3O; testimoni luka

104 11 0
                                    

Langit sudah gelap. Tapi lapangan tengah FISIP masih ramai. Hari ini puncak acara Festival Jingga digelar, sebuah acara pentas seni tahunan tingkat fakultas yang telah menjadi agenda unggulan FISIP. Biasanya, malam Festival Jingga akan membuat gedung FISIP tetap hidup bahkan hingga lewat tengah malam.

Chanif tidak pernah mengunjungi Festival Jingga. Selama empat tahun berkuliah di kampus yang sama, ia hanya tahu eksistensi acara tersebut tanpa pernah menghadirinya. Fakultasnya memiliki agenda serupa sehingga ia merasa tidak perlu repot-repot bertandang ke fakultas orang hanya untuk menikmati pertunjukan musik atau pementasan apapun yang disungguhkan. Dari empat kali malam Arttentikㅡacara pentas milik Fakultas Teknikㅡdigelar selama Chanif berstatus mahasiswa, lelaki itu hanya mengunjungi dua di antaranya. Itu pun hanya karena ajakan teman atau adanya unsur kepentingan. Jika pentas milik sendiri saja tidak ia hadiri, bagaimana mungkin ia peduli pada pentas fakultas lain?

"Tahun ini kayaknya lebih rame dari biasanya," ujar Citra dari samping Chanif. Setengah berteriak dalam usaha menghalau ingar bingar musik yang terdengar. "Aku tiap ke Festival Jingga, tuh, biasanya masih dapet nonton di depan."

Chanif hanya mengangguk sebagai respons. Lelaki itu kembali menegakkan tubuh setelah sebelumnya sedikit condong ke arah Citraㅡyang lebih mungil darinyaㅡdemi mendengar lebih jelas.

"Lo tiap tahun dateng Festival Jingga?" tanya Chanif setelah beberapa saat. Bising musik tengah mereda akibat penampilan satu pengisi acara yang baru usai. Berganti riuh rendah tepuk tangan di sekitar mereka. Chanif menoleh sedikit, melihat Citra mengangguk antusias.

Membuat bibirnya secara otomatis mengukir senyum.

Tidak banyak yang berubah di antara mereka meski keduanya telah sepakat terikat hubungan. Chanif masih menggunakan pronomina persona yang biasa. Pun cara mereka berinteraksi masih sama seperti sebelumnya. Tidak ada perubahan yang terlalu mencolok kecuali status mereka yang kini adalah sepasang kekasih.

"Kamu beneran belum pernah dateng Festival Jingga?" Citra bertanya lagi, kembali mengeraskan suara karena keramaian di sekitar mereka. "Padahal ini acara paling rame di FISIP, soalnya anak-anak fakultas lain suka banyak yang mampir juga."

Setengah bangga, Chanif menggeleng. "Teknik punya Arttentik, Cit. Arttentik aja gue enggak selalu dateng tiap tahun."

Mendengarnya, Citra lantas mencibir. "Arttentik emang keren, sih. Wajar kamu sombong."

Lalu tawa Chanif berderai. Tidak lama, karena setelahnya ia seolah menyadari sesuatu.

"Lo pernah dateng Arttentik?" tanyanya takjub.

Citra mengangguk. "Pernah. Cuma sekali, sih. Tahun 2017 kalau enggak salah."

"Tahun 2017 gue juga dateng," sahut Chanif cepat, dadanya berdebar memikirkan kemungkinan mereka pernah bertemu sebelum saling mengenal. Sampai ingatan akan sesuatu menyurutkan semangatnya. "tapi jadi panitia, sih."

Tawa renyah Citra menguar. "Oh, ya?" Gadis itu terdengar tertarik. "Bagian apa?"

"Perlap," ringis Chanif. "Seksi sibuk yang kerjaannya jagain lapangan, panggung, sound system, sama kabel."

Kali ini, Citra tergelak tanpa suara. Namun, tampak begitu puas hingga sepasang matanya membentuk garis. Sebelah tangannya mampir memukul ringan lengan Chanif yang hanya memamerkan cengiran di wajah. Untuk sejenak keduanya tidak memerhatikan sekitar hingga suara-suara dari panggung mampu mengalihkan perhatian Citra. Gadis itu tampak semringah kala menggaet lengan Chanif lalu membisikkan sesuatu ke telinga lelakinya.

"Ini Retrosa, band andalan anak FISIP. Keren, deh!"

"Retrosa?" Chanif bertanya sembari menyaksikan empat lelaki yang ia perkirakan satu angkatan dengan Citra tampak menaiki panggung dan bersiap di balik instrumen masing-masing.

Beautiful Us✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang