal sejak lima tahun lalu. Dia sekarang cuma punya kakak laki-laki. Satu. Kalopun keduanya ketemu juga nggak pernah di rumah ini jadinya aman, nggak ada yang bakal tau kalo selama satu tahun ini gue dan dia tidurnya pisahan ranjang. Dia di lantai bawah dan gue ada di lantai atas.

NalaliraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang