code b; raw hatred

181 29 28
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam ketika Chanif bersiap untuk tidur. Lelaki itu merebahkan diri di kasur seraya memandangi langit-langit kamar. Matanya baru saja terpejam, ketika suara getar ponsel yang beradu tanpa henti dengan meja belajarnya terpaksa membuat keduanya kembali terbuka.

Chanif menoleh heran.

Siapa yang akan menghubungi di tengah malam seperti ini?

Bergegas, ia bangkit dari kasur lalu berjalan menuju meja belajar, meraih ponselnya. Kerut di kening Chanif segera tampak kala menemukan nama yang tertera di layar ponselnya.

Bara.

Bara?

Memutuskan mungkin ada hal penting, lelaki itu memilih opsi jawab.

"Kenapa, Bar?" tanyanya langsung. Terdengar bunyi gemerisik aneh dari ponselnya, kemudian hening. "Bar?"

"Chan," Bara akhirnya menyahut. "Lagi di mana lo?"

"Kamar," jawab Chanif, berusaha mengabaikan aura aneh yang seolah menguar dari suara Bara, yang perlahan merayapinya. "Kenapa?"

"Ikut gue, yuk."

Itu sebuah kalimat ajakan yang tidak mengajak. Daripada mengajak, Chanif menangkapnya sebagai pesan tersembunyi. Sebuah... permintaan tolong?

"Boleh," Chanif memutuskan untuk berbaik hati malam ini. "Ke mana? Ngapain?"

Jeda.

Jeda yang cukup lama.

Kesabaran Chanif perlahan menguap, membuatnya kembali bersuara. "Bar?"

Bara terkekeh singkat. "Temenin gue mabok."

Alis Chanif terangkatㅡmeski tahu Bara tidak bisa melihat. Begitu banyak kalimat yang ingin ia lontarkan pada karib baiknya sejak awal perkuliahan itu, namun ia menahannya. Kemudian, setelah menghela napas diam-diam, Chanif hanya berujar singkat,

"Bar, you don't drink."

Lagi, yang terdengar hanya suara tawa Bara. Sebuah tawa sumbang yang dipaksakan. Yang menyalahi kodrat tawa sebagai bentuk kesenangan atau kebahagiaan.

"I don't drink," Bara membeo, helaan napasnya terdengar. "But, Chanㅡ"

"Lo di mana?" potong Chanif, semakin merasakan ada yang tidak beres dengan Bara.

"Di jalan."

"Mau ke mana?"

"Told you already," katanya. Suaranya kini mengambang aneh, seolah tidak fokus. "Gueㅡ"

"Ke rumah gue sekarang," tukas Chanif tanpa berpikir. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada Bara. Tapi, dari yang bisa ia rasakan, apapun yang sudah terjadi itu bukan hal baik. Hampir lima tahun Chanif mengenal Bara, dan berteman cukup dekatㅡjika tidak bisa dibilang sangat dekatㅡdengannya, jadi ia tahu betul seperti apa sosok Bara. Bara adalah orang dengan kepribadian kuat, dan berprinsip. Butuh sesuatu yang beratㅡsangat berat, hingga Chanif tidak mau membayangkannyaㅡyang bisa membuat lelaki itu menjadi hilang arah seperti sekarang.

Di seberang sana, Bara menghela napas lagi. "Abang lo di rumah?"

"Ya ... iyalah?"

Jeda lagi. Tapi Chanif masih menunggu dengan sabar.

"Gue tunggu lo di depan gang aja, ya. Lima belas menit lagi nyampe."

"Bar, tapiㅡ"

"Please, Chan. Sebelum gue beneran nyari alkohol sama narkoba sekalian."

Beautiful Us✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang