Chapter Two

94 20 3
                                    


💫 Berhati-hatilah dengan perkataan, kita tak tau bagaimana nanti perkataanmu akan menjadi bumerang di kemudian hari.💫

***

Kring ….

“Oke, kita akhiri pelajaran hari ini, silakan kalian istirahat,” Bu Mitha mulai mengambil beberapa bukunya lalu segera pamit dan mulai meninggalkan kelas. Hal itu membuat semua siswa memekik senang, terkecuali Soya.

Semua siswa pada berhamburan dan berpindah tempat, ada yang ke pacarnya, gebetan, atau mungkin temannya, lalu ngerumpi. Soya menghela napas, ia belum punya teman saat ini, meski ada Audy tapi ia belum terlalu akrab dengannya. Wajar saja karena ini adalah hari kedua ia bersekolah di SMA Gemilang. Namun biasanya untuk murid baru seperti Soya, pada hari pertama mungkin akan langsung mendapat teman baru. Entah murid baru yang berkenalan atau sebaliknya, namun ternyata keadaan Soya sangat terbalik untuk saat ini. Apa karena ia pendiam dan cupu seperti ini sampai-sampai ia belum memiliki teman? Penampilannya memang agak cupu hari ini apalagi kemarin.

“Soya, lo mau gak ikut gue ke kantin?” ajak salah satu siswi bernama Audy.

“Makasih atas ajakannya, tapi aku mau dikelas aja. Maaf, ya,” tolak Soya secara halus. 

Audy tersenyum, “Iya, gak apa-apa. Santailah kalo sama gue. Kalo gitu gue pergi,” setelah itu Audy segera meninggalkan kelas.

Jika pada biasanya saat jam istirahat siswa selalu ke kantin untuk mengisi perut mereka yang keroncongan. Soya tidak ada niat sama sekalipun untuk pergi ke kantin. Ia malah membaca materi yang baru saja disampaikan oleh Bu Mitha beberapa menit yang lalu. Menurutnya pendidikan adalah nomer satu dalam motto Soya.

“Huft. Lebih baik aku mengulang materi saja daripada membuang waktu seperti mereka,” ucap Soya pada dirinya sendiri.

Sekarang kelasnya benar-benar sepi, tak ada siapapun kecuali dirinya di kelas. Yang lain sudah keluar mungkin ke kantin atau ke tempat yang lain tanpa mengajaknya. Benar-benar menyedihkan mungkin, namun Soya merasa biasa saja. Jika ruangan tenang seperti ini malah dia sangat senang. Ia bisa belajar sambil memakan bekal yang dibuatkan neneknya di kelas tanpa ada gangguan.

Istirahat akhirnya selesai. Semua murid pun berhamburan kembali masuk ke kelas. Namun tidak dengan para the most wanted SMA Gemilang ini yang malah melewati pelajaran sakral. Ya, Matematika yang dimana diajar oleh guru tergalak satu SMA yaitu Pak Jane.

Di kelas, Pak Jane menatap semua siswa di kelas tersebut. Namun kursi dibagian belakang rupanya kosong seolah tak berpenghuni.

“Dimana Rendy, Darren, Sandy, dan Chris? Apa mereka membolos lagi?!” teriak dari sang guru yang terdengar menggelegar seluruh penjuru kelas tersebut.

Murid-murid kelas itu pun langsung terdiam seribu bahasa didepan guru tergalak di SMA Gemilang ini. Begitu pula dengan Soya. Sifat pemarah Pak Jane sangat bertolak belakang dengan sifat ramah Pak Alex.

“Cepat katakan mereka berempat berada dimana. KATAKAN!” teriak lagi Pak Jane, bahkan jauh lebih keras.

Seorang murid mengangkat tangannya, mencoba memberanikan diri menjawab pertanyaan Pak Jane meski gugup. “Me … mereka mem ... bolos lagi p ... ak,” katanya sambil menahan takut. 

Conquered Her Love [ON REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang