Aroma khas toko kue dan roti lekas menguar di indra penciuman Ajun setelah lelaki itu mendorong pintu kaca di hadapannya. Bibirnya melengkungan senyum tanpa sadar. Suasana dalam toko tidak terlalu ramai, pun terlalu lengang. Menyebabkan Ajun sempat mengedarkan pandang tanpa mengundang kecurigaan.
Itu dia.
Si gadis kasir yang membekas dalam ingatannya sejak pertemuan pertama.
Sebut Ajun sudah gila, tapi pertemuan waktu itu memang cukup berkesan baginya. Karenanya, ketika memiliki kesempatanㅡatau tepatnya, bisa mencari alasanㅡuntuk kembali ke sini, Ajun melakukannya.
"Kalo naksir cewek tuh dikejar, Jun! Cewek sukanya diperjuangin." Nasihat Harisㅡseniornya di kantorㅡkembali bergaung dalam kepala Ajun.
"Ya, tapi, jangan terlalu keliatan juga kalo belum kenal. Creepy, tahu! Kayak stalker!" Gerutuan Tariㅡyang menimpali ucapan Harisㅡmenyusul setelahnya.
Ajun buru-buru menggelengkan kepala. Tidak, tidak. Niatnya, kan, cuma....
Cuma apa, ya?
Apa niat Ajun?
Ia tidak tahu. Tadi, ketika teman-teman sedivisinya satu-persatu berlagak memberinya nasihat percintaan, Ajun hanya mengelak sambil tertawa dan bilang kalau ia tidak seserius itu. Salahkan Tari dan mulut embernya yang membeberkan kisah Ajun dan Kasir Alma Bakery pada seluruh karyawan di divisi marketingㅡkecuali Bu Nana. Hanya karenaㅡmenurut TariㅡAjun bercerita sambil tertawa semringah, gadis itu mengambil kesimpulan kalau rekannya sedang jatuh cinta. Sekarang, nama Ajun menjadi trending topic di ruangannya.
"Akhirnya, ya, Jun. Lo punya misi lain dalam hidup selain buru-buru naik pangkat buat gantiin Bu Nana," gurau Rendiㅡsenior Ajun yang lainㅡsambil menepuk bahunya tadi.
Ajun jadi semakin gagal menahan cengiran.
Tidak. Ini bukan jatuh cinta. Apalagi mencari jodoh. Ajun hanya ... ingin berteman?
Sadar sudah melamun terlalu lama, pemuda itu kemudian memandang berkeliling, menangkap kembali sosok gadis istimewanya yang tengah sibuk melayani pembeliㅡtidak menyadari kehadirannya. Tunggu. Kalau pun gadis itu menyadari, apakah ia akan ingat?
Ajun tidak tahu. Karenanya, ia perlu mencari tahu. Setelah diam-diam berpikir, lelaki itu mendekati keranjang roti yang terletak tidak begitu jauh dari meja kasir. Dari sini, ia bisa berpura-pura memilih roti sembari mencuri dengar sesuatu, kalau-kalau ada hal yang berguna. Lelaki itu masih memandangi roti-roti di keranjang ketika tiba-tiba sebuah panggilan membuat gadis yang ia awasi menoleh.
"Al, ada yang request tulisan di cake, nih!"
Tanpa sadar, Ajun ikut menoleh ke arah sumber suaraㅡsalah satu pramuniaga di ujung etalase cake yang tengah melayani pembeli. Gadis yang dipanggil Al tadi bergegas mendekat setelah meminta tolong kasir lain mengambil alih tugasnya sementara.
Lalu mendadak saja, Ajun tahu ia harus melakukan apa.
Dengan senyum yang masih merekah, pemuda itu mendekat ke etalase cake.
"Selamat siang, Mas. Ada yang bisa dibantu?" sapa seorang pramuniaga kala melihat Ajun mendekat.
"Mbak," Ajun memulai aksinya. "di sini kalo beli kue, di atasnya bisa minta ditulisin gitu, kan?" tanyanya, berpura-pura.
Pramuniaga di depan Ajun mengangguk. "Oh, bisa, Mas. Tapi mohon maaf, ditunggu sebentar enggak apa? Soalnya di sini yang bisa ngerjain itu cuma satu, dan lagi ada pesenan yang dikerjain," jelasnya, menunjuk gadis bernama Al tadi dengan isyarat sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Us✔
Ficción GeneralMeet Ajun, who treats everyone kindly but still being failed by the universe, Chanif, who in others' eyes is as bright as the sun, but deep inside has lost his brightness probably long time ago, Danar, who's stubborn and rather stupid for losing som...