Chapter Twenty Two

45 16 2
                                    

💫"Ada yang manis, namun bukan gula. Coklat bukan, sampai madu pun apalagi."💫

***

Mereka berdua menatap kepergian mobil Yuna hingga mobil tersebut hilang dari pandangan. Crish menoleh ke cewek itu, "Ayo pesen, gue lapar nih."

Soya mengangguk lalu mereka memesan 2 porsi nasi goreng. Mereka menunggu disebuah kursi panjang di depan jalan raya. Mereka bisa melihat kendaraan yang berlalu lalang melewati tempat itu.

"Kamu bener-bener gak marah sama aku?" tanya Soya ragu. Ia mencoba memecahkan keheningan yang melanda beberapa menit yang lalu meskipun sebenarnya ia ragu mengatakan hal tersebut. Seharusnya ia tidak boleh mengatakan itu, ia bisa mencari topik yang lain. Namun sayang sudah terlanjur. Crish terdiam beberapa saat.


'Sebenarnya gue mulai benci sama lo, gue juga marah karena lo merebut juara 1 paralel yang selama ini gue selalu raih. Tapi gue juga mencintai lo.' batin Crish menjerit, ia frustasi.

Saat ini Crish dihadapkan dengan 2 pilihan sulit.

Apakah ia harus membencinya dan mulai merencanakan balas dendam, atau ia harus mencintainya?

Crish tersenyum setelah dia diam beberapa saat.

"Nggak. Kan, gue udah bilang kalo menang sama kalah udah biasa. Gue udah terima dengan lapang dada, kok. Lagian gak selamanya kita selalu di atas."

Soya tertegun. Sejak kapan Crish jadi sebijak itu? Padahal yang Soya tahu Crish adalah orang yang angkuh, ambisius dan tidak suka apabila ada yang merebut juara 1 paralel yang selalu Crish dapatkan. Seharusnya Crish membencinya seperti yang Yuna katakan, namun yang dilihatnya sekarang justru sebaliknya. Crish malah lapang dada, padahal sebelumnya cowok itu sangat marah padanya.

Crish tidak mengerti, kenapa ia bisa berbicara sebijak itu? Kenapa tiba-tiba ia berbicara seperti tadi?

"Aku minta maaf karena udah merebut juara 1 paralel dari kamu, seharusnya kamu yang juara 1, bukan aku. Seharusnya kamu benci aku seperti yang Yuna katakan tadi."

Soya menunduk melihat sepatu kets yang dikenakannya, ia meremas rok yang dikenakannya hingga membekas. Cewek itu ingin menangis namun sebisa mungkin ia menahannya. Ia tidak mau tembok pertahanannya yang selama ini ia bangun kokoh jadi runtuh. Soya harus kuat, iya dia harus kuat.

Chris terdiam beberapa saat, ia tertegun karena Soya malah meminta maaf padanya. Cowok itupun memegang pundak Soya.

"Nggak usah dipikirin, nanti lo jadi sakit mikirin itu terus."

Tak lama pesanan pun datang lalu mereka memakannya, hanya keheningan yang melanda kecuali hanya suara sendok yang beradu dengan piring. Mereka memakannya dengan lahap dan pikiran yang entah melayang kemana.

'Apa benar dia udah maafin aku?' kata Soya dalam hati, meskipun Crish sudah mengatakan dia sudah memaafkannya, namun Soya masih sangsi.

'Kenapa gue gak bisa benci Soya?' tanya Chris dalam hati.

***

"Mau mampir dulu?" tanya Soya. Ya, mereka sudah sampai di rumah cewek itu. Rumah yang begitu sederhana namun masih ada suasana asri dan hangat. Crish merindukan suasana itu.

Conquered Her Love [ON REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang